Jupiter dan Luna pun mulai berjalan perlahan ke arah Minotaur yang sedang tertidur lelap di ujung koridor tersebut.
"Zzztttt............... " Suara Minotaur yang sedang tertidur.
Koridor Penjara Minotaur.
"Luna lihatlah di dalam sel-sel penjara tersebut, para Minotaur tersebut pasti lah penjahat-penjahat di kota ini." Ucap Jupiter dengan suara yang pelan.
"Benar Jupiter, sebaiknya kita tidak membangunkan para narapidana tersebut." Ucap Luna.
Beberapa saat kemudian,
Akhirnya mereka pun tiba di ujung koridor tersebut, Minotaur yang berjaga tersebut sedang tertidur lelap sambil duduk di sebuah kursi baja. Jupiter kemudian membuka baju nya, lalu menggulung baju tersebut. Luna hanya diam dan melihat nya saja, kemudian ia pun mulai berbisik ke telinga Luna dengan suara yang pelan.
"Luna kamu bekap mulut Minotaur tersebut dengan gulungan baju ku ini, aku akan menusuk jantung nya setelah itu." Bisik Jupiter.
"Jupiter itu terlalu berbahaya, kenapa kita tidak langsung pergi keluar saja." Bisik Luna.
"Aku khawatir Minotaur tersebut akan terbangun saat kita membuka pintu, lebih baik selagi ada kesempatan kita bunuh saja makhluk ini." Bisik Jupiter.
"Benar juga yang di katakan Jupiter." Gumam Luna, lalu mengangguk-anggukkan kepala nya.
Luna pun lalu mengambil gulungan baju milik Jupiter lalu bersiap menunggu aba-aba dari nya. Jupiter kemudian mengambil sebilah pedang emas yang ada di samping Minotaur tersebut dan bersiap menusuk jantung makhluk tersebut.
"Sekarang Luna." Ucap Jupiter dengan suara yang pelan.
Luna pun menutup mulut Minotaur tersebut, tampak makhluk itu pun mencoba untuk melawan. Jupiter dengan sekuat tenaga langsung menusuk jantung Minotaur tersebut, darah berwarna hijau pun mulai keluar dari dadanya.
"Akhh.......... " Teriak kesakitan makhluk tersebut dari balik gulungan baju.
Minotaur itu pun berhenti bernafas dan tewas seketika. Jupiter kemudian melihat ke arah dinding dimana terdapat dua buat mantel besar yang tergantung, ia pun mengambil nya lalu memakai nya.
"Pakailah Luna." Ucap Jupiter, sambil memberikan mantel yang satu nya lagi kepada Luna.
"Iya Jupiter." Ucap Luna, kemudian memakai mantel tersebut.
"Untuk apa dia memberikan ku sebuah mantel?"
"Mungkinkah dia memliki ketertarikan terhadap ku, tapi kan kami baru saja berkenalan beberapa menit yang lalu,"
"Apakah ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama?" Gumam Luna.
"Luna sangat mirip dengan guru yang ku taksir di Akademi hanya saja ia memakai kacamata lalu berambut hijau." Gumam Jupiter.
Mereka berdua pun mulai keluar dari penjara giok ini, Jupiter pun memapah Luna dan berjalan pelan ke arah hutan.
Ibu Kota Kerajaan Minotaur
Peradaban di planet ini masih tergolong sangat rendah terlihat dari bangunan-bangunan di kota para Minotaur tersebut yang berdesain sangat tradisional. Hanya saja planet ini kaya akan banyak mineral langka seperti giok dan emas. Terlihat dari bangunan-bangunan rumah dan lainnya yang terbuat dari beraneka ragam giok, bahkan lampu-lampu penerangan di sekitar kota terbuat dari emas dengan obor di atas nya.
"Wah.... seperti di kota dongeng saja, tempat ini benar-benar berbeda dengan kota ku di Shelter 215 di kaki Pegunungan Andala." Gumam Jupiter.
Terlihat ada beberapa Minotaur yang berlalu lalang namun mereka tidak curiga pada Jupiter dan Luna karena mereka mengenakan mantel yang menutupi seluruh tubuh nya.
"Hei temanmu mabuk ya? " Tanya salah satu Minotaur yang sedang berjalan di sekitar mereka.
Makhluk tersebut bertanya kepada Jupiter karena mengira mereka berasal dari ras yang sama.
"Benar tuan." Ucap Jupiter, menggunakan bahasa Minotaur.
Ketika Jupiter berbicara dengan Minotaur tersebut, jantung Luna pun mulai berdegup kencang karena khawatir akan ketahuan.
"Dup... Dup... Dup... Dup....... " Suara detak jantung Luna yang semakin tidak beraturan.
"Ya sudah bawa pemabuk itu kembali ke rumah nya." Ucap Minotaur tersebut, sambil beranjak meninggalkan mereka.
"Baik tuan." Ucap Jupiter dengan pedang emas di punggung nya.
"Syukurlah, tidak ketahuan,"
"Jika tidak kami berdua pasti mati, ada banyak sekali Minotaur di jalanan ini." Gumam Jupiter.
Ternyata mantel itu merupakan seragam khusus para Minotaur ketika berburu di hutan, Oleh karena Jupiter dan Luna mengenakan nya penyamaran mereka pun sempurna. Jupiter dan Luna pun terus berjalan ke arah hutan dan akhirnya berhasil memasuki tempat tersebut.
Hutan Minotaur.
"Kita sudah ada di hutan saat ini, kamu berencana akan pergi kemana Jupiter?" Tanya Luna.
"Pesawat ruang angkasa ku berada di pinggir pantai benua ini dan saat ini sudah kehabisan bahan bakar, aku berencana bertahan hidup di sini untuk saat ini"
"Aku tidak menyangka kalau ras asli di planet ini sangat kejam dan begitu bar-bar." Ucap Jupiter.
"Kalau begitu kita kembali ke pesawat ruang angkasa kami saja Jupiter, di sana ada banyak kristal-kristal energi." Ucap Luna.
"Untunglah aku bertemu Luna, masalah ku mengenai bahan bakar telah teratasi." Gumam Jupiter.
"Benarkah Luna, baiklah ayo kita segera ke sana Luna."
"Tunjuk kan arah nya, nona cantik." Ucap Jupiter.
"Ugh.... dia memanggil ku Nona cantik, apa mungkin dia adalah jodoh ku." Gumam Luna.
"Jupiter bagaimana bisa kau mengerti bahasa para minotaur tersebut?" Tanya Luna.
"Aku memiliki Giwang penerjemah dan penguasaan bahasa di telingaku saat ini Luna, jadi tidak hanya bahas Minotaur aku juga dapat mengerti dan berbicara dengan beragam bahasa alien." Ucap Jupiter, sambil memperlihatkan telinga nya kepada Luna.
Sebuah giwang berwarna merah.
"Boleh aku minta satu Jupiter." Ucap Luna.
"Tentu saja, hanya saja Giwang tersebut berada di dalam ransel ku,"
"Ransel ku saat ini jatuh di hutan saat aku dikejar-kejar oleh binatang alien bertaring panjang di planet ini."
"Nanti kalau ransel ku ketemu lagi, akan kuberikan satu buatmu nona cantik." Ucap Jupiter.
"Trima kasih Jupiter, kau sangat dermawan." Ucap Luna.
Hari pun sudah menjelang pagi di planet yang asing tersebut, tak lama kemudian langit pun mulai menjadi gelap dan hujan pun turun dengan deras nya.
"Byurrrr................. " Suara hujan deras.
Luna dan Jupiter tetap meneruskan perjalanan menuju pesawat ruang angkasa Luna di tengah hujan deras tersebut. Mereka khawatir jika berhenti, para minotaur akan segera menangkap mereka dan memangsa mereka.
"Hatsyimmmm...... " Suara bersin Luna.
"Kau tidak apa-apa Luna?" Tanya Jupiter.
"Tidak apa-apa Jupiter, mari kita lanjutkan perjalanan kita,"
"Kurasa lokasi pesawat kami, sudah tidak jauh lagi dari sini." Jawab Luna.
Akhirnya Luna dan Jupiter pun tiba di lokasi pesawat ruang angkasa milik Luna. Pesawat ini 30 kali lebih besar dari pesawat milik Jupiter, hanya saja sudah banyak berlubang dan rusak di berbagai tempat.
"Sepertinya pesawat mereka habis terkena badai yang dahsyat." Gumam Jupiter.
Bentuk pesawat tersebut seperti torpedo kapal selam dengan empat sayap di tengah nya dan hanya memiliki satu roket pendorong yang besar di belakangnya. Luna pun bergegas menuju pintu masuk pesawat lalu mulai memasukkan pasword untuk membuka pintu tersebut.
"Ini dia pesawat ruang angkasa milik kami, Jupiter." Ucap Luna.
"Dia pasti terkesan." Gumam Luna.
"Agak sedikit lebih besar dari punyaku." Ucap Jupiter.
"Hah........... " Suara nafas panjang Luna.
"Kenapa jawaban nya simpel begitu saja." Gumam Luna.
Beberapa saat kemudian pintu pun mulai terbuka, Luna dan Jupiter pun mulai masuk ke dalam pesawat tersebut.
Di dalam Koridor Pesawat.
"Dup.............. " Suara pintu yang tertutup.
Setelah masuk pintu pesawat pun kembali tertutup secara otomatis, Luna pun mulai membawa Jupiter ke kabin kesehatan. Beberapa saat kemudian setelah menelusuri lorong pesawat, mereka pun akhirnya tiba di dalam kabin kesehatan.
Kabin Kesehatan.
"Duduk lah Jupiter, akan ku obati luka mu terlebih dahulu." Ucap Luna, kemudian ia mulai mengobati dan memperban luka-luka nya dengan obat-obatan di dalam ruangan tersebut.
Beberapa saat kemudian.
"Terima kasih Luna." Ucap Jupiter.
"Ya, aku seharus nya yang berterima kasih,"
"Kalau tidak hari ini, aku pasti jadi santapan para minotaur tersebut." Ucap Luna, sambil duduk di kursi.
"Luna pasti sangat menderita di dalam sel tersebut, setiap hari teman-teman nya di jadikan santapan oleh para makhluk bar-bar tersebut." Gumam Jupiter.
"Aku tidak mengira bisa selamat dari dalam ruangan sel penjara tersebut, kukira aku akan mati di atas meja jamuan makhluk-makhluk bar-bar tersebut." Gumam Luna.
Beberapa saat kemudian, Luna memegang kepala nya.
"Ugh..... kenapa kepala ku pusing sekali." Gumam Luna, lalu tersungkur dari kursi dan tak sadarkan diri.
"Apa yang terjadi dengan Luna." Gumam Jupiter.
Jupiter yang menyaksikan hal tersebut langsung turun dari ranjang dan beranjak ke arah Luna.
"Luna... luna.... kau tidak apa-apa?" Tanya Jupiter, sambil memegang dahi Luna.
Saat Jupiter memegang dahi Luna, suhu tubuh nya sangat tinggi. Ia pun mengangkat tubuh Luna ke atas ranjang medis.
"Ugh.... tubuh nya sangat panas, bagaimana ini,"
"Demam nya sangat tinggi, aku harus segera menyadarkan nya." Gumam Jupiter.
Ia pun mulai melepaskan semua baju di badan Luna lalu mengangkat tubuh polos Luna ke dalam kamar mandi di kabin medis tersebut.
Kamar Mandi
Pipi Jupiter pun memerah, jantungnya berdegup kencang ketika melihat tubuh polos Luna. Sesampai di kamar mandi, Jupiter pun merendam tubuh Luna di dalam bak mandi.
"Ugh..... maafkan aku Luna, aku tidak bermaksud mesum." Gumam Jupiter.
"Luna... Luna... sadarlah... " Teriak Jupiter, sambil mengguncang bahu Luna.
Beberapa menit kemudian Luna pun mulai sadarkan diri, ia pun mulai membuka kedua mata nya.
"Ugh...... dimana aku saat ini?" Gumam Luna.
Tampak di hadapan nya Jupiter sedang mengguncang bahu nya, lalu ia melihat diri nya tidak mengenakan sehelai pakaian apa pun.
"Arrrggghhh.......... " Teriak Luna, sambil menutup dada nya dengan kedua tangancnya.
"Keluar Jupiter, apa yang kau lakukan." Teriak Luna.
"Maaf-maaf Luna." Ucap Jupiter.
Mendengar Luna yang sudah bersemangat kembali ia pun mulai meninggal kan Luna di dalam kamar mandi.
"Tubuh suci ku sudah di nodai oleh Jupiter, dia harus menikahi ku kelak,"
"Aku akan meminta pertanggung jawaban nya nanti setelah kondisi kami lebih kondusif." Gumam Luna.
Budaya di Planet Castilla apabila ada seorang laki-laki melihat seorang wanita tak berpakaian, berarti laki-laki tersebut telah menodai kesucian wanita tersebut dan wajib untuk menikahi nya.
Kabin Kesehatan.
Tak lama kemudian Luna pun keluar mengenakan handuk, dan berjalan agak pincang ke arah ranjang medis. Ia kemudian membentang kan tirai dan mulai berganti pakaian.
"Maaf aku teriak keras kepadamu Jupiter." Ucap Luna.
"Ya aku paham, siapa yang tidak histeris saat bangun tanpa sehelai pakaian pun di tubuh nya lalu ada seorang pria penuh perban mengguncang bahu di hadapan nya" Ucap Jupiter.
"Ya maaf-maaf Jupiter, ini minumlah." Ucap Luna, sambil memberikan sekaleng beer kepada Jupiter.
"Wah..... mantap sekali." Ucap Jupiter.
Ia pun menerima beer tersebut sebagai permintaan maaf, lalu mulai membuka nya. Keadaan pun menjadi canggung di kabin kesehatan tersebut, Luna hanya menatap wajah Jupiter yang tengah meneguk beer.
"Apa mungkin dia mau bertanggung jawab?" Gumam Luna.
"Jadi kau melihat semua nya tadi." Tanya Luna, sambil meminum beer.
Jupiter hanya diam dan meneruskan meminum beer nya.
"Luna bodoh, tentu saja aku melihat semua nya,"
"Dataran alien yang sangat bersih, Ugh.... celanaku jadi terasa sempit saat mengingat nya." Gumam Jupiter.
Beberapa menit kemudian Luna pun mengantar kan nya untuk beristirahat ke dalam kabin kamar.
"Dia diam saja, dia pasti sudah puas melihat nya,"
"Mungkinkah dia juga menggerayangi tubuh ku, oh tidak Bukit suci ku." Gumam Luna.
Kabin Kesehatan.
Setelah mengantar Jupiter, Luna pun beranjak kembali ke kabin kesehatan lalu bermaksud memulihkan diri di dalam kapsul medis.
"Tubuh indah ku di lihat nya, seharusnya hanya calon suamiku yang boleh melihat nya." Gumam Luna, sambil berjalan kembali ke arah kabin kesehatan.
"Semoga saja dia tidak ingat tahi lalat yang ada di punggungku." Gumam Luna, sambil memegang kedua pipinya yang memerah.
Di dalam kabin kamar Jupiter
"Akhirnya aku bisa tidur nyenyak juga ranjang ini sungguh empuk, aku sungguh lelah." Gumam Jupiter, sambil merebahkan tubuh nya di atas ranjang kamar.
"Brukkkk........... " Suara tubuh Jupiter saat jatuh ke kasur.
"Daratan alien yang sangat bersih,"
"Tubuh Luna sungguh sempurna, sebaiknya aku tidur dulu saja." Ucap Jupiter, kemudian menutup matanya.
Di kota Minotaur pagi harinya setelah Jupiter dan Luna berhasil kabur dari dalam penjara.
Komandan Igdrasil dari ras Minotaur memasuki penjara giok hijau bersama bala tentara nya. Makhluk ini pun terkejut melihat salah satu bawahan nya yang tewas dengan sangat mengenaskan.
"Makhluk-makhluk yang membunuh penjaga ini sungguh kejam, dia bukan lah seorang ksatria,"
"Dia membunuh nya saat penjaga ku sedang tidur terlelap, sungguh sangat-sangat kejam." Gumam Komandan Igdrasil.
Makhluk ini pun mulai memeriksa sekeliling penjara bersama bala tentara nya, lalu mendapati salah satu pintu di sel penjara tersebut ada yang terbuka.
"Salah satu dari tawanan telah melarikan diri, segera sisir hutan di samping kota ini." Perintah Komandan Igdrasil memerintahkan para bawahan nya untuk menyisir hutan.
"Bawakan para tawanan itu hidup atau mati ke hadapan ku." Ucap Komandan Igdrasil.
Sekitar 50 ras Minotaur langsung bergerak menyisir hutan di samping kota tersebut. Ras Minotaur memang ras yang kejam, namun ras mereka juga adalah ras yang setia kawan. Komandan Igdrasil pun kembali ke kantor prajurit kota setelah nya.
Kembali ke pesawat ruang angkasa Luna
Jupiter pun tertidur lelap, namun tiba-tiba dari tubuh nya mulai mengeluarkan aura listrik yang meluap-luap.
"Dzzitt......... dzzitt......... dzzitt......... " Suara percikan listrik.
Listrik pun mulai menyambar ke segala arah di dalam kabin kamar Jupiter tersebut.
"Jderrr....... jderrr...... jderrr........ " Suara sambaran listrik mengenai dinding dan sekitarnya.
"Arghhhhh..... arghhhhh........ " Teriak kesakitan dari Jupiter pun mulai menggema hingga terdengar ke kabin kesehatan.
Kabin Kesehatan
Besar nya teriakan Jupiter membuat Luna terbangun.
"Jupiter kenapa dia berteriak?"
"Apakah para Minotaur telah memasuki pesawat ini dan sedang berada di dalam kamar nya?" Gumam Luna, ia pun keluar dari dalam kapsul medis tersebut dan berlari menuju kabin kamar Jupiter.
Luna pun membuka pintu kabin kamar Jupiter, terlihat dinding dan langit-langit kamar Jupiter menghitam. tubuh Jupiter pun sudah tergeletak di ranjang yang hangus dengan luka terbakar di sekujur tubuhnya lalu mulut yang mengeluarkan darah.
"Apa.......... "
"Hanya ada kami berdua di dalam pesawat ini, siapa yang melukai Jupiter hingga sampai seperti ini,"
"Jika di novel-novel detektif yang kubaca ini adalah kasus kriminal di ruangan tertutup." Gumam Luna dengan Novel yang sering di bacanya saat di Planet Castilla.
Luna pun dengan cepat memapah Jupiter kembali ke kabin kesehatan, dan berniat memasukkan nya ke dalam kapsul medis. Kaki nya yang cedera berat telah sembuh seperti sedia kala setelah memasuki kapsul medis tersebut semalam.
"Ada apa dengan Jupiter?" Ucap Luna.
Ia pun berjalan perlahan ke arah kabin kesehatan sambil memapah Jupiter dengan langkah yang berat, darah nya pun berceceran lalu mengotori baju Luna.
"Jupiter bertahan lah." Gumam Luna.
Kabin Kesehatan.
Beberapa menit kemudian mereka pun tiba di kabin kesehatan, ia pun langsung merebahkan tubuh tak sadar kan Jupiter ke dalam kapsul medis.
"Brukkk........... " Suara tubuh Jupiter saat rebah ke dalam Kapsul Medis.
"Hah........ hah........ hah...... " Suara terengah-engah Luna.
"Huft............... " Suara nafas panjang Luna.
"Ternyata tubuh Jupiter berat juga, nafasku sampai terengah-engah saat memapah nya." Ucap Luna.
Luna pun melepaskan seluruh pakaian Jupiter lalu membersihkan darah serta luka-lukanya.
"Wah...... walaupun banyak luka terbakar di tubuhnya, pemuda ini benar-benar tampan dan gagah juga memiliki tuas yang besar,"
"Kya........ apa yang kau pikirkan Luna, kau hanya boleh melakukan hal tersebut dengan suami mu." Gumam Luna, saat berpikir tentang tuas tersebut.
Setelah itu ia pun menutup kapsul medis dan menjalankan program penyembuhannya.
"Kenapa Jupiter bisa sampai terluka parah begini?"
"Padahal sebelumnya ia baik-baik saja, Coba aku diagnosa penyebab Jupiter terluka parah menggunakan kapsul medis ini." Gumam Luna, kemudian ia pun mulai mendiagnosa penyebab nya.
Beberapa saat kemudian, seberkas sinar menscan tubuh Jupiter dari kepala hingga kaki nya secara berulang-ulang.
"Treet........ treet........... " Suara scanner.
"Subjek terluka parah di sebabkan karena telah memakan Buah Lunarium, seluruh tubuh nya saat ini sedang mengalami proses mutasi permanen," Suara yang berasal dari komputer kapsul medis tersebut.
"Hasil pemeriksaan menyatakan subjek telah memakan tiga Buah Lunarium, oleh karena nya tubuh dari subjek pun akan mengalami tiga kali proses mutasi, saat ini subjek dalam kondisi kritis dan semua nya tergantung dari mental subjek tersebut."
"Beep.......beep.......beep....." Suara yang berasal dari komputer kapsul medis pun berakhir.
"Ternyata Jupiter memakan buah yang berbahaya ketika di dalam hutan."
"Buah Lunarium, aku baru kali ini mendengarnya, sebaiknya aku ke kabin perpustakaan digital untuk mengetahui semua hal tentang buah ini." Gumam Luna, sambil beranjak ke dalam kabin perpustakaan digital.
Kabin Perpustakaan Digital
Luna pun mulai berjalan di lorong pesawat, setelah beberapa menit ia pun tiba di kabin perpustakaan digital.
"Baiklah ayo kita cari tahu mengenai Buah Lunarium ini." Gumam Luna.
Ia pun mulai menghidupkan komputer raksasa di kabin tersebut, dan mencari tahu mengenai "Buah Lunarium".
" Baiklah coba kita serach di mesin pencari ini, sekarang aku akan mengetikkan Buah Lunarium,"
"Selesai." Gumam Luna, sambil mengetik di layar sentuh tersebut.
Setelah beberapa saat, ia pun mendapatkan informasi mengenai buah Lunarium tersebut dari komputer di kabin digital tersebut. Luna pun mulai membaca informasi yang tertera di layar komputer raksasa tersebut.
"Pohon Lunarium, merupakan jenis tanaman yang habitatnya dapat tumbuh di dalam kondisi apa pun,"
"Pohon ini merupakan pohon raksasa yang sangat sulit untuk ditemukan dikarenakan terdapat ilusi disekitar nya,"
"Ilusi ini dikeluarkan dari daun pohon lunarium, tiap buah pohon lunarium ini dapat memberikan kemampuan khusus pada pemakan nya,"
"Hanya saja harus berhasil melewati kondisi mutasi gen yang berbahaya terlebih dahulu,"
"Tiap buah yang dimakan menghasilkan kekuatan yang berbeda dan bersifat permanen." Ucap Luna, sambil membaca teks di dalam layar tersebut.
"Wah......buah yang menakjubkan sekaligus mengerikan, proses mutasi nya sangat berbahaya,"
"Hanya orang gila saja yang mau memakan nya, Jupiter pasti sangat kelaparan saat itu sehingga tanpa sengaja ia memakan buah tersebut." Gumam Luna.
"Pemakan buah ini tidak akan dapat melihat pohon lunarium untuk kedua kali nya,"
"Buah Lunarium ini juga di kenal dengan buah dewa." Suara dari komputer tersebut.
"Buah dewa" Teriak Luna.
"Ternyata dari kelima benua yang telah kami jelajahi di Planet Jabberwok ini, di benua minotaur ini lah ternyata pohon dewa tumbuh"
"Ternyata Buah Dewa itu benar-benar ada, aku harus menanyakan kepada Jupiter ketika ia sadar nanti,"
"Misi mencari buah ini pun dapat diselesaikan dan aku akan kembali ke planet asal ku, setelah dua tahun ini melakukan penjelajahan dari tata surya yang satu ke tata surya lainnya untuk mencari keberadaan buah di dalam mitos tersebut."
"Semoga Jupiter dapat melewati kondisi kritis nya saat ini, aku akan menanyakan lokasi pohon tersebut nanti nya," Gumam Luna.
Kabin Kesehatan
Sementara itu di dalam kapsul medis, Jupiter sedang bermimpi tentang masa kecil nya kembali.
Kembali di Pegunungan Andala di Planet Jupiter
Jupiter kkecil saat ini sedang memandangi langit yang penuh bintang bersama ayah nya. Setelah memberikan sebuah cincin bintang kepada Jupiter, ayah nyacpun memberikan sebuah wasiat kepada nya.
"Jupiter, cincin yang kuberikan kepada mu ini jagalah baik-baik ini merupakan salah satu kunci ajaib," Ucap Ayah Jupiter, sambil mengelus kepala jupiter kecil.
"Baik ayah, lihat ayah ada bintang jatuh," Ucap Jupiter kecil, sambil menunjukkan ke arah komet yang jatuh.
"Ha....ha.....ha...." Tawa ayah Jupiter.
"Itu komet nak yang jatuh, kalau bintang yang jatuh planet ini pasti luluh lantak." Ucap Ayah Jupiter, sambil tersenyum kecil.
"Tidak yah itu bintang....bintang." Ucap Jupiter kecil.
"Ha...ha....ha..." Suara tawa ayah Jupiter.
"Ia...ia.... itu bintang, Jupiter." Ucap ayah Jupiter.
"Jupiter jangan bilang-bilang ibumu ya mengenai cincin itu, aku khawatir ia akan mengambilnya untuk dirinya sendiri." Ucap ayah Jupiter.
"Baiklah yah, aku janji tidak akan memberitahu ibu." Ucap Jupiter kecil.
Cincin bintang ini berwarna putih seperti giok dan memberikan kemampuan telekinesis bagi pemakainya, serta masih banyak misteri-misteri lain di dalam nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Yhu Nitha
likee👍👍👍
2020-08-30
1
Zhia
karya yang menarik 🍎ilike👍
mampir kuy di karya saya tinggalkan komen dan like plus vote kalian 🍰 akan feedback😍
2020-08-29
1
Rozh
Malam Thor💖
semangat terus ya nulisnya 💪 semoga ide-ide nya selalu dapat🤗
Mampir juga ya di novelku "Suami Dadakan" makasih💖
Salam dari kisah danau hijau buatan kakek
2020-08-29
1