Sebulan yang lalu, Planet Jupiter.
Pesawat Induk Akademi Bima Sakti saat ini hendak pergi ke Planet Pluto untuk melangsungkan sebuah acara perpisahan para Kadet senior yang telah lulus ujian akhir di Akademi tersebut. Pesawat ini berbentuk bulat pipih dengan satu roket pendorong di bawah nya, saat ini pesawat tersebut baru saja keluar dari orbit di Planet Jupiter.
Di dalam pesawat, di dalam Kabin Perjamuan.
Kabin ini sangat besar berukuran 100x100 meter, di dalam kabin tampak para Kadet yang sedang mengadakan pesta dansa dan ada sekitar 50 Kadet yang lulus di tahun tersebut. Saat ini Jupiter tengah duduk dan di dampingi oleh 4 orang Kadet wanita tercantik di angkatan nya, yaitu Magdalena, Silvia, Cay Yank, dan Widuri yang naksir kepadanya sejak tahun ajaran pertama.
"Jupiter kau sudah berjanji akan memberikan jawaban mu di hari perpisahan antar Kadet ini kan, hari ini adalah saatnya,"
"Siapa yang akan kau pilih di antara kami berempat, Jupiter." Ucap Cay Yank.
"Ugh...... Gadis-gadis ini masih mengingat nya, padahal sudah lima tahun berlalu,"
"Makanya mereka menyekap ku di sofa saat ini." Gumam Jupiter.
"Benar Jupiter, kami sudah menunggu selama lima tahun, malam ini kau harus memutuskan nya," Ucap Magdalena.
"Gawat..... Aku harus bagaimana." Gumam Jupiter
"Huft.......................... " Suara hembusan panjang nafas Jupiter.
"Apa perlu kau mencoba kami satu persatu terlebih dahulu, baru kemudian memutuskan nya sesudah itu, Jupiter?" Tanya Widuri.
"Ya aku sangat setuju dengan usul dari Widuri tersebut, tenang saja aku ini masih tersegel dengan rapat." Ucap Silvia, lalu menggandeng tangan Jupiter.
"Aku tidak masalah jika kau menjadikan aku yang kedua Jupiter, yang penting aku bisa selalu bersamamu." Ucap Widuri.
"Wah............ Gadis-gadis ini seenak nya saja memutuskan nya, jadi aku harus bagai mana nih?" Gumam Jupiter.
Jupiter pun berpikir sejenak.
"Kurasa kita harus menikmati Pesta Dansa ini terlebih dahulu, masalah memilih nanti saja kita putuskan setelah selesai Pesta Dansa ini selesai Nona-nona." Ucap Jupiter, lalu melepaskan gandengan tangan Silvia.
"Ugh........ Widuri dasar Fuckgirl." Gumam Silvia.
Widuri lalu beranjak dari sofa kemudian duduk di pangkuan Jupiter, ia tersinggung dengan perkataan Silvia. Kedua gadis lainnya sebenarnya tersinggung juga, namun mereka tidak pandai bersilat lidah.
"Jupiter, aku tahu kalau perawan itu memang sempit dan menawan,"
"Tapi pernahkah kau mendengar mengenai Janda, walau pun tidak sempit tapi pandai menjepit," Ucap Widuri.
"Uhuk.... uhuk.... uhuk..... " Suara batuk Jupiter, saat mendengarkan statemen nakal tersebut.
Beberapa menit kemudian.
"Ugh.......... Celanaku terasa sedikit sesak, Widuri kenapa kau pakai acara duduk di pangkuan ku pula." Gumam Jupiter, pipinya pun memerah.
Widuri seperti nya mulai menyadari tonjolan tersebut.
"Wah...... Besarnya, aku sungguh beruntung." Gumam Widuri.
"Hi..... Hi...... Hi...... "
"Hi......Hi...... Hi...... " Tawa Kecil Widuri.
Jupiter pun mulai gagal paham dan tidak bisa berkonsentrasi dengan perkataan Widuri, ia berpikiran polos jika Widuri adalah seorang Jamur atau Janda di bawah umur.
"Kasian Widuri, aku jadi teringat ibuku yang harus menjadi single parent sesudah ayah ku pergi dan tidak kembali,"
"Ugh......tapi kenapa juga kau berlama-lama duduk di pangkuan ku Widuri......." Gumam Jupiter, sedikit gelisah
Sebenarnya Jupiter memilih Widuri di karenakan Widuri bersedia di jadikan yang kedua, dan dia merupakan Kadet ter panas di angkatan nya.
"Ugh....... Fuckgirl ini memang seorang profesional, bahkan dia langsung menerkam Jupiter di hadapan kami bertiga saat ini,"
"Sepertinya ada yang menonjol, Aku tidak terima." Gumam Cay Yank.
Cay Yank lalu berdiri dari sofa kemudian menarik lengan Widuri agar bangun dari pangkuan Jupiter dan kembali ke sofa. Widuri pun kembali duduk di sofa, lalu Cay Yank berdiri di hadapannya.
"Hah......... Syukurlah, jika tidak aku tidak akan kuat menahan nya lagi, berat.... sungguh berat namun wangi." Gumam Jupiter.
"Cepat putuskan sekarang Jupiter, kami berempat adalah teman?" Tanya Cay Yank.
"Benar Jupiter, kau harus memilih nya sekarang?" Ucap Magdalena.
"Aku akan memilih Widuri, aku kasian pada nya dia kan Jamur." Gumam Jupiter.
"Baiklah aku akan memutuskannya sekarang." Ucap Jupiter.
"Pilih aku Jupiter, malam pertama mu pasti akan membara dan cetar membahana, Jupiter." Ucap Magdalena.
"Ugh...... Magdalena memiliki tekad yang berapi-api dia sangat cocok menjadi seorang kapten daripada seorang isteri." Gumam Jupiter.
"Pilih aku Sayang, ku pastikan tiap malam mu selalu basah." Ucap Cay Yank.
"Ugh.....Cay Yank pasti sering bermain yang berair-air dan becek-becek, dia lebih cocok jadi petugas kebersihan dari pada seorang istri." Gumam Jupiter.
Pilih aku Beib, aku pasti akan menjadi istri yang akan membahagiakan kan mu selamanya." Ucap Silvia.
"Ugh....... Silvia merupakan seorang istri tipe ke ibuan dan memiliki pemikiran yang paling normal di antara mereka berempat, namun menjadikan nya istri pasti hidup ku akan monoton." Gumam Jupiter.
"Aku gak neko-neko Pa, aku bersedia menjadi istri kedua, ketiga, atau keempat,"
"Yang penting dapat selalu bersama Papa." Ucap Widuri.
"Ugh...... Kasian... Kasian sekali Widuri, dia sampai pasrah dengan hidupnya, dia lah yang paling cocok dengan ku,"
"Yang penting dia memiliki seorang sandaran hidup itu sudah cukup bagi nya, kasian Widuri seorang single parent." Gumam Jupiter, mata nya tampak berkaca-kaca.
"Dasar FuckGirl aku sudah pasti kalah, rayuan nya sangat profesional." Gumam kompak ketiga Gadis cantik tersebut.
"Aku akan memilih.................. " Ucap Jupiter.
Belum habis Jupiter berbicara, Seorang Gadis Cantik muncul dengan tiba-tiba lalu menarik nya dari kumpulan Gadis-gadis tersebut. Karena tarikan nya begitu kuat Jupiter pun terpaksa ikut berlari dengan nya, ternyata Gadis Cantik tersebut adalah Uranus.
"Uranus, kenapa kau menarik ku?" Tanya Jupiter, sambil berlari.
"Sudah kita lari dulu Jupiter, lihat keempat Fuckgirl itu sedang mengejar mu,"
"Padahal mereka sudah tau kan kalau kau adalah mangsaku." Ucap Uranus, sambil berlari.
"Mangsa, apa dia pikir aku seekor **** hutan alien?" Gumam Jupiter, sambil berlari.
"Penculik, lepaskan calon suamiku," Teriak Silvia.
Mereka berempat pun mengejar Jupiter dan Uranus, setelah beberapa menit mereka pun tiba di parkiran pesawat kecil di dalam pesawat induk ini. Uranus kemudian menyembunyikan Jupiter di dalam pesawat kecil miliknya.
Di dalam pesawat kecil milik Uranus.
Uranus pun menyalakan penerangan di dalam Pesawat kecil ini.
"Jupiter ku bersembunyi lah disini, anggap saja ini pesawat mu sendiri." Ucap Uranus.
"Tapi Uranus........... " Ucap Jupiter.
"Husss.................. "
"Aku pergi dulu Jupiter, setelah aku menyingkirkan mereka aku akan kembali." Ucap Uranus.
Uranus lalu mencium bibir Jupiter.
"Uranus, kau.... " Ucap Jupiter, lalu membalas ciuman Uranus.
Uranus pun pergi meninggalkan Jupiter, dari pintu darurat di langit-langit pesawat.
"Kenapa dia keluar dari sana ya, mungkin pintu di samping itu sudah macet, pesawat ini keliatan sudah tua,"
"Ya sudah sebaiknya aku duduk di sana saja dulu sambil menghisap sebatang rokok." Gumam Jupiter.
Beberapa saat kemudian.
"Duarghhh....... Duargh...... Duargh......... " Suara ledakan.
"Ugh............sepertinya ada serangan dari Perompak Ruang Angkasa, aku sebaik nya ke Kabin kemudi." Ucap Jupiter.
"Duarghhh....... Duargh...... Duargh......... " Suara ledakan.
"Groagh........ Groagh........ Groagh........ " Suara getaran pesawat induk.
Pintu garasi pesawat induk pun mulai terbuka sendiri, Pesawat induk mulai miring menyebabkan pesawat-pesawat kecil di dalamnya tergelincir keluar.
Di dalam Kabin Kemudi.
Jupiter sedang mencoba mengoperasikan pesawat kecil ini, namun dia bingung karena pesawat ini merupakan pesawat tua. Pesawat kecil ini tengah melayang di ruang angkasa setelah keluar dari pintu garasi pesawat induk.
"Bagaimana ini?"
"Ugh..... Uranus kenapa pesawat mu begitu kuno." Ucap Jupiter, lalu menoleh ke kaca depan.
"Apa itu............." Ucap Jupiter.
"Duargh....... Duarghhh..... Duargh........ " Suara ledakan akibat serangan Perompak Ruang Angkasa.
Sebuah Red Hole raksasa muncul di depan nya terlihat banyak sekali pesawat kecil dan pesawat darurat yang terhisap ke dalam nya. Pesawat kecil yang di naiki oleh Jupiter pun ikut terhisap ke dalam nya.
Sebulan kemudian, Pasca Pesawat Kecil Jupiter terhisap ke dalam sebuah Red Hole.
Saat ini Jupiter tengah tidur dan bermimpi tentang kenangan masa kecil nya dari dalam Kabin Kemudi.
Planet Jupiter tahun 2500 masehi.
Jupiter dan ayahnya sedang kamping di Gunung Andala, sebuah Gunung tertinggi di Planet Jupiter.
"Ayah lihatlah langit di atas sana,"
"Wah................banyak sekali bintang-bintang nya, yah." Ucap Jupiter cilik, sambil menunjuk ke atas langit.
Ayah Jupiter pun melihat ke atas langit tersebut, lalu berdiam diri sejenak.
"Jupiter, bintang-bintang yang banyak itu merupakan kumpulan galaksi-galaksi yang sangat-sangat jauh dari tempat kita berada saat ini." Ucap Ayah Jupiter.
"Ayah bisakah kita mengambil bintang-bintang di atas sana." Ucap Jupiter cilik, sambil menoleh ke arah ayah nya.
Ayah Jupiter kembali diam untuk sejenak, lalu mulai tertawa.
"Ha... ha... ha..." Suara tawa kecil ayah Jupiter, lalu memegang kedua pundak Jupiter.
"Jupiter, Kita tidak bisa mengambilnya putra ku,"
"Tapi kita bisa pergi ke sana suatu saat." Ucap ayah Jupiter, lalu menunjuk langit di malam hari.
"Benarkah ayah, kapan ayah akan membawaku ke bintang-bintang di sana?" Tanya Jupiter cilik.
"Bulan depan ayah berjanji setelah selesai bertugas, ayah akan mengajak mu ke Galaksi Cahaya,"
Galaksi Cahaya yang dimaksud ayah Jupiter merupakan sebuah markas pusat Federasi Bintang.
"Ini terimalah, ayah memberikan mu sebuah Cincin Bintang,"
"Pakailah Jupiter." Jawab ayah Jupiter, sambil memberikan sebuah cincin ke tangan Jupiter.
Jupiter lalu memakai Cincin Bintang tersebut dan kembali memandangi bintang-bintang di langit dari atas Gunung Andala. Ternyata itu semua hanyalah mimpi Jupiter yang sedang tertidur di sebuah kursi kemudi pesawat ruang angkasa.
"Hah.....................mimpi itu lagi," Gumam Jupiter.
"Ayah sekarang aku sudah berada di antara bintang-bintang tersebut." Gumam Jupiter, sambil melihat cincin di jari telunjuk nya sebelah kanan.
Cincin Bintang ini berwarna putih seperti Giok.
"Ayah........... " Gumam Jupiter.
Jupiter saat ini sedang berada di dalam sebuah pesawat ruang angkasa kecil yang sudah kehabisan bahan bakar. Pesawat ruang angkasa ini sudah terombang-ambing selama sebulan di galaksi antah-berantah tersebut. Pesawat ruang angkasa pun perlahan-lahan mulai mendekati sebuah Planet yang berwarna Putih.
Kabin Kemudi
"Hah.............. " Suara nafas panjang Jupiter.
"Sepertinya persediaan makanan di dalam pesawat ini sudah mulai habis, aku seperti nya akan segera mati karena kehabisan makanan." Gumam Jupiter.
Jupiter tidak menyadari bahwa sanya pesawatnya saat ini sedang di tarik oleh medan gravitasi Planet Putih di dekatnya.
"Sekaleng beer disaat-saat seperti ini adalah yang terbaik, tidak kukira karier ku di Federasi Bima Sakti akan berakhir seperti ini." Ucap Jupiter.
Jupiter pun bangun dari kursi lalu beranjak ke kabin tengah berencana meminum sekaleng beer, dan menghisap sebatang rokok untuk yang terakhir kalinya.
Kabin Tengah
Ia pun mulai berjalan perlahan ke kabin tengah kemudian mengambil beer terakhir yang tersisa di dalam lemari penyimpanan pesawat tersebut.
"Ketemu juga." Gumam Jupiter.
Ia pun lalu duduk di kursi kabin tengah dan membuka kaleng beer tersebut kemudian mulai meneguk nya beberapa kali.
"Wah............ "
"Rasa beer ini sungguh sangat nikmat, jika tahu begini saat di bulan aku pasti akan membiarkan Uranus melakukan hal tersebut kepadaku." Gumam Jupiter, lalu mengingat sebuah kenangan saat ia baru saja di terima menjadi seorang Kadet di Akademi.
Bulan Planet Bumi
Hutan Hujan Kota Bulan, pepohonan yang tumbuh di dalam hutan ini adalah sebuah pohon cemara dengan warna daun kemerah-merahan. Hutan ini tercipta akibat rekayasa yang di lakukan oleh tim penelitian Federasi Galaxi Bima Sakti, sebagai salah satu paru-paru di bulan. Saat ini Jupiter tengah kamping di dalam Hutan Hujan Kota Bulan bersama kadet-kadet muda lainnya, kamping ini di adakan oleh pihak Akademi Bima Sakti guna merayakan kelulusan para kadet-kadet baru ini memasuki Akademi Bima Sakti.
Di dalam tenda Jupiter.
Usia Jupiter saat itu adalah 15 tahun dan dia merupakan seorang Kadet muda yang paling tampan di dalam Akademi.
"Akhirnya aku lulus juga, tidak sia-sia selama beberapa bulan ini aku giat belajar di rumah." Gumam Jupiter.
Jupiter saat ini menyadari beberapa Kadet Wanita tengah mengintip nya di luar tenda.
"Kya......... tidak ku sangka dia begitu tampan." bisik salah satu Kadet Wanita tersebut.
"Papanya juga merupakan Panglima Galaxi Bima Sakti ini, kegagahan nya itu pasti di turun kan oleh Papanya." Bisik Kadet Wanita lainnya.
Jupiter sejak dulu sangat di gemari oleh para gadis-gadis, jadi dia sudah terbiasa dengan hal-hal seperti penguntitan.
"Biarlah mereka mengintip ku di luar tenda, yang penting mereka tidak akan masuk ke tendaku lalu melecehkan ku,"
"Baiklah aku harus belajar lagi."
"Ganbatte, Jupiter." Gumam Jupiter, lalu mulai membaca buku pelajaran dengan serius kembali.
Beberapa saat kemudian sesosok gadis yang sangat cantik pun masuk ke dalam tenda Jupiter, tercium jelas bau alkohol sangat menyengat dari dalam mulutnya. Kadet muda ini adalah Uranus Jackal, dan saat ini dia tengah mengenakan sebuah piyama tidur yang super minim dan transparan yang sangat menggoda.
"Jupiter, aku ingin berbicara empat mata dengan mu,"
"Bolehkah." Ucap Uranus.
"Firasat Ku tidak enak, dan saat ini dia sedang mabuk,"
"Jelas-jelas saat ini kami tengah berbicara empat mata, kecuali beberapa Kadet penguntit di luar." Gumam Jupiter.
"Bicaralah Uranus cepat." Ucap Jupiter.
"Ugh.... celanaku mulai terasa sempit, kenapa dia harus mengenakan pakaian super minim tersebut." Gumam Jupiter.
Uranus yang tengah mabuk semakin mendekati Jupiter, lalu menggenggam tangan nya.
"Jupiter, kau tau saat ini kita tengah berada di bulan kan." Ucap Uranus.
"Ya tentu saja Uranus kita saat ini memang sedang berada di Hutan Hujan Kota Bulan." Ucap Jupiter.
"Sebenarnya seberapa banyak kaleng beer yang dia habiskan sebelumnya sih." Gumam Jupiter.
"Uak........................... " Suara muntahan beer ke celana Jupiter.
"Waduh......basah deh, mana tanganku lagi di pegang nya lagi." Gumam Jupiter.
"Maaf.... maaf..... Jupiter, aku tidak sengaja." Ucap Uranus, kemudian mulai mengelap muntahan beer yang ada di celana milik Jupiter.
"Uranus sebaiknya jangan." Ucap Jupiter.
Uranus tidak menghiraukan perkataan Jupiter, lalu terus mengelap nya.
"Ugh.................. sudahlah." Gumam Jupiter.
Sementara itu di luar Tenda.
"Wah........ Uranus benar-benar berani, dia bahkan berani mengelap sesuatu di bawah perut Jupiter,"
"Kya...... aku jadi pengen ngelap juga." Bisik salah satu Kadet Wanita.
"Huss...... diam lah, nanti kita semua bisa ketauan sama Jupiter." Bisik Kadet Wanita lainnya.
Di dalam tenda.
"Sampai dimana aku tadi berbicara Jupiter." Ucap Uranus.
"Berat nih si kawan mabuk." Gumam Jupiter.
"Bulan." Uranus. Ucap Jupiter.
"Oh..... iya benar Bulan,"
"Bulan ini merupakan salah satu sumber penerangan saat malam di Planet Bumi sejak zaman dahulu kala,"
"Sedangkan kamu Jupiter, merupakan sebuah sumber penerangan di dalam hatiku." Ucap Uranus, lalu mendorong tubuh Jupiter hingga tersungkur.
"Uranus sadarlah, kau sedang mabuk." Ucap Jupiter.
Uranus pun kemudian naik ke atas tubuh Jupiter lalu mencium bibir nya dan hendak memperkosanya.
"***** nih perempuan, sebaiknya aku menghentikannya sekarang." Gumam Jupiter.
Jupiter lalu mendorong tubuh Uranus hingga menjauh dari nya.
"Jupiter.... apakah aku kurang cantik?" Tanya Uranus.
"Bukan kau hanya sedang mabuk, kembalilah disaat kau tidak sedang mabuk Uranus." Jawab Jupiter.
Uranus lalu tersenyum, kemudian beranjak keluar begitu sampai di pintu tenda ia pun menghentikan langkahnya.
"Ingat ya Jupiter, aku pasti akan kembali." Ucap Uranus, lalu keluar dari tenda.
"Ugh........ sebenarnya aku mau bersama dengan mu Uranus, hanya saja cowok yang terakhir kali dekat dengan mu di bunuh oleh Papa mu." Gumam Jupiter, lalu kembali belajar.
Diluar Tenda, saat Uranus mengutarakan cintanya.
"So... sweeet.......... Uranus, walau ayah mu seorang pembunuh bayaran,"
"Tapi gaya bicara mu sangat romantis." Bisik salah satu Kadet Wanita.
"Huss........... jangan berisik mereka akan melakukannya itu lihat Jupiter dan Uranus sedang berciuman.
Beberapa saat kemudian.
"Kwak...... Kwak..... Kwak..... " Suara seekor alien Gagak sedang lewat.
"Ugh...... Jupiter, kenapa kau malah mendorongnya... " Bisik salah satu Kadet Wanita.
"Kan Kentang jadinya...... " Bisik Kadet Wanita lainnya.
"Dasar Jupiter bodoh, sesekali beri kami pertunjukan yang menarik, bukan tontonan yang kentang seperti ini." Bisik Kadet Wanita lainnya.
"Byurrrr............... " Suara hujan deras.
Beberapa saat kemudian Para Kadet Penguntit pun membubarkan diri dengan wajah kesal akibat turun hujan.
Saat ini
Kembali ke kabin tengah dimana Jupiter tengah duduk di sebuah kursi.
"Jika tau aku bakal terdampar seperti ini, pasti saat itu aku akan membiarkan diriku di perkosa oleh Uranus,"
"Walaupun sudah banyak berciuman dengan gadis-gadis cantik, namun sampai saat ini aku masih saja perjaka,"
"Ini semua karena obsesi ku mengikuti Jejak ayahku." Gumam Jupiter.
"Hiks....... hiks...... hiks........ " Tangis kecil Jupiter di dalam hati, kemudian ia meletakkan beer tersebut di atas meja bundar di tengah kabin.
"Sebaiknya aku mulai menghisap sebatang rokok, untuk menghilangkan rasa galau ku saat ini." Gumam Jupiter, lalu mulai merogoh saku celananya berniat mengambil sebungkus rokok.
Beberapa saat kemudian.
"Ah.......ketemu ini dia bungkus rokoknya." Ucap Jupiter, setelah merogoh bungkus rokok nya.
Di dalam bungkus rokok ternyata hanya tersisa sebatang rokok lagi, Jupiter pun mulai mengambil nya lalu hendak membakarnya. Jupiter pun merogoh-rogoh kembali saku celananya lalu saku baju nya untuk mencari sebuah pemantik api, tapi benda tersebut tak kunjung ia temukan. Jupiter pun duduk di kursi sambil melempang kan kedua kaki nya, lalu mengambil lagi rokok yang ada di mulut nya kemudian memasukkan nya kembali ke dalam bungkusan nya dan menyimpan nya.
"Sungguh sial, bahkan disaat-saat terakhir ini aku tidak dapat menikmati sebatang rokok pun." Gumam Jupiter.
Pesawat ruang angkasa milik Jupiter pun mulai memasuki atmosfer planet putih, goncangan pun mulai terjadi.
"Groaghhhhh.......... groaghhhhh........... " Suara goncangan pesawat.
Jupiter pun lantas berpegangan pada meja bundar di kabin belakang, goncangan yang terjadi pun semakin besar.
"Ada apa ini, sepertinya pesawat ini bertabrakan dengan sebuah asteroid." Ucap Jupiter.
"Bahkan aku akan mati dengan mengenaskan, tanpa menyisakan apa pun,"
"Malangnya nasibku." Gumam Jupiter.
Akibat goncangan yang begitu besar kepala Jupiter pun akhirnya membentur dinding kabin setelah itu tubuhnya pun oleng beberapa kali hingga akhirnya, ia pun tersungkur lalu tak sadarkan diri kemudian.
"Ugh................. " Gumam Jupiter.
Pesawat ruang angkasa Jupiter mulai ditarik oleh medan gravitasi Planet Putih tersebut, lalu melesat cepat ke arah daratan layaknya komet yang jatuh.
Beberapa saat kemudian.
"Duarrrrrr............" Suara ledakan yang di akibatkan pesawat mendarat secara tidak sempurna ke pinggiran pantai di Planet Putih.
Planet Putih ini adalah Planet Jabberwook, salah satu Planet yang di lindungi oleh Federasi Bintang karena peradaban nya yang masih primitif.
"Kwak....... Kwak....... Kwak........ " Suara burung ungu berparuh besar yang terbang saat mendengar suara ledakan tersebut.
Koloni bumi shelter 215, Planet Jupiter tahun 2500 masehi
Jupiter kembali tak sadar kan diri lalu bermimpi mengenai ayah nya kembali.
"Ayah kau telah berjanji hari ini akan membawaku ke bintang-bintang tersebut." Ucap Jupiter cilik, sambil memandangi langit melalui jendela di dalam kamarnya.
"Tapi kau tak kunjung datang, Ayah," Ucap Jupiter cilik.
"Hiks.... hiks.... hiks..." Suara tangis kecil Jupiter cilik, kemudian Jupiter memandangi cincin bintang pemberian ayahnya.
Jupiter pun terus memandangi langit malam tersebut dari rumah nya yang berada di koloni bumi shelter 215 seorang diri. Ternyata itu semua hanya mimpi, dan akhirnya Jupiter Pun mulai sadar kembali.
Saat ini
Kabin Tengah
Jupiter pun mulai membuka kedua matanya perlahan.
"Argggh...................... mimpi itu lagi." Gumam Jupiter, sambil memegang kepala nya yang masih sedikit sakit dan agak pusing.
Jupiter lalu bangun dan mengambil perban lalu obat-obatan dari dalam lemari penyimpanan berniat mengobati luka di dahinya. Setelah itu Jupiter pun beranjak kembali ke dalam ruang kabin kemudi.
"Ugh...............Kepalaku sakit sekali." Gumam Jupiter.
Kabin Kemudi
Sesampainya di kabin kemudi, Jupiter pun sangat terkejut melihat nya. Tampak di kaca depan kabin kemudi sebuah daratan yang di tumbuhi oleh tanaman-tanaman dan pepohonan yang berbentuk aneh.
"Di mana ini?" Ucap Jupiter.
Jupiter kemudian diam sejenak untuk menganalisa apa yang sebenarnya terjadi.
Beberapa saat kemudian dia mulai menyadari sesuatu.
"Ternyata goncangan besar tadi disebabkan oleh pesawat yang sedang memasuki atmosfer planet ini."
"Sungguh beruntung diriku mendarat dengan hanya sedikit luka di dahi." Gumam Jupiter.
Jupiter pun kembali ke kabin tengah lalu duduk di kursi.
Kabin Tengah
"Walaupun sudah tumpah, namun masih bersisa sedikit," Gumam Jupiter, lalu meneguk habis beer tersebut.
"Setidaknya aku masih memiliki kesempatan untuk bertahan hidup."
"Sebaiknya aku bersiap untuk menjelajahi daratan asing ini." Gumam Jupiter.
Jupiter pun mulai bersiap, ia pun mengenakan seragam kadet resmi nya yang berwarna hitam lalu membawa serta ransel di punggung nya dan pistol laser di pinggang nya.
"Baiklah Planet Asing, aku akan menjamah mu sebentar lagi,"
"Kenapa aku mengingat Widuri ya, ugh.......Jamur....jamur." Gumam Jupiter.
Ia pun memencet tombol di dinding kabin belakang seketika pintu darurat tepat di atas langit-langit pesawat ruang angkasa tersebut terbuka secara otomatis. Tangga pun mulai turun perlahan, Jupiter pun langsung menaiki tangga tersebut dan beranjak keluar.
Tepian Pantai Planet Putih, di atas Pesawat Ruang Angkasa Kecil.
"Hem.......... huft......... " Suara tarikan dan hembusan panjang nafas Jupiter.
"Udara nya begitu segar, tumbuhan yang tumbuh disini pun benar-benar tumbuh secara alami,"
"Tidak seperti di tempat asal ku yang hanya bisa tumbuh melalui rekayasa genetik." Gumam Jupiter.
Pesawat ruang angkasa yang di naiki Jupiter memiliki desain bulat pipih dengan dua buah ekor di atasnya dan empat roket pendorong. Pesawat ruang angkasa ini memiliki diameter lima belas meter, dan berbahan bakar kristal energi. Jupiter pun keluar tepat di atas atap pesawat ruang angkasa tersebut.
"Sebaiknya aku tidak perlu terburu-buru menjelajahi daratan asing ini, aku harus mengamati keadaan lingkungan nya terlebih dahulu." Gumam Jupiter, lalu mulai mengamati ke sekeliling tepian pantai dan hutan menggunakan teropong milik nya.
Beberapa saat kemudian.
"Kwak...... Kwak...... Kwak.... " Suara burung ungu berparuh besar.
"Hah..... apa itu?" Gumam Jupiter.
Di sekitar 10 km di depan pesawat ruang angkasa terlihat se ekor burung berwarna ungu yang memiliki paruh besar dan memiliki tinggi 2 meter mendarat di tepi pantai.
"Kwak..... Kwak....... Kwak......." suara kicauan Burung Alien tersebut.
"Pantai ini begitu sunyi, apa yang menyebabkan nya begitu sunyi?" Ucap Jupiter.
"Laut tenang sebelum datang nya badai, sebaiknya aku mengobservasi pantai putih ini terlebih dahulu." Ucap Jupiter.
Beberapa saat kemudian muncul monster mirip cacing raksasa dari dalam pasir yang langsung menerkam burung berparuh besar berwarna ungu tersebut.
"Kwakkkk.............. " Jeritan burung ungu berparuh besar.
Cacing monster itu pun masuk kembali ke dalam pasir setelah memangsa burung tersebut, suasana di tepian pantai putih ini pun kembali tenang dan sunyi.
"Untung aku tidak gegabah tadi, jika tidak sudah tamat riwayatku di mangsa seperti burung berparuh ungu tersebut." Gumam Jupiter.
"Sebaiknya aku mengambil speedboard angkasa di pesawat terlebih dahulu, baru menjelajah planet asing ini." Gumam Jupiter.
Jupiter pun kembali ke dalam pesawat ruang angkasa nya lalu mengambil speedboard angkasanya dan kembali ke luar pesawat. Di planet putih ini hari sudah menjelang siang terlihat matahari sudah berada di atas kepala. Air laut di planet ini berwarna putih jernih, serta pepohonan di sekitar hutan memiliki bentuk yang sangat aneh. Pohon tersebut memiliki batang berwarna hijau namun daun-daunnya berwarna putih.
"Hutan yang sangat aneh, baru kali ini aku melihat nya,"
"Tapi aku sudah terbiasa dengan yang aneh-aneh,saat di Akademi aku berulang kali hampir di perkosa oleh para Kadet Wanita,"
"Hutan aneh ini tidak membuat ku takut sedikit pun." Gumam Jupiter.
Diameter dari pohon-pohon di hutan ini pun berkisar tiga meteran, sangat besar untuk ukuran sebuah pohon. Jupiter masih belum meninggalkan atap pesawat, ia masih saja memantau keadaan di planet asing tersebut.
"Sepertinya jika kita tidak bersentuhan dengan pasir tersebut, cacing raksasa itu tidak akan muncul." Ucap Jupiter.
Hutan Minotaur
Jupiter pun mulai meninggal kan pesawat ruang angkasa tersebut menggunakan speedboard angkasanya lalu terbang perlahan ke arah hutan disekitar pantai. Ia pun takjub melihat hutan tersebut yang di penuhi berbagai jenis tanaman-tanaman aneh. Jupiter pun mulai menjelajah semakin dalam ke dalam hutan tersebut, beberapa saat kemudian se ekor binatang buas alien menerjang ke arah nya.
"Ergh.............. " Erangan binatang buas alien tersebut.
Jupiter pun tersungkur jatuh dari speedboard nya dengan luka cakaran di punggung nya serta ransel nya pun ikut terjatuh tanpa di sadari nya.
"Ugh........... punggung ku, sakit,"
"Apa yang menyerang ku barusan." Ucap Jupiter.
Binatang buas tersebut pun mulai melompat ke atas tubuh Jupiter yang terjatuh lalu mengaum.
"Aurgh.................... " Suara auman binatang alien tersebut.
Ia pun mengambil pistol laser di pinggang nya lalu mengarahkan nya tepat ke kepala binatang buas alien tersebut.
"Mati kau." Ucap Jupiter.
"Drrrtrrrtttttrtttt......." Suara tembakan laser milik Jupiter.
Tembakan Jupiter berhasil mengenai tepat di dahi binatang buas alien tersebut, seketika binatang buas tersebut pun tewas dan roboh menimpa Jupiter. Ia pun kemudian menolak tubuh binatang buas alien yang menimpa nya ke samping lalu kemudian bangun.
"Ugh...... beratnya apa yang sebenarnya dia makan selama ini." Gumam Jupiter.
"Hampir saja aku tinggal nama, sepertinya masih ada dua ekor lagi di hadapanku." Ucap Jupiter.
Kedua binatang buas itu menatap tajam ke arah Jupiter, Ia pun kembali melesatkan tembakan laser ke arah binatang buas alien tersebut.
"Drrrtrrrtttttrtttt......." Suara tembakan laser milik Jupiter.
Binatang buas alien tersebut pun menghindari nya dengan lincah, sementara itu binatang buas alien yang lainnya menerjang ke arah Jupiter lalu berhasil melukai tangan Jupiter.
"Akh...... tanganku, rasakan ini." Teriak Jupiter.
Jupiter pun kemudian melesatkan tembakan laser ke arah binatang buas yang menyerang nya tersebut, namun dengan lincah nya binatang buas alien tersebut kembali menghindari nya.
"Drrrtrrrtttttrtttt......." Suara tembakan laser milik Jupiter.
"Ugh...... makhluk-makhluk ini sangat lincah, dan sangat menguasai medan di hutan ini." Gumam Jupiter.
Sementara itu binatang buas alien yang lainnya menyerang dan melukai dada Jupiter, melihat itu ia pun memutuskan untuk berlari menghindari makhluk-makhluk tersebut.
"Sebaiknya aku lari saja dulu, sambil berlari aku akan mencari jalan keluar nya." Gumam Jupiter, sambil berlari.
Binatang buas alien tersebut memiliki perawakan seperti harimau namun memiliki gigi taring yang panjang dan warna bulunya putih. Kedua binatang buas alien tersebut pun mulai mengejar Jupiter sambil mengaum.
"Aurghhhh......... aurgh............ " Auman binatang buas alien tersebut.
Jupiter pun terus berlari dengan susah payah, disebabkan medan hutan yang sulit.
"Sial akan sangat susah jika menghadapi kedua makhluk tersebut sekaligus." Ucap Jupiter.
Sambil berlari Jupiter pun menembakkan laser beberapa kali ke arah kedua binatang buas alien tersebut.
"Drrrtrrrtttttrtttt.......Drrrtttttrrrttt.........Drrrttttt ......." Suara tembakan laser milik Jupiter, yang mengenai pepohonan.
"Binatang tersebut terus mengejarku, sial.....aku harus bagaimana?" Gumam Jupiter.
Karena sudah kelelahan Jupiter pun tersandung akar pohon di depan nya lalu tersungkur ke depan. Ia pun kemudian membalikkan badan nya, dengan cepat salah satu binatang buas alien tersebut langsung menerkam Jupiter.
"Aurghhh...................... " Suara raungan binatang buas alien tersebut sebelum menggigit leher Jupiter.
"Ugh..... telinga ku sakit jadinya, suara nya begitu besar." Gumam Jupiter.
Makhluk buas tersebut pun mulai berniat menggigit leher Jupiter, dengan cepat ia pun kembali menembakkan laser ke arah rahang bawah binatang buas alien tersebut.
"Drrrtrrrtttttrtttt......." Suara tembakan laser milik Jupiter, mengenai binatang buas alien tersebut.
Seketika binatang buas alien itu pun tewas, dan roboh menimpa tubuh Jupiter kembali. Ia pun lantas mendorong nya kesamping, kemudian Jupiter pun bangun. Binatang buas alian yang terakhir kini lebih waspada, makhluk tersebut hanya mengitari Jupiter beberapa kali sambil menatap nya.
"Grooooaghhhh...." Suara auman binatang buas alien tersebut.
Setelah mengaum binatang buas alien tersebut pun mulai menerjang ke arah lengan Jupiter yang memegang senjata.
"Argggghhh..... " Teriak Jupiter, tangannya terluka terkena cakaran binatang buas alien tersebut.
Senjata milik Jupiter pun terpental jatuh, ia pun mulai meraba-raba punggung nya hendak mengeluarkan senjata lainnya dari dalam ranselnya.
"Ugh....... ransel ku pasti terjatuh saat berlari tadi." Gumam Jupiter.
Alangkah sialnya Jupiter, ternyata ransel nya telah terjatuh tanpa disadarinya. Binatang buas alien tersebut pun mulai menerkam ke arah Jupiter, seketika tubuhnya pun roboh ke tanah. Binatang buas alien pun bersiap menggigit leher Jupiter.
"Dia pasti mengaum terlebih dahulu." Gumam Jupiter.
"Aurgh................... " Suara auman binatang buas alien tersebut.
Jupiter pun mulai melakukan telekinesis ke arah pistol laser nya yang terjatuh.
"Melayang.... melayang lah kemari." Gumam Jupiter.
Seketika pistol laser milik Jupiter terbang dengan cepat kembali ke genggaman tangannya. Beberapa detik sebelum rahang binatang buas tersebut mulai menggigit leher Jupiter, Ia pun melesatkan tembakan laser ke dalam mulut makhluk buas tersebut.
"Drrrtrrrtttttrtttt......." Suara tembakan laser milik Jupiter, mengenai mulut binatang buas alien tersebut.
Seketika makhluk buas tersebut tewas lalu roboh menimpa Jupiter kembali.
"Brukkkk.................. " Suara tubuh makhluk buas alien tersebut saat roboh.
"Akhirnya bencana ini selesai juga." Gumam Jupiter.
Beberapa saat kemudian.
"Kryukkkk...... kryukkkk...... " Suara perut Jupiter.
"Sepertinya aku harus mencari makanan disekitaran sini, hari ini aku belum makan apa pun." Gumam Jupiter.
Luka diakibatkan cakaran binatang buas alien tersebut pun mulai berdenyut dan sakit.
"Aduh..................sakit nya." Ucap Jupiter, sambil melihat bekas luka di tubuh nya dan bajunya yang sobek.
Jupiter pun mendorong tubuh binatang buas yang menimpanya kesamping, lalu berdiri dan mulai menjelajahi kembali hutan tersebut berniat mencari makanan.
Beberapa saat kemudian
"Huft....................... " Suara nafas panjang Jupiter.
Ia pun mulai melihat sebuah pohon dengan batang yang berwarna coklat dan daunnya berwarna hijau, serta di dahannya ada banyak sekali buah-buahan sebesar bola kaki yang berwarna kuning dan merah. Jupiter pun menscan pohon tersebut menggunakan Gelang Ensiklopedia Galaxi yang ada di pergelangan tangan nya.
"Jenis tanaman Pohon Lunarium, berusia sekitar seratus tahun dan hidup pada iklim tropis," Suara yang keluar dari gelang Jupiter.
"Buahnya aman untuk di konsumsi." Suara dari gelang Jupiter.
Jupiter pun bergegas menembak ke arah salah satu dahan menggunakan pistol laser milik nya.
"Drrrtrrrtttttrtttt......." Suara tembakan laser milik Jupiter, mengenai salah satu dahan Pohon Lunarium.
"Brukkkk....... " Suara dahan pohon yang jatuh ke atas tanah.
"Lapar nya..... " Ucap Jupiter.
Karena sangat lapar Ia pun langsung menyantap buah dari Pohon Lunarium tersebut.
"Buah ini benar-benar lezat, berair manis rasanya bermacam-macam,"
"Rasanya tubuh segar sekali saat ini." Gumam Jupiter, lalu kembali menyantap buah tersebut.
Pohon Lunarium ini memiliki diameter batang sekitar 10 meteran dan sangat tinggi, oleh karena itu Jupiter tidak bisa memanjat nya lalu memutuskan menembak nya.Ia pun menyantap habis ketiga Buah Lunarium dari dahan yang jatuh tersebut.
"Tenang sekali hutan ini, aku merasa mulai nyaman disini,"
"Di bandingkan di Asrama Kadet tempat ku tinggal selama ini,"
"Huh......... hari itu aku pertama kali berjumpa dengan Widuri." Ucap Jupiter.
Jupiter pun mulai mengingat kembali kenangan pahitnya saat di Asrama Kadet Akademi Bima Sakti.
Planet Jupiter, tahun 2515 Masehi kalender Federasi Bima Sakti.
Gedung Asrama Kadet ini terletak di dekat Shelter 215 Koloni Bumi. Gedung ini memiliki lantai sebanyak 150 tingkat dengan desain segitiga. Bangunan ini lebih mirip dengan sebuah apartemen di mana di dalam tiap ruangannya memiliki sebuah dapur ruang santai dan sebuah kamar.
Kamar Jupiter, Lantai 30 kamar 303.
malam hari.
Tampak Jupiter tengah mengenakan celana boxer, dan duduk sambil bersantai di atas sofa nya di ruang tengah. Saat ini Widuri tengah mabuk sehabis clubbing di diskotik yang berada di shelter 215, dan salah memasuki kamar nya. Kebetulan pintu kamar Jupiter tidak terkunci saat ini, Widuri pun masuk ke dalam nya.
"Ugh....... Kepala ku sakit sekali, aku sebaiknya berendam di dalam bak air panas terlebih dahulu." Gumam Widuri, lalu berjalan menuju kamar mandi sambil memegang dinding ruangan.
Beberapa saat kemudian Jupiter pun mulai menyadari kedatangan Widuri.
"Siapa Gadis Mabuk ini, kenapa dia bisa ada di dalam kamar ku?"
"Sepertinya dia habis clubbing, memang cewek-cewek di Akademi ini kerjaan nya kalau gak ghibah pasti mabuk-mabukan." Gumam Jupiter, lalu menggeleng-geleng kan kepala nya.
Saat ini Widuri tengah melepaskan pakaian nya berniat berendam di dalam bak air panas.
"Panas sekali di sini aku pasti lupa menghidupkan AC nya tadi." Gumam Widuri.
Saat ini AC telah menyala di ruangan ini hanya saja tubuh Widuri saja yang memang sedang panas sehabis clubbing tadi.
"Aduh...... Dia benar-benar mesum, kenapa dia mesti melepaskan pakaian nya disini,"
"Gadis ini pasti mabuk berat, ugh.....celana ku sedikit sempit lagi gara-gara gadis misterius tersebut." Gumam Jupiter.
Jupiter pun lalu menghampiri Widuri kemudian memakaikan nya handuk dengan paksa.
"Nona, tidak baik seperti ini di depan laki-laki,"
"Kata orang tua ini pantang, nanti kamu susah mendapatkan jodoh Nona." Ucap Jupiter.
Widuri pun kini sudah mengenakan handuk kembali.
"Siapa pemuda tampan itu, kenapa dia bisa ada di dalam kamar ku?"
"Ugh......dia berbicara masalah jodoh pula, jodoh ku ya kamu Pemuda Tampan,"
"Seharusnya semua Pemuda Tampan yang ada di Akademi ini pasti sudah kupacari, baru kali ini aku melihatnya,"
"Sebaiknya aku mencari tahu tentang dirinya terlebih dahulu." Gumam Widuri.
Ternyata Widuri adalah seorang Fuckgirl di Akademi ini, dan Jupiter merupakan seorang kadet teladan.
"Siapa kau pemuda tampan, kenapa kau bisa ada di kamarku?"
"Tapi tidak apa lah Sayang, ayo temani aku berendam di dalam bak air panas di dalam,"
"Tubuh ku sudah dingin sekali ni, aku butuh kehangatan di dalam bak air tersebut." Ucap Widuri, lalu menggenggam lengan Jupiter.
"Agresif sekali gadis ini, mungkinkah sifat nya berubah menjadi ganas karena dia saat ini sedang mabuk?" Gumam Jupiter, lalu melepaskan genggaman tangan Widuri.
"Nona maaf, ini adalah kamar ku,"
"Tuh lihat tulisan yang terpampang di atas pintu tersebut, " Jupiter Storm". Ucap Jupiter.
Widuri pun menoleh ke arah tulisan tersebut.
"Ugh..... Aku seperti nya salah masuk ke dalam kamar lagi, ini pasti karena aku mabuk berat saat ini,"
"Tapi Pemuda ini merupakan tipe ku, sebaiknya aku mendekati nya sekarang." Gumam Widuri.
Widuri pun beranjak ke dekat Jupiter dengan hanya mengenakan sehelai handuk saja, lalu mulai memeluk leher Jupiter.
"Sayang..... " Ucap Widuri.
"Apa yang mau di lakukan Gadis Cantik ini, tidak mungkin dia langsung menyukai ku di saat pertama kali melihat ku?"
"Ini tidaklah normal." Gumam Jupiter.
Ketampanan Jupiter saat ini adalah sesuatu yang tidak normal.
"Nona..... Kau mabuk." Ucap Jupiter.
"Ia Sayang, aku mabuk saat di dekat mu." Ucap Widuri.
"Tidak gadis mabuk, kau mabuk saat di diskotik tadi." Gumam Jupiter.
"Kau begitu tampan, dan imut." Ucap Widuri, lalu mencium bibir Jupiter.
"Ugh..... Wanita ini sudah gila." Gumam Jupiter, lalu melepaskan ciuman Widuri.
"Brukkk............. " Suara handuk terjatuh.
Jupiter pun hanya terdiam membeku menyaksikan keindahan alam yang tampak di hadapan nya tersebut.
"Ugh.........aku gak kuat kalau tiap hari begini di asrama ini, gimana aku bisa konsentrasi belajar kalau begini." Gumam Jupiter.
"Uek.............. " Suara muntah Widuri.
"Tampan sepertinya aku pusing sekali." Ucap Widuri, lalu tersungkur jatuh menimpa Jupiter.
Kembali ke Hutan Minotaur.
"Sejak saat itu Widuri selalu saja mabuk dan masuk ke kamarku." Gumam Jupiter, sambil tersenyum.
Beberapa saat kemudian.
Tiba-tiba saja sesosok makhluk tinggi besar menghantam kepala Jupiter dengan pentungan kayu ke arah kepala Jupiter.
"Gedebug................. " Suara pentungan kayu mengenai kepala Jupiter.
Ia pun roboh tak sadarkan diri kemudian sesosok makhluk tinggi besar tersebut pun menyeret nya dengan kejam.
Kembali ke sesaat sesudah Jupiter mulai memasuki Pesawat Kecil.
Parkiran Pesawat-pesawat kecil.
Akhirnya Uranus pun berhasil di tangkap oleh Magdalena dan yang lainnya, ke empat Kadet cantik tersebut pun sedang memukuli Uranus dengan kejam nya.
"Dasar Pelakor, rasakan ini." Ucap Widuri, lalu menendang Uranus yang sudah tersungkur ke lantai.
Note: Pelakor : Perebut Laki Orang.
"Kami sudah menunggu selama lima tahun saat datang nya hari ini, bahkan aku sudah bersiap melepas kan segel ku di malam ini." Ucap Silvia, lalu menendang Uranus.
"Ugh.... Dasar Perawan Tua." Gumam Uranus.
"Dasar Pelakor.....rasakan pukulan ku ini." Ucap Magdalena, lalu meninju wajah Uranus dengan keras.
"Akh...... " Teriak kesakitan Uranus.
"Dasar Fuckgirl, teganya kau Uranus padahal aku sudah menganggap mu saudaraku sendiri,"
"Kalau kau memang menginginkan Jupiter kita seharusnya bersaing dengan cara sehat, bukan nya malah mencurinya, dasar Pelakor." Ucap Cay Yank, lalu menendang perut Uranus.
"Ugh....perutku aku khawatir tidak bisa melahirkan anak lagi buat mu Jupiter."
"Jupiter bersembunyi lah, aku tidak akan membiarkan mu di gerayangi oleh empat Gadis Psikopat ini." Gumam Uranus, sambil menahan kesakitan.
"Ugh.... Ugh.... Ugh.... " Teriak kesakitan kecil Uranus.
"Gedabak...... Gedebuk....... Gedabak....... Gedebuk...... " Suara tubuh Uranus yang babak belur saat di hajar habis-habisan oleh empat cewek Psikopat yang merasa suaminya di rampas oleh Pelakor.
Beberapa saat kemudian, terdengar beberapa ledakan dan goncangan di dalam dan di luar kapal induk ini.
"Duarghhh........ Duargh...... Duarghhh...... " Suara ledakan dari arah luar dan dalam pesawat induk.
"Groaghhhhh.................... " Suara goncangan pesawat yang di akibatkan serangan Pesawat Perompak Ruang Angkasa.
Setelah mendengar kan suara ledakan tersebut, ke empat Gadis Cantik pun mulai menghentikan tendangan nya ke arah Uranus.
"Uhuk..... Uhuk..... " Suara batuk Uranus, mengeluarkan darah.
"Widuri, sepertinya ada serangan di luar." Ucap Silvia.
"Sepertinya itu Perompak Ruang Angkasa, sebaiknya kita kabur,"
"Aku dengar mereka sangat kejam mereka menjual wanita-wanita nya ke Planet Pelacuran, untuk di jadikan *******-******* yang sudah di cuci otak nya terlebih dahulu." Ucap Magdalena.
"Walaupun aku tidak sepintar Jupiter, tapi aku tidak mau di cuci otak lalu di jadikan boneka pemuas nafsu oleh mereka." Gumam Widuri.
"Ah.... Tidak, ayo kita kabur Cay Yank ke pesawat ku." Ucap Widuri, lalu berlari ke arah pesawat nya.
"Tunggu aku Widuri." Teriak Cay Yank, lalu ikut menyusul Widuri.
Silvia dan Magdalena pun saling menatap, kemudian mereka pun ikut menyusul Widuri lalu meninggalkan Uranus tergeletak di lantai parkiran.
"Tunggu kami Widuri kami juga tidak mau di jadikan *******." Teriak kompak Silvia dan Magdalena.
"Duarghhh.......... Duargh....... Duargh....... " Suara ledakan dari arah luar pesawat induk.
"Ugh..... Kepala ku pusing sekali, mereka benar-benar kejam,"
"Padahal aku pernah jadi cheerleader dan bergabung bersama-sama dengan mereka." Ucap Uranus lalu bangun, ia pun hendak kembali ke pesawat nya.
Tiba-tiba saja pintu garasi pesawat induk mulai terbuka secara otomatis, pesawat induk pun mulai miring. Pesawat-pesawat kecil mulai tergelincir dan terhisap oleh Red Hole termasuk pesawat yang di naiki oleh Jupiter.
"Ugh.... Gawat aku harus naik ke dalam pesawat terdekat." Gumam Uranus, lalu naik ke sebuah pesawat mini yang hanya mampu menampung satu orang saja.
Pesawat pun makin miring, menyebabkan pesawat mini yang di naiki oleh Uranus ikut tergelincir masuk ke dalam Red Hole.
"Akh....... Tidak, Jupiter....... " Teriak Uranus.
Di luar tampak Pesawat Perompak Ruang Angkasa tengah menembaki Pesawat Induk Akademi. Pesawat induk juga membalas tembakan tersebut, kedua pesawat tampak terbakar dan berlubang di beberapa tempat.
"Duarghhh....... Duargh....... Duarghhh....... " Suara ledakan akibat tembakan laser.
Penjara Giok Hijau.
Saat ini Jupiter sedang berada di dalam salah satu sel tahanan di Penjara Giok Hijau. Beberapa jam kemudian, Jupiter pun mulai membuka kedua matanya. Di depan Jupiter terlihat sesosok Gadis Cantik berambut merah berkilauan sedang menampar-nampar perlahan wajah Jupiter.
"Hei... Bangun...bangun......sampai kapan kau mau tidur......tampan........ " Ucap Gadis berambut merah tersebut.
Jupiter pun kemudian duduk, sambil menatap ke arah gadis cantik tersebut.
"Gadis ini sangat mirip dengan salah satu Pengajar di Akademi Bima Sakti, tapi guruku itu berambut hijau,"
"Tidak mungkin dia guru ku, guru ku saat ini tengah berada di dalam pesawat induk Akademi." Gumam Jupiter.
"Dimana kita berada sekarang Nona?" Tanya Jupiter, sambil mengamati ke sekeliling nya.
"Hah.... syukurlah Pemuda Tampan ini sudah terjaga." Gumam Gadis cantik berambut merah tersebut.
"Kita saat ini sedang berada di dalam salah satu sel di penjara minotaur, kita saat ini menjadi tahanan makhluk-makhluk tersebut." Ucap Gadis cantik tersebut.
"Aku sudah lima belas hari disini, semua teman-temanku sudah di mangsa para minotaur itu satu persatu." Ucap Gadis cantik tersebut, dengan raut wajah yang sedih.
"Perkenalkan namaku Luna Castila, lagian besok giliran ku yang di mangsa oleh mereka." Ucap Luna.
Jupiter pun menjabat tangan halus Luna.
"Aku Jupiter Storm." Ucap Jupiter, sambil memegang kepala bagian belakangnya.
"Ugh..... kepala ku masih sedikit sakit, makhluk-makhluk ini begitu bar-bar,"
"Mereka bahkan memakan manusia." Gumam Jupiter.
Penjara ini tersusun dari batu giok hijau pekat yang di rekatkan dengan semacam senyawa lem, terlihat jeruji nya terbuat dari besi hitam. Di dalam ruangan sel penjara ini hanya ada tumpukan jerami sebagai alas tidur nya.
"Penjara ini benar-benar tidak manusiawi, apa makhluk-makhluk itu menganggap kami binatang,"
"Sehingga menyiapkan tumpukan jerami sebagai alas?" Gumam Jupiter.
"Luna apa maksudmu dengan besok kau akan menjadi mangsa oleh para Minotaur tersebut?" Tanya Jupiter.
"Besok mereka pasti akan membunuh ku, lalu memangsa ku seperti yang mereka lakukan terhadap teman-temanku sebelumnya."
"Di penjara ini awalnya kami ada ber lima belas, namun sehari sekali mereka membawa salah satu dari kami untuk di jadikan makanan."
"Sekarang tinggal aku seorang diri Jupiter." Ucap Luna, dengan raut wajah yang sedih.
"Kalau begitu kita harus segera kabur dari sini, sebelum kita menjadi santapan mereka berikut nya." Ucap Jupiter, kemudian berdiri dan mengarah ke jeruji.
Jupiter melihat Minotaur tersebut sedang tertidur pulas di kursi penjaga penjara tersebut.
"Aku telah mencoba mendobrak pintu jeruji tersebut namun tidak pernah berhasil Jupiter, berhentilah berpikir untuk mendobrak nya,"
"Sebaiknya besok saat para Minotaur itu akan membawaku, aku akan melawan makhluk-makhluk tersebut hingga mati." Ucap Luna.
Jupiter terus menatap ke arah penjaga tersebut, dan melihat ke arah kunci yang tergantung di dinding di sisi penjaga tersebut. Ia pun kemudian menjulurkan tangan nya keluar dari jeruji ke arah kunci tersebut.
"Melayang.... melayang lah." Gumam Jupiter.
Beberapa saat kemudian ia pun men telekinesis kunci yang tergantung tersebut, benda itu pun terbang perlahan ke arah genggaman tangan Jupiter.
"Sebaiknya kau bergegas tidur sudah tengah malam Jupiter." Ucap Luna.
"Kita akan keluar malam ini, Luna." Ucap Jupiter, sambil memperlihatkan kunci pintu penjara tersebut di genggaman tangan nya kepada Luna.
Luna pun terkejut, dan membeku.
"Bagaimana mungkin kau melakukannya, Jupiter?" Tanya Luna.
"Nanti akan aku ceritakan, sebaiknya kita keluar dulu sekarang." Ucap Jupiter, sambil membuka pintu jeruji sel penjara tersebut.
"Selamat kepadamu Jupiter, aku akan tetap disini sebaiknya kau bergegas pergi keluar dari sini." Ucap Luna, sambil bangun perlahan dari tempat ia duduk.
Tangan Luna menyandar pada dinding giok untuk menopang tubuhnya, terlihat kaki Luna sebelah kiri terluka parah. Jupiter pun menatap ke arah kaki Luna yang terluka tersebut, setelah membuka pintu penjara Jupiter pun beranjak ke arah Luna.
"Kejam sekali Minotaur tersebut, bahkan ia melukai kaki Luna sampai seperti itu,"
"Siapa yang tega melukaimu gadis secantik Luna." Gumam Jupiter.
"Tidak mungkin aku meninggalkan gadis secantik kamu disini hanya untuk jadi santapan minotaur Lunu." Ucap Jupiter, ia pun mulai memapah Luna keluar dari sini.
"Tapi aku akan memperlambat mu Jupiter." Ucap Luna, sambil menatap wajah Jupiter.
Benih-benih perasaan kagum pun mulai tumbuh di hati Luna.
"Jangan berisik Luna, nanti tahanan lainnya akan terbangun." Bisik Jupiter.
Koridor Penjara Giok Hijau.
Jupiter dan Luna pun keluar dari sel penjara tersebut dan berjalan pelan ke arah penjaga yang sedang tertidur di dekat pintu keluar.
"Tampan nya, dia juga begitu baik,"
"Padahal aku baru mengenal nya beberapa menit saja, tapi dia sudah mau mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan ku,"
"Budi baik ini akan ku ingat selamanya." Gumam Luna, kemudian pipinya pun memerah.
"Dia pasti sedikit demam, pipinya saja sudah memerah,"
"Kasihan Luna." Gumam Jupiter, sambil memapah Luna.
Jupiter dan Luna pun mulai berjalan perlahan ke arah Minotaur yang sedang tertidur lelap di ujung koridor tersebut.
"Zzztttt............... " Suara Minotaur yang sedang tertidur.
Koridor Penjara Minotaur.
"Luna lihatlah di dalam sel-sel penjara tersebut, para Minotaur tersebut pasti lah penjahat-penjahat di kota ini." Ucap Jupiter dengan suara yang pelan.
"Benar Jupiter, sebaiknya kita tidak membangunkan para narapidana tersebut." Ucap Luna.
Beberapa saat kemudian,
Akhirnya mereka pun tiba di ujung koridor tersebut, Minotaur yang berjaga tersebut sedang tertidur lelap sambil duduk di sebuah kursi baja. Jupiter kemudian membuka baju nya, lalu menggulung baju tersebut. Luna hanya diam dan melihat nya saja, kemudian ia pun mulai berbisik ke telinga Luna dengan suara yang pelan.
"Luna kamu bekap mulut Minotaur tersebut dengan gulungan baju ku ini, aku akan menusuk jantung nya setelah itu." Bisik Jupiter.
"Jupiter itu terlalu berbahaya, kenapa kita tidak langsung pergi keluar saja." Bisik Luna.
"Aku khawatir Minotaur tersebut akan terbangun saat kita membuka pintu, lebih baik selagi ada kesempatan kita bunuh saja makhluk ini." Bisik Jupiter.
"Benar juga yang di katakan Jupiter." Gumam Luna, lalu mengangguk-anggukkan kepala nya.
Luna pun lalu mengambil gulungan baju milik Jupiter lalu bersiap menunggu aba-aba dari nya. Jupiter kemudian mengambil sebilah pedang emas yang ada di samping Minotaur tersebut dan bersiap menusuk jantung makhluk tersebut.
"Sekarang Luna." Ucap Jupiter dengan suara yang pelan.
Luna pun menutup mulut Minotaur tersebut, tampak makhluk itu pun mencoba untuk melawan. Jupiter dengan sekuat tenaga langsung menusuk jantung Minotaur tersebut, darah berwarna hijau pun mulai keluar dari dadanya.
"Akhh.......... " Teriak kesakitan makhluk tersebut dari balik gulungan baju.
Minotaur itu pun berhenti bernafas dan tewas seketika. Jupiter kemudian melihat ke arah dinding dimana terdapat dua buat mantel besar yang tergantung, ia pun mengambil nya lalu memakai nya.
"Pakailah Luna." Ucap Jupiter, sambil memberikan mantel yang satu nya lagi kepada Luna.
"Iya Jupiter." Ucap Luna, kemudian memakai mantel tersebut.
"Untuk apa dia memberikan ku sebuah mantel?"
"Mungkinkah dia memliki ketertarikan terhadap ku, tapi kan kami baru saja berkenalan beberapa menit yang lalu,"
"Apakah ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama?" Gumam Luna.
"Luna sangat mirip dengan guru yang ku taksir di Akademi hanya saja ia memakai kacamata lalu berambut hijau." Gumam Jupiter.
Mereka berdua pun mulai keluar dari penjara giok ini, Jupiter pun memapah Luna dan berjalan pelan ke arah hutan.
Ibu Kota Kerajaan Minotaur
Peradaban di planet ini masih tergolong sangat rendah terlihat dari bangunan-bangunan di kota para Minotaur tersebut yang berdesain sangat tradisional. Hanya saja planet ini kaya akan banyak mineral langka seperti giok dan emas. Terlihat dari bangunan-bangunan rumah dan lainnya yang terbuat dari beraneka ragam giok, bahkan lampu-lampu penerangan di sekitar kota terbuat dari emas dengan obor di atas nya.
"Wah.... seperti di kota dongeng saja, tempat ini benar-benar berbeda dengan kota ku di Shelter 215 di kaki Pegunungan Andala." Gumam Jupiter.
Terlihat ada beberapa Minotaur yang berlalu lalang namun mereka tidak curiga pada Jupiter dan Luna karena mereka mengenakan mantel yang menutupi seluruh tubuh nya.
"Hei temanmu mabuk ya? " Tanya salah satu Minotaur yang sedang berjalan di sekitar mereka.
Makhluk tersebut bertanya kepada Jupiter karena mengira mereka berasal dari ras yang sama.
"Benar tuan." Ucap Jupiter, menggunakan bahasa Minotaur.
Ketika Jupiter berbicara dengan Minotaur tersebut, jantung Luna pun mulai berdegup kencang karena khawatir akan ketahuan.
"Dup... Dup... Dup... Dup....... " Suara detak jantung Luna yang semakin tidak beraturan.
"Ya sudah bawa pemabuk itu kembali ke rumah nya." Ucap Minotaur tersebut, sambil beranjak meninggalkan mereka.
"Baik tuan." Ucap Jupiter dengan pedang emas di punggung nya.
"Syukurlah, tidak ketahuan,"
"Jika tidak kami berdua pasti mati, ada banyak sekali Minotaur di jalanan ini." Gumam Jupiter.
Ternyata mantel itu merupakan seragam khusus para Minotaur ketika berburu di hutan, Oleh karena Jupiter dan Luna mengenakan nya penyamaran mereka pun sempurna. Jupiter dan Luna pun terus berjalan ke arah hutan dan akhirnya berhasil memasuki tempat tersebut.
Hutan Minotaur.
"Kita sudah ada di hutan saat ini, kamu berencana akan pergi kemana Jupiter?" Tanya Luna.
"Pesawat ruang angkasa ku berada di pinggir pantai benua ini dan saat ini sudah kehabisan bahan bakar, aku berencana bertahan hidup di sini untuk saat ini"
"Aku tidak menyangka kalau ras asli di planet ini sangat kejam dan begitu bar-bar." Ucap Jupiter.
"Kalau begitu kita kembali ke pesawat ruang angkasa kami saja Jupiter, di sana ada banyak kristal-kristal energi." Ucap Luna.
"Untunglah aku bertemu Luna, masalah ku mengenai bahan bakar telah teratasi." Gumam Jupiter.
"Benarkah Luna, baiklah ayo kita segera ke sana Luna."
"Tunjuk kan arah nya, nona cantik." Ucap Jupiter.
"Ugh.... dia memanggil ku Nona cantik, apa mungkin dia adalah jodoh ku." Gumam Luna.
"Jupiter bagaimana bisa kau mengerti bahasa para minotaur tersebut?" Tanya Luna.
"Aku memiliki Giwang penerjemah dan penguasaan bahasa di telingaku saat ini Luna, jadi tidak hanya bahas Minotaur aku juga dapat mengerti dan berbicara dengan beragam bahasa alien." Ucap Jupiter, sambil memperlihatkan telinga nya kepada Luna.
Sebuah giwang berwarna merah.
"Boleh aku minta satu Jupiter." Ucap Luna.
"Tentu saja, hanya saja Giwang tersebut berada di dalam ransel ku,"
"Ransel ku saat ini jatuh di hutan saat aku dikejar-kejar oleh binatang alien bertaring panjang di planet ini."
"Nanti kalau ransel ku ketemu lagi, akan kuberikan satu buatmu nona cantik." Ucap Jupiter.
"Trima kasih Jupiter, kau sangat dermawan." Ucap Luna.
Hari pun sudah menjelang pagi di planet yang asing tersebut, tak lama kemudian langit pun mulai menjadi gelap dan hujan pun turun dengan deras nya.
"Byurrrr................. " Suara hujan deras.
Luna dan Jupiter tetap meneruskan perjalanan menuju pesawat ruang angkasa Luna di tengah hujan deras tersebut. Mereka khawatir jika berhenti, para minotaur akan segera menangkap mereka dan memangsa mereka.
"Hatsyimmmm...... " Suara bersin Luna.
"Kau tidak apa-apa Luna?" Tanya Jupiter.
"Tidak apa-apa Jupiter, mari kita lanjutkan perjalanan kita,"
"Kurasa lokasi pesawat kami, sudah tidak jauh lagi dari sini." Jawab Luna.
Akhirnya Luna dan Jupiter pun tiba di lokasi pesawat ruang angkasa milik Luna. Pesawat ini 30 kali lebih besar dari pesawat milik Jupiter, hanya saja sudah banyak berlubang dan rusak di berbagai tempat.
"Sepertinya pesawat mereka habis terkena badai yang dahsyat." Gumam Jupiter.
Bentuk pesawat tersebut seperti torpedo kapal selam dengan empat sayap di tengah nya dan hanya memiliki satu roket pendorong yang besar di belakangnya. Luna pun bergegas menuju pintu masuk pesawat lalu mulai memasukkan pasword untuk membuka pintu tersebut.
"Ini dia pesawat ruang angkasa milik kami, Jupiter." Ucap Luna.
"Dia pasti terkesan." Gumam Luna.
"Agak sedikit lebih besar dari punyaku." Ucap Jupiter.
"Hah........... " Suara nafas panjang Luna.
"Kenapa jawaban nya simpel begitu saja." Gumam Luna.
Beberapa saat kemudian pintu pun mulai terbuka, Luna dan Jupiter pun mulai masuk ke dalam pesawat tersebut.
Di dalam Koridor Pesawat.
"Dup.............. " Suara pintu yang tertutup.
Setelah masuk pintu pesawat pun kembali tertutup secara otomatis, Luna pun mulai membawa Jupiter ke kabin kesehatan. Beberapa saat kemudian setelah menelusuri lorong pesawat, mereka pun akhirnya tiba di dalam kabin kesehatan.
Kabin Kesehatan.
"Duduk lah Jupiter, akan ku obati luka mu terlebih dahulu." Ucap Luna, kemudian ia mulai mengobati dan memperban luka-luka nya dengan obat-obatan di dalam ruangan tersebut.
Beberapa saat kemudian.
"Terima kasih Luna." Ucap Jupiter.
"Ya, aku seharus nya yang berterima kasih,"
"Kalau tidak hari ini, aku pasti jadi santapan para minotaur tersebut." Ucap Luna, sambil duduk di kursi.
"Luna pasti sangat menderita di dalam sel tersebut, setiap hari teman-teman nya di jadikan santapan oleh para makhluk bar-bar tersebut." Gumam Jupiter.
"Aku tidak mengira bisa selamat dari dalam ruangan sel penjara tersebut, kukira aku akan mati di atas meja jamuan makhluk-makhluk bar-bar tersebut." Gumam Luna.
Beberapa saat kemudian, Luna memegang kepala nya.
"Ugh..... kenapa kepala ku pusing sekali." Gumam Luna, lalu tersungkur dari kursi dan tak sadarkan diri.
"Apa yang terjadi dengan Luna." Gumam Jupiter.
Jupiter yang menyaksikan hal tersebut langsung turun dari ranjang dan beranjak ke arah Luna.
"Luna... luna.... kau tidak apa-apa?" Tanya Jupiter, sambil memegang dahi Luna.
Saat Jupiter memegang dahi Luna, suhu tubuh nya sangat tinggi. Ia pun mengangkat tubuh Luna ke atas ranjang medis.
"Ugh.... tubuh nya sangat panas, bagaimana ini,"
"Demam nya sangat tinggi, aku harus segera menyadarkan nya." Gumam Jupiter.
Ia pun mulai melepaskan semua baju di badan Luna lalu mengangkat tubuh polos Luna ke dalam kamar mandi di kabin medis tersebut.
Kamar Mandi
Pipi Jupiter pun memerah, jantungnya berdegup kencang ketika melihat tubuh polos Luna. Sesampai di kamar mandi, Jupiter pun merendam tubuh Luna di dalam bak mandi.
"Ugh..... maafkan aku Luna, aku tidak bermaksud mesum." Gumam Jupiter.
"Luna... Luna... sadarlah... " Teriak Jupiter, sambil mengguncang bahu Luna.
Beberapa menit kemudian Luna pun mulai sadarkan diri, ia pun mulai membuka kedua mata nya.
"Ugh...... dimana aku saat ini?" Gumam Luna.
Tampak di hadapan nya Jupiter sedang mengguncang bahu nya, lalu ia melihat diri nya tidak mengenakan sehelai pakaian apa pun.
"Arrrggghhh.......... " Teriak Luna, sambil menutup dada nya dengan kedua tangancnya.
"Keluar Jupiter, apa yang kau lakukan." Teriak Luna.
"Maaf-maaf Luna." Ucap Jupiter.
Mendengar Luna yang sudah bersemangat kembali ia pun mulai meninggal kan Luna di dalam kamar mandi.
"Tubuh suci ku sudah di nodai oleh Jupiter, dia harus menikahi ku kelak,"
"Aku akan meminta pertanggung jawaban nya nanti setelah kondisi kami lebih kondusif." Gumam Luna.
Budaya di Planet Castilla apabila ada seorang laki-laki melihat seorang wanita tak berpakaian, berarti laki-laki tersebut telah menodai kesucian wanita tersebut dan wajib untuk menikahi nya.
Kabin Kesehatan.
Tak lama kemudian Luna pun keluar mengenakan handuk, dan berjalan agak pincang ke arah ranjang medis. Ia kemudian membentang kan tirai dan mulai berganti pakaian.
"Maaf aku teriak keras kepadamu Jupiter." Ucap Luna.
"Ya aku paham, siapa yang tidak histeris saat bangun tanpa sehelai pakaian pun di tubuh nya lalu ada seorang pria penuh perban mengguncang bahu di hadapan nya" Ucap Jupiter.
"Ya maaf-maaf Jupiter, ini minumlah." Ucap Luna, sambil memberikan sekaleng beer kepada Jupiter.
"Wah..... mantap sekali." Ucap Jupiter.
Ia pun menerima beer tersebut sebagai permintaan maaf, lalu mulai membuka nya. Keadaan pun menjadi canggung di kabin kesehatan tersebut, Luna hanya menatap wajah Jupiter yang tengah meneguk beer.
"Apa mungkin dia mau bertanggung jawab?" Gumam Luna.
"Jadi kau melihat semua nya tadi." Tanya Luna, sambil meminum beer.
Jupiter hanya diam dan meneruskan meminum beer nya.
"Luna bodoh, tentu saja aku melihat semua nya,"
"Dataran alien yang sangat bersih, Ugh.... celanaku jadi terasa sempit saat mengingat nya." Gumam Jupiter.
Beberapa menit kemudian Luna pun mengantar kan nya untuk beristirahat ke dalam kabin kamar.
"Dia diam saja, dia pasti sudah puas melihat nya,"
"Mungkinkah dia juga menggerayangi tubuh ku, oh tidak Bukit suci ku." Gumam Luna.
Kabin Kesehatan.
Setelah mengantar Jupiter, Luna pun beranjak kembali ke kabin kesehatan lalu bermaksud memulihkan diri di dalam kapsul medis.
"Tubuh indah ku di lihat nya, seharusnya hanya calon suamiku yang boleh melihat nya." Gumam Luna, sambil berjalan kembali ke arah kabin kesehatan.
"Semoga saja dia tidak ingat tahi lalat yang ada di punggungku." Gumam Luna, sambil memegang kedua pipinya yang memerah.
Di dalam kabin kamar Jupiter
"Akhirnya aku bisa tidur nyenyak juga ranjang ini sungguh empuk, aku sungguh lelah." Gumam Jupiter, sambil merebahkan tubuh nya di atas ranjang kamar.
"Brukkkk........... " Suara tubuh Jupiter saat jatuh ke kasur.
"Daratan alien yang sangat bersih,"
"Tubuh Luna sungguh sempurna, sebaiknya aku tidur dulu saja." Ucap Jupiter, kemudian menutup matanya.
Di kota Minotaur pagi harinya setelah Jupiter dan Luna berhasil kabur dari dalam penjara.
Komandan Igdrasil dari ras Minotaur memasuki penjara giok hijau bersama bala tentara nya. Makhluk ini pun terkejut melihat salah satu bawahan nya yang tewas dengan sangat mengenaskan.
"Makhluk-makhluk yang membunuh penjaga ini sungguh kejam, dia bukan lah seorang ksatria,"
"Dia membunuh nya saat penjaga ku sedang tidur terlelap, sungguh sangat-sangat kejam." Gumam Komandan Igdrasil.
Makhluk ini pun mulai memeriksa sekeliling penjara bersama bala tentara nya, lalu mendapati salah satu pintu di sel penjara tersebut ada yang terbuka.
"Salah satu dari tawanan telah melarikan diri, segera sisir hutan di samping kota ini." Perintah Komandan Igdrasil memerintahkan para bawahan nya untuk menyisir hutan.
"Bawakan para tawanan itu hidup atau mati ke hadapan ku." Ucap Komandan Igdrasil.
Sekitar 50 ras Minotaur langsung bergerak menyisir hutan di samping kota tersebut. Ras Minotaur memang ras yang kejam, namun ras mereka juga adalah ras yang setia kawan. Komandan Igdrasil pun kembali ke kantor prajurit kota setelah nya.
Kembali ke pesawat ruang angkasa Luna
Jupiter pun tertidur lelap, namun tiba-tiba dari tubuh nya mulai mengeluarkan aura listrik yang meluap-luap.
"Dzzitt......... dzzitt......... dzzitt......... " Suara percikan listrik.
Listrik pun mulai menyambar ke segala arah di dalam kabin kamar Jupiter tersebut.
"Jderrr....... jderrr...... jderrr........ " Suara sambaran listrik mengenai dinding dan sekitarnya.
"Arghhhhh..... arghhhhh........ " Teriak kesakitan dari Jupiter pun mulai menggema hingga terdengar ke kabin kesehatan.
Kabin Kesehatan
Besar nya teriakan Jupiter membuat Luna terbangun.
"Jupiter kenapa dia berteriak?"
"Apakah para Minotaur telah memasuki pesawat ini dan sedang berada di dalam kamar nya?" Gumam Luna, ia pun keluar dari dalam kapsul medis tersebut dan berlari menuju kabin kamar Jupiter.
Luna pun membuka pintu kabin kamar Jupiter, terlihat dinding dan langit-langit kamar Jupiter menghitam. tubuh Jupiter pun sudah tergeletak di ranjang yang hangus dengan luka terbakar di sekujur tubuhnya lalu mulut yang mengeluarkan darah.
"Apa.......... "
"Hanya ada kami berdua di dalam pesawat ini, siapa yang melukai Jupiter hingga sampai seperti ini,"
"Jika di novel-novel detektif yang kubaca ini adalah kasus kriminal di ruangan tertutup." Gumam Luna dengan Novel yang sering di bacanya saat di Planet Castilla.
Luna pun dengan cepat memapah Jupiter kembali ke kabin kesehatan, dan berniat memasukkan nya ke dalam kapsul medis. Kaki nya yang cedera berat telah sembuh seperti sedia kala setelah memasuki kapsul medis tersebut semalam.
"Ada apa dengan Jupiter?" Ucap Luna.
Ia pun berjalan perlahan ke arah kabin kesehatan sambil memapah Jupiter dengan langkah yang berat, darah nya pun berceceran lalu mengotori baju Luna.
"Jupiter bertahan lah." Gumam Luna.
Kabin Kesehatan.
Beberapa menit kemudian mereka pun tiba di kabin kesehatan, ia pun langsung merebahkan tubuh tak sadar kan Jupiter ke dalam kapsul medis.
"Brukkk........... " Suara tubuh Jupiter saat rebah ke dalam Kapsul Medis.
"Hah........ hah........ hah...... " Suara terengah-engah Luna.
"Huft............... " Suara nafas panjang Luna.
"Ternyata tubuh Jupiter berat juga, nafasku sampai terengah-engah saat memapah nya." Ucap Luna.
Luna pun melepaskan seluruh pakaian Jupiter lalu membersihkan darah serta luka-lukanya.
"Wah...... walaupun banyak luka terbakar di tubuhnya, pemuda ini benar-benar tampan dan gagah juga memiliki tuas yang besar,"
"Kya........ apa yang kau pikirkan Luna, kau hanya boleh melakukan hal tersebut dengan suami mu." Gumam Luna, saat berpikir tentang tuas tersebut.
Setelah itu ia pun menutup kapsul medis dan menjalankan program penyembuhannya.
"Kenapa Jupiter bisa sampai terluka parah begini?"
"Padahal sebelumnya ia baik-baik saja, Coba aku diagnosa penyebab Jupiter terluka parah menggunakan kapsul medis ini." Gumam Luna, kemudian ia pun mulai mendiagnosa penyebab nya.
Beberapa saat kemudian, seberkas sinar menscan tubuh Jupiter dari kepala hingga kaki nya secara berulang-ulang.
"Treet........ treet........... " Suara scanner.
"Subjek terluka parah di sebabkan karena telah memakan Buah Lunarium, seluruh tubuh nya saat ini sedang mengalami proses mutasi permanen," Suara yang berasal dari komputer kapsul medis tersebut.
"Hasil pemeriksaan menyatakan subjek telah memakan tiga Buah Lunarium, oleh karena nya tubuh dari subjek pun akan mengalami tiga kali proses mutasi, saat ini subjek dalam kondisi kritis dan semua nya tergantung dari mental subjek tersebut."
"Beep.......beep.......beep....." Suara yang berasal dari komputer kapsul medis pun berakhir.
"Ternyata Jupiter memakan buah yang berbahaya ketika di dalam hutan."
"Buah Lunarium, aku baru kali ini mendengarnya, sebaiknya aku ke kabin perpustakaan digital untuk mengetahui semua hal tentang buah ini." Gumam Luna, sambil beranjak ke dalam kabin perpustakaan digital.
Kabin Perpustakaan Digital
Luna pun mulai berjalan di lorong pesawat, setelah beberapa menit ia pun tiba di kabin perpustakaan digital.
"Baiklah ayo kita cari tahu mengenai Buah Lunarium ini." Gumam Luna.
Ia pun mulai menghidupkan komputer raksasa di kabin tersebut, dan mencari tahu mengenai "Buah Lunarium".
" Baiklah coba kita serach di mesin pencari ini, sekarang aku akan mengetikkan Buah Lunarium,"
"Selesai." Gumam Luna, sambil mengetik di layar sentuh tersebut.
Setelah beberapa saat, ia pun mendapatkan informasi mengenai buah Lunarium tersebut dari komputer di kabin digital tersebut. Luna pun mulai membaca informasi yang tertera di layar komputer raksasa tersebut.
"Pohon Lunarium, merupakan jenis tanaman yang habitatnya dapat tumbuh di dalam kondisi apa pun,"
"Pohon ini merupakan pohon raksasa yang sangat sulit untuk ditemukan dikarenakan terdapat ilusi disekitar nya,"
"Ilusi ini dikeluarkan dari daun pohon lunarium, tiap buah pohon lunarium ini dapat memberikan kemampuan khusus pada pemakan nya,"
"Hanya saja harus berhasil melewati kondisi mutasi gen yang berbahaya terlebih dahulu,"
"Tiap buah yang dimakan menghasilkan kekuatan yang berbeda dan bersifat permanen." Ucap Luna, sambil membaca teks di dalam layar tersebut.
"Wah......buah yang menakjubkan sekaligus mengerikan, proses mutasi nya sangat berbahaya,"
"Hanya orang gila saja yang mau memakan nya, Jupiter pasti sangat kelaparan saat itu sehingga tanpa sengaja ia memakan buah tersebut." Gumam Luna.
"Pemakan buah ini tidak akan dapat melihat pohon lunarium untuk kedua kali nya,"
"Buah Lunarium ini juga di kenal dengan buah dewa." Suara dari komputer tersebut.
"Buah dewa" Teriak Luna.
"Ternyata dari kelima benua yang telah kami jelajahi di Planet Jabberwok ini, di benua minotaur ini lah ternyata pohon dewa tumbuh"
"Ternyata Buah Dewa itu benar-benar ada, aku harus menanyakan kepada Jupiter ketika ia sadar nanti,"
"Misi mencari buah ini pun dapat diselesaikan dan aku akan kembali ke planet asal ku, setelah dua tahun ini melakukan penjelajahan dari tata surya yang satu ke tata surya lainnya untuk mencari keberadaan buah di dalam mitos tersebut."
"Semoga Jupiter dapat melewati kondisi kritis nya saat ini, aku akan menanyakan lokasi pohon tersebut nanti nya," Gumam Luna.
Kabin Kesehatan
Sementara itu di dalam kapsul medis, Jupiter sedang bermimpi tentang masa kecil nya kembali.
Kembali di Pegunungan Andala di Planet Jupiter
Jupiter kkecil saat ini sedang memandangi langit yang penuh bintang bersama ayah nya. Setelah memberikan sebuah cincin bintang kepada Jupiter, ayah nyacpun memberikan sebuah wasiat kepada nya.
"Jupiter, cincin yang kuberikan kepada mu ini jagalah baik-baik ini merupakan salah satu kunci ajaib," Ucap Ayah Jupiter, sambil mengelus kepala jupiter kecil.
"Baik ayah, lihat ayah ada bintang jatuh," Ucap Jupiter kecil, sambil menunjukkan ke arah komet yang jatuh.
"Ha....ha.....ha...." Tawa ayah Jupiter.
"Itu komet nak yang jatuh, kalau bintang yang jatuh planet ini pasti luluh lantak." Ucap Ayah Jupiter, sambil tersenyum kecil.
"Tidak yah itu bintang....bintang." Ucap Jupiter kecil.
"Ha...ha....ha..." Suara tawa ayah Jupiter.
"Ia...ia.... itu bintang, Jupiter." Ucap ayah Jupiter.
"Jupiter jangan bilang-bilang ibumu ya mengenai cincin itu, aku khawatir ia akan mengambilnya untuk dirinya sendiri." Ucap ayah Jupiter.
"Baiklah yah, aku janji tidak akan memberitahu ibu." Ucap Jupiter kecil.
Cincin bintang ini berwarna putih seperti giok dan memberikan kemampuan telekinesis bagi pemakainya, serta masih banyak misteri-misteri lain di dalam nya.
Kabin Kesehatan
Tiga hari kemudian, Akhirnya Jupiter pun mulai membuka kedua mata nya lalu keluar dari dalam kapsul medis. Ia pun memakai pakaian yang ada disalah satu laci di dalam kabin kesehatan tersebut, kemudian melihat-lihat sekeliling tempat tersebut.
"Akh.... kepalaku masih terasa sakit, dimana Luna berada saat ini ya." Gumam Jupiter.
Beberapa saat kemudian Luna pun datang menghampiri Jupiter, sambil membawa sebotol air mineral.
"Jupiter syukurlah kamu sudah sadar, duduk lah terlebih dahulu." Ucap Luna, sambil memberikan minuman mineral tersebut kepada nya.
Jupiter pun duduk di kursi di tengah-tengah kabin kesehatan tersebut lalu mulai meneguk habis air mineral tersebut.
"Setelah mutasi tersebut, tampak nya ia haus sekali.' Gumam Luna.
Ia pun duduk di hadapan Jupiter dengan tangan nya berada di atas meja. Luna pun mulai menceritakan awal mula kejadian nya saat Jupiter mulai tak sadarkan diri, dan perihal Buah Lunarium tersebut. Setelah mendengarkan cerita dari Luna, Jupiter pun mulai tertawa geli.
"Ha... ha..." Suara tawa Jupiter.
"Selama aku berada di dalam Akademi Bima Sakti aku tidak pernah mendengar hal seperti itu, itu pasti lah dongeng Luna." Ucap Jupiter.
"Tidak mungkin aku mendapatkan kekuatan setelah memakan buah di Hutan Minotaur tersebut, kebetulan seperti apa itu Luna." Ucap Jupiter.
"Benar Jupiter, aku telah mendiagnosa mu menggunakan kapsul medis, itu tidak mungkin salah." Ucap Luna.
"Ha.... ha..... ha.... " Tawa Jupiter.
"Lihat ini Luna ya, aku akan mengeluarkan api dari tanganku." Ucap Jupiter, sambil meluruskan tangan nya dan membayangkan api akan keluar dari telapak tangan nya.
"Jdeeeerrr.................. " Suara sambaran listrik ke arah pintu masuk kabin kesehatan.
Listrik pun muncul dari telapak tangan Jupiter lalu menyambar dinding di pintu masuk, akibat nya dinding tersebut penyok dan menghitam.
"Oh my god...... "
"Buah yang di ceritakan oleh Luna benar-benar ada." Gumam Jupiter.
Suasana pun menjadi sepi untuk sesaat, Jupiter kemudian menatap ke arah Luna.
"Lho.............kok bisa?" Ucap Jupiter, tidak menyangka bahwa dongeng yang di ceritakan oleh Luna adalah benar.
"Ehmmm.... kan sudah kubilang sebelumnya, sepertinya kau membangkitkan mutasi gen listrik bukan gen api." Ucap Luna, sambil menatap wajah Jupiter.
Jupiter kemudian duduk di kursi tersebut, kemudian berdiri dan berjalan mondar-mandir. Ia terihat panik, karena Jupiter memakan tiga buah dewa berarti dia harus menjalani mutasi gen dua kali lagi.
"Tenangkan dirimu Jupiter." Ucap Luna.
"Kryukkkkk....... kryukkkk........ kryuk.... " Suara keroncongan dari perut Luna.
Luna sudah tiga hari belum makan apa-apa, karena persediaan makanan di pesawat ruang angkasa ini sudah habis.
"Kryukkkkk...... kryukkkk..... kryuuukkk... " Suara keroncongan perut Jupiter.
"Ugh..... aku lapar sekali, aku akan mencari sesuatu untuk di makan." Gumam Jupiter.
"Sebaiknya aku mencari makanan dulu Luna, kamu tunggu di sini saja." Ucap Jupiter.
"Dimana kamu menaruh giwang, cincin, serta gelang ensiklopedia galaxi ku Luna?" Tanya Jupiter.
Luna pun kemudian mengambil giwang, cincin, dan gelang di dalam kamar nya lalu memberikan nya kepada Jupiter.
"Pakai juga ini Jupiter." Ucap Luna.
Ia juga memberikan sebuah senapan laser laras panjang milik regu pengaman di pesawat ruang angkasa ini.
"Baiklah Luna, aku akan mulai keluar dari dalam pesawat ini dan mencari makanan untuk kita makan." Ucap Jupiter.
"Hati-hati Jupiter." Ucap Luna.
Ia pun keluar dari dalam pesawat ruang angkasa milik Luna dan berkeliling di hutan sekitar berharap mendapatkan buruan.
Hutan Minotaur.
Beberapa jam kemudian, tidak ada satu binatang pun berkeliaran di dalam hutan tersebut.
"Kenapa tidak ada satu binatang alien pun di dalam hutan ini, aku sungguh sudah sangat lapar." Gumam Jupiter.
Tiba-tiba saja ada lima ras minotaur yang mengepung nya, makhluk-makhluk tersebut menggenggam pedang emas di tangan nya. Jupiter pun bersiap menembak ke arah minotaur tersebut, salah satu minotaur pun mulai menerjang ke arah Jupiter sambil mengayunkan pedang emasnya.
"Dretttt............... " Suara senapan laser menembus dahi salah satu minotaur.
Jupiter menembak salah satu minotaur yang berusaha menyerang nya, melihat salah satu teman nya tewas ketiga minotaur lain nya pun kembali menyerang Jupiter secara bersamaan. Ia pun melesat kan beberapa tembakan laser kembali ke arah minotaur yang sedang mengamuk tersebut.
"Dretttt.........Dreettttttt......dreeettt......." Suara senapan laser menembak beberapa kali ke arah minotaur.
Kedua minotaur pun mampu menghindari dan mengayunkan pedang emas nya ke arah Jupiter, sedangkan minotaur yang satunya lagi tewas terkena tembakan laser tepat di jantung nya. Pedang emas pun mengenai punggung Jupiter.
"Akhhh......... " Teriak Jupiter.
Jupiter pun menembakkan beberapa laser ke arah Minotaur itu, dan mengenai salah satu Minotaur lainnya.
"Dretttt.........Dreettttttt......dreeettt......." Suara senapan laser menembak beberapa kali ke arah minotaur.
"Karba, sebaiknya laporkan masalah ini kepada Komandan Igdrasil, biar aku yang menahan makhluk ini disini." Ucap Yarbala, sambil mengayunkan pedang nya ke arah Jupiter.
Di hutan ini sekarang tinggal satu Minotaur lagi yang sedang bertarung melawan Jupiter. Karba pun kembali ke Kota Minotaur untuk melaporkan situasi pertarungan tersebut.
"******** *******, akan kubunuh kau." Ucap Yarbala.
"Coba saja, Ucap Jupiter.
"******** ternyata kau bisa berbahasa kami." Ucap Yarbala.
Minotaur pun menyerang Jupiter dengan serangan yang sangat cepat, sehingga ia harus menahan nya dengan senapan laser laras panjang nya.
"Duagh......... " Suara senapan laser yang remuk saat menahan Pedang Emas.
Akibat menahan serangan pedang emas Minotaur tersebut, senapan laser laras panjang milik Jupiter pun rusak dan tidak dapat digunakan kembali.
"Gawat, senjata ku rusak." Gumam Jupiter.
Kemudian Minotaur tersebut mencekik leher Jupiter dengan tangan kirinya, kemudian mengangkat nya.
"Akh..... akh.... " Teriak Jupiter.
"Akan kucekik kau sampai mati, kemudian kami akan memanggang tubuh mu makhluk aneh." Ucap Yarbala.
"Kau telah membunuh tiga temanku." Ucap Yarbala, sambil terus mencekik Jupiter.
Minotaur merupakan ras alien yang memiliki kekuatan tubuh yang lebih kuat dari pada ras manusia. Jupiter kemudian menyentuh dada Yarbala, Minotaur tadi pun menoleh ke arah telapak tangan Jupiter yang menyentuh dada nya.
"Marilah dengan teman-teman mu yang lain nya." Gumam Jupiter.
"He... he... he... " Tawa kecil Jupiter.
Beberapa saat kemudian energi listrik keluar dari telapak tangan Jupiter dan menyetrum jantung Minotaur tersebut hingga gosong lalu tewas.
"Akhhhh.............. " Teriak kesakitan Minotaur yang jantung nya terpanggang tersebut.
Tubuh Minotaur tersebut pun oleng lalu roboh, Jupiter pun bergegas kembali ke pesawat ruang angkasa Luna sambil menyeret tubuh makhluk tersebut. Beberapa jam kemudian ia pun tiba ke pesawat ruang angkasa Luna sambil menyeret tubuh Minotaur tersebut, Luna pun langsung membukakan pintu saat mengetahui Jupiter tiba.
Di Depan Pintu Masuk Pesawat
"Luna aku sudah berkeliling untuk mencari makanan di sekitar hutan ini, namun tidak menemukan seekor binatang alien pun."
"Jadi mau tidak mau kita harus memakan Minotaur ini." Ucap Jupiter
Luna pun diam untuk sesaat.
"Kryuukkkk..... kryukkk......" Suara keroncongan dari arah perut Luna.
"Mau gimana lagi, sini biar aku yang bawa mayat ini ke kabin makanan,"
"Tubuh Minotaur ini biar digiling terlebih dahulu di dalam mesin penggilingan tersebut, baru kita memakan nya setelah itu." Ucap Luna.
"Ya sepertinya, aku perlu menggunakan kapsul medis itu lagi."
"Punggungku terkena sabetan pedang emas, dan leherku serasa mau patah akibat cekikan Minotaur tersebut." Ucap Jupiter.
"Kasian dia." Gumam Luna.
"Baiklah kalau begitu istirahat lah, Jupiter." Ucap Luna.
Ia pun mulai menyeret tubuh Minotaur tersebut ke kabin makanan, sementara itu Arung beranjak ke kabin kesehatan untuk memulihkan diri di dalam kapsul medis.
Di kabin makanan
"Wah tidak kusangka, kukira aku yang bakalan dimangsa oleh para Minotaur tersebut,"
"Nyatanya hari ini Minotaur ini yang akan kumangsa."
"Baiklah sebaiknya aku bersihkan terlebih dahulu kotoran yang ada pada tubuh Minotaur ini." Gumam Luna.
Ia pun kemudian mulai membersihkan tubuh Minotaur tersebut, kemudian baru lah tubuh makhluk tersebut mulai dimasuk kan kedalam mesin penggilingan. Beberapa menit kemudian mesin pun selesai melakukan penggilingan, 100 kg daging halus pun tersedia.
"Wah aku sudah sangat lapar, sebaiknya segera ku masak menjadi daging panggang." Gumam Luna.
Ia pun mulai mengoperasikan mesin pembuat makanan di samping mesin penggilingan tersebut, beberapa menit kemudian dua buah daging panggang pun terhidang di dalam tabung mesin makanan.
"Mantap, daging ini pasti enak." Gumam Luna.
Ia pun mengambil kedua daging panggang tersebut lalu meletakkan nya di sebuah nampan, kemudian beranjak pergi ke kabin kesehatan.
"Sudah lama sekali aku tidak mencium daging seharum ini,"
"Lezatnya." Ucap Luna.
Luna pun duduk di kursi ditengah kabin kesehatan lalu mulai menyantap satu daging panggang porsi besar tersebut, tak lama kemudian Jupiter pun keluar dari dalam kapsul medis dan ikut bergabung bersama Luna di meja tersebut.
"Wah.........tubuhku serasa segar kembali Luna, kapsul tersebut benar-benar ajaib." Ucap Jupiter.
"Syukurlah dia sudah bersemangat lagi." Gumam Luna.
"Yach......makanlah Daging Minotaur Panggang ini Jupiter,"
"Daging Panggang ini benar-benar sangat lezat." Ucap Luna, sambil menggigit daging panggang tersebut.
"Ehm..... harumnya, sepertinya daging ini benar-benar lezat." Gumam Arung, sambil mencium aroma daging Panggang tersebut.
"Baiklah aku makan dulu Luna." Ucap Jupiter, sambil mengambil daging panggang di atas nampan tersebut.
Sementara itu di Kota Minotaur, di kantor pasukan Minotaur.
Salah seorang Minotaur yang bernama Karba berhasil melarikan diri dan menghadap Komandan Igdrasil berniat melaporkan kejadian yang terjadi di dalam hutan saat itu.
"Lapor komandan, kami berlima berhasil menemukan pembunuh penjaga penjara giok di hutan."
"Hanya saja dia terlalu kuat komandan dia memiliki senjata suci di tangan nya yang bisa mengeluarkan cahaya panas."
"Yarbala dan ketiga Minotaur lainnya tewas di tangan nya, seperti nya mereka bersembunyi di sebuah bangunan dari besi di tengah hutan." Ucap Karba, sambil membungkuk.
Yang dimaksudkan bangunan dari besi di tengah hutan adalah pesawat ruang angkasa milik Luna.
"Terima kasih atas laporan mu Karba, aku sedang ada rapat dengan raja kota ini,"
"Beberapa hari lagi biar aku yang langsung memimpin pasukan untuk membunuh nya." Ucap Komandan Igdrasil.
"Siap Komandan, saya permisi dulu." Ucap Karba sambil beranjak keluar dari dalan ruangan Komandan Igdrasil.
"Dasar penjahat bar-bar kau kembali membunuh pasukan ku, akan kupastikan kau mati di tangan ku." Gumam Komandan Igdrasil, lalu beranjak pergi ke kantor Raja Kota.
Kembali ke pesawat ruang angkasa Luna
"Wah.......daging ini benar-benar sangat lezat Luna." Ucap Jupiter.
Kemudian ia pun mulai merogoh-rogoh saku celana nya, namun tidak mendapat kan bungkus rokok miliknya. Luna pun tersenyum kemudian bangun dan beranjak menuju lemari kecil disamping ranjang kesehatan, kemudian mengambil sebungkus rokok milik tim lainnya yang tertinggal disitu.
"Ini hisap lah, tapi pemantik nya aku tidak tahu dimana mereka menyimpannya." Ucap Luna, sambil memberikan sebungkus rokok pada Jupiter.
"Wah pas sekali, Terima kasih Luna." Ucap Jupiter, sambil menerima rokok dari Luna.
Jupiter kemudian mengeluarkan rokok dari bungkusnya, lalu Jupiter mulai menghisap nya dan mengeluarkan sedikit percikan listrik keujung rokok. Sehingga rokok pun terbakar, Jupiter pun mulai menarik pelan asap rokok tersebut.
"Sempurna sekali rasanya, Luna." Ucap Jupiter.
"Jupiter, apa rencana mu selanjutnya." Ucap Luna.
"Sebaiknya kita bergegas pergi dari planet Minotaur ini, aku khawatir Minotaur lainnya akan datang kesini dan memburu kita." Ucap Jupiter.
"Aku setuju denganmu, nama planet ini bukan Minotaur tapi planet jabberwook Jupiter." Ucap Luna.
"Jadi planet ini adalah planet jabberwook." Gumam Jupiter, didalam hati.
"Bagaimana caranya kita bisa keluar dari sini Jupiter?" Tanya Luna.
"Besok saja kita pikirkan Luna, pikiranku sangat lelah hari ini,"
"Hari pun sudah malam, sebaiknya kita istirahat terlebih dahulu." Jawab Jupiter.
"Ya sudah kalau begitu aku ke kamar dulu, kamarmu sudah ku bersihkan dan tilam nya sudah kuganti dengan yang baru ya Jupiter." Ucap Luna.
Luna pun beranjak ke kamarnya, sementara Jupiter tengah duduk bersantai sambil menghisap sebatang rokok. Tak lama berselang
Di Kabin Kamar Jupiter.
Jupiter pun kembali ke dalam kamar nya dan bergegas tidur. Beberapa jam kemudian tubuh Jupiter pun mulai mengeluarkan keringat yang sangat banyak, dari pori pori tubuh nya juga keluar lelehan besi berwarna silver.
"Arghhh............ " Suara raungan kesakitan Jupiter."
Beberapa menit kemudian Jupiter pun mulai kejang-kejang kemudian tak sadarkan diri.
Kabin Kesehatan
Keesokan pagi nya, setelah membuat kan sarapan Luna pun berniat membangunkan Jupiter untuk mengajaknya sarapan bersama. Ia pun menaruh sarapan nya di kabin kesehatan, kemudian beranjak ke kamar Jupiter.
Di Depan Kabin Kamar Jupiter
"Tok..... tok.... tok... " Suara ketukan pintu.
"Jupiter sarapan sudah siap, mari makan bersama." Ucap Luna.
"Lho..... kenapa dia tidak menjawab nya ya, apa mungkin terjadi sesuatu?" Gumam Luna, lalu kembali mengetuk pintu tersebut.
"Tok..... tok.... tok... " Suara ketukan pintu lagi.
"Jupiter... " Teriak Luna agak keras.
Karena penasaran dan khawatir terhadap keadaan Jupiter, Luna pun membuka pintu kabin kamar tersebut.
"Kraaakkk.... " Suara pintu terbuka.
"Jupiter.... " Teriak Luna, sambil berlari kearah tubuh Jupiter yang tergeletak di atas ranjang.
Luna pun menangis di atas tubuh Jupiter, ia pun mencabuti beberapa lelehan besi yang sudah mengeras di tubuh Jupiter.
"Hiks...... Hiks....... Hiks....... "
"Hiks...... Hiks....... Hiks...... " Tangis Kecil Luna.
Nafas Jupiter pun sudah terengah-engah, darah pun mengalir dari tubuh Jupiter. Luna pun mulai memapah tubuh tak sadar kan diri tersebut, berniat membawanya ke kabin kesehatan.
"Bertahan lah Jupiter." Ucap Luna sambil meneteskan air mata.
Kabin Kesehatan.
Sesampainya di kabin kesehatan Luna kembali memasukkan Jupiter kedalam Kapsul medis, ia pun mulai membersihkan seluruh tubuh Jupiter kemudian menutup kapsul tersebut dan mengoperasikan nya.
"Dup.............. " Suara kapsul medis yang tertutup.
Luna pun terus menangis di atas kapsul medis tersebut, ia berharap Jupiter lekas sembuh dan dapat segera membuka kedua mata nya.
"Hiks...... Hiks....... Hiks....... "
"Hiks...... Hiks....... Hiks...... " Tangis Kecil Luna.
Shelter 215, Koloni Bumi, Planet Jupiter.
Jupiter pun mulai memimpikan masa lalunya, malam dimana ayah nya pergi dan tidak pernah kembali. Ketika itu ayah dan ibunya Jupiter bertengkar keras di dapur, Jupiter kecil diam-diam mengintip dari balik jendela dapur yang terbuka.
"Aku harus pergi Shayla, jika tidak galaxi ini akan berada dalam bahaya." Ucap Ayah Jupiter.
"Jika kau pergi, bagai mana nasib Jupiter kelak, Storm."
"Federasi Galaxi sedang berperang dengan Republik Jabberwook, disana sangat berbahaya, Storm." Ucap Shayla, dengan suara yang keras sambil menangis.
"Aku tetap akan pergi jika tidak Galaxi Bima Sakti kita akan diserang, sebagai salah satu panglima perang galaxi ini aku harus pergi, Shayla."
"Aku tidak bisa mengutus orang lain untuk pergi, Federasi Bima Sakti sudah disusupi beberapa pengkhianat." Ucap Tony Storm.
"Tidak Storm, aku tetap tidak akan mengizinkan nya." Ucap Shayla sambil menangis.
"Baiklah Shayla aku pergi dulu, tolong didik dan jaga Jupiter sampai aku kembali." Ucap Tony Storm.
Tony Storm pun beranjak ke luar dari dapur dan bergegas kembali ke pesawat ruang angkasa miliknya.
"Tidakkkk...... " Teriak Shayla.
"Hikss..... hiks..... hiks.... " Suara tangis Shayla.
Melihat ibunya menangis, Jupiter kecil pun bergegas masuk ke dalam rumah dan berlari memeluk ibunya.
"Ibu.... berhenti menangis." Ucap Jupiter, sambil ikut menangis.
"Tenang Jupiter ibu tidak menangis kok, mata ibu terkena uap dari bawang kok." Ucap Shayla, sambil menyeka air matanya.
Jupiter pun mulai tersadar dari mimpinya, ia pun keluar dari kapsul tersebut.
Kabin Kesehatan.
Ternyata hari sudah pagi, Luna saat ini sedang sarapan di meja tengah di dalam kabin kesehatan.
"Krakkkkk............. " Suara kapsul medis terbuka.
"Jupiter sepertinya sudah sadar." Ucap Luna.
Melihat kapsul medis terbuka Luna pun cepat-cepat berlari ke arah kapsul tersebut, sambil membawa handuk.
"Ugh.... kepala ku pusing sekali." Gumam Jupiter.
"Luna sudah berapa hari aku tak sadarkan diri." Ucap Jupiter.
Jupiter tidak sadar dirinya sedang berdiri tanpa mengenakan sehelai pakaian apapun didepan Luna.
"Sudah enam hari kamu tidak sadarkan diri, pertama-tama tutupi burung di bagian bawah mu dulu Jupiter." Ucap Luna dengan pipi memerah.
Kemudian memberikan handuk kepada Jupiter, Jupiter pun mengambil handuk di tangan Luna kemudian beranjak ke ranjang di kabin medis. Jupiter pun menutup tirai kemudian berpakaian dengan pakaian yang ada didalam laci. Keadaan pun menjadi canggung untuk sementara waktu, Jupiter pun duduk di tempat biasa mereka berdiskusi.
"Ehm... Tanggal berapa sekarang Luna, menurut kalender Federasi galaxi?" Tanya Jupiter.
"Sekarang tanggal 15 tahun 5020, buat apa kamu menanyakan nya?" Tanya Luna.
"Aku ingin tahu sudah berapa lama aku terdampar di ruang angkasa, setelah kapal kami di bajak oleh perompak ruang angkasa." Ucap Jupiter.
"Kami di bajak oleh perompak ruang Angkasa di tanggal 1 tahun 6130 kalender Federasi Galaxi, kalau menurut perhitungan ku sudah 40 hari aku terdampar di galaxi antah berantah ini." Ucap Jupiter.
"Tunggu dulu Jupiter, kamu bilang tadi tahun 6130,"
"Itu tidak mungkin sekarang saja masih tahun 5020 menurut kalender Federasi Galaxi, kau pasti salah bicarakan, Jupiter." Ucap Luna.
Jupiter pun menatap kearah Luna dengan serius.
"Benar aku berasal dari tahun 6130, apakah mungkin ini semua akibat pesawat ruang angkasa ku tersedot kedalam sebuah Red Hole dan aku terdampar di masa depan." Ucap Jupiter.
"Apakah dia sudah gila karena dua kali mengalami mutasi gen, ya sudah aku ikutin saja alur permainan Jupiter sampai ia berhenti bicara ngawur." Gumam Luna dalam hati.
"Ya sudah kita anggap saja, memang benar kamu berasal dari masa depan,"
"Namun yang terpenting sekarang adalah bagaimana caranya kita bisa keluar dari planet ini." Ucap Luna
"Ya kamu benar Luna, masalah ini nanti saja kita pikirkan, "
"Lebih baik kita mencari cara keluar dari planet jabberwook ini terlebih dahulu."
Luna tidak menyadari, bahwa Jupiter memang bena-benar berasal dari masa depan. Itu semua akibat pesawat ruang angkasa miliknya memasuki sebuah Red Hole di dekat Planet Jupiter.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!