Lima cowok itu baru saja datang dan memarkirkan motornya di halaman parkir sekolah dan itu sudah jadi tontonan wajib setiap harinya bagi setiap cewek di sekolah itu.
"Apa mereka sekeren itu sampai-sampai ditatap cewek-cewek kayak begitu?" tanya salah satu anggota Adrian yang bernama Romy.
"Mereka harus diberi pelajaran kayaknya," lanjut teman lainnya.
Entah pikiran jahat apa yang sudah ada di kepala mereka dan sepertinya pikiran jahat mereka akan menjadi suatu permasalahan. Sementara di dalam kelas, suasana masih gaduh karena belum hadirnya guru. "Sudah jam segini Bu Mira kok belum datang juga," ucap ketua kelas sambil melihat jam tangannya.
Ibu Mira adalah wali kelas mereka. Wanita yang terbilang masih muda itu ternyata sangat diidolakan anak-anak walinya karena sikapnya yang gaul dan berjiwa muda. Dan kebetulan, pagi ini adalah jam mengajajarnya di kelas mereka.
Tak lama kemudian, Bu Mira muncul, tapi tidak sendiri. Bu Mira bersama seorang gadis yang sepertinya adalah murid baru.
"Selamat pagi, Bu," sapa murid-murid sambil berdiri.
"Pagi," jawab Bu Mira.
"Maaf, karena Ibu datang agak terlambat. Hari ini, ada murid baru di kelas kita, jadi kita langsung mulai saja. Silahkan, kamu memperkenalkan diri," ucap Bu Mira pada murid baru itu.
Gadis itu kemudian berdiri di depan kelas. Wajahnya cukup cantik dengan senyumnya yang terlihat menawan. "Namaku Meilani Kartika Dewi, panggil saja Lani, salam kenal," ucap gadis itu dengan senyum tipis di sudut bibirnya.
Sontak saja cowok-cowok di dalam kelas bersorak bergembira karena bertambah lagi bidadari di dalam kelas mereka.
Lani, sosok gadis cantik dengan rambut panjang sepunggung yang dibiarkan terurai. Senyumnya yang terlihat manis cukup untuk membuat orang-orang berdecak kagum. Semua mata tertuju pada gadis itu, tak terkecuali Reihan.
"Cantik juga tuh cewek," bisik Raka pada Reihan yang langsung mengalihkan pandangannya ke tempat lain.
"Sudah, jangan ribut. Arman, kamu duduk di belakang biar Lani duduk di tempat kamu," perintah Ibu Mira.
"Baik, Bu," jawab Arman sambil berdiri dan pindah ke kursi belakang.
"Sekarang, kamu boleh duduk."
"Terima kasih, Bu."
Lani kemudian berjalan dan duduk di tempat yang di maksud Bu Mira dan di sebelahnya, duduk seorang gadis yang menyambutnya dengan ramah. "Hai, namaku Iva," ucap gadis itu sambil menyodorkan tangannya untuk bersalaman dan disambut gadis itu dengan senyum.
Sementara itu, cowok-cowok masih memandangi Lani seakan ingin berkenalan dan itu membuat Riana menjadi iri. "Apa-apaan tuh cewek, sok cantik," ucap Riana kesal.
"Memang dia cantik, kok. Wah, sepertinya kamu bakal punya saingan, nih," ucap Imelda yang membuat Riana semakin kesal.
"Sudah!! Sudah!! Kenalannya nanti saja setelah jam pelajaran selesai. Sekarang, kita lanjutkan ke materi selanjutnya," ucap Bu Mira sambil membuka buku pelajaran.
Sementara Reihan, merasa ada yang lain di dalam hatinya. Entah mengapa, sejak melihat Lani berdri di depan kelas, membuat dia penasaran dan ingin menatap gadis itu kembali.
Sejurus, dia mengalihkan pandangannya pada Lani yang sedang serius menulis. Tanpa dia sadari, Riana melihatnya dan membuat wajahnya merah karena menahan cemburu.
"Gadis itu. Kenapa perasaanku jadi tidak tenang begini?" batin Reihan dalam hati sambil mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.
Di saat jam istirahat, Reihan dan teman-temannya sudah bersiap untuk lari di lapangan.
"Ayo, kita keluar. Ada tontonan menarik, ayo," ajak Iva sambil menggandeng tangan Lani menuju ke depan kelas.
Tanpa bertanya, Lani hanya mengikuti dan benar saja, dilihatnya sekumpulan cowok-cowok sedang berlari di lapangan.
"Mereka kenapa? Apa mereka sedang di hukum?" tanya Lani penasaran.
"Bukan, mereka itu anak-anak geng di sekolah kita. Setiap hari selasa dan sabtu, mereka akan lari keliling lapangan setiap jam istirahat," jelas Iva.
"Oh," jawab Lani singkat dan segera saja dia membalikan tubuhnya seolah tak peduli dengan cowok-cowok itu. Sementara Reihan dari lapangan, bisa melihat Lani yang seakan tidak peduli, berbeda dengan gadis lain yang memandangi mereka dengan terpesona.
"Gadis unik, apa dia sepolos itu?" ucap Reihan dalam hati.
"Aku dengar, ada anak baru di kelas kalian, apa benar?" tanya Ian pada Raka sambil berlari.
"Wah, kabar itu ternyata cepat juga."
"Katanya, anak baru itu cantik, ya?"
"Kalau cantik, memangnya kenapa?"
"Kalau begitu, aku akan sering main ke kelas kalian. Siapa tahu saja dia naksir padaku," ucap Ian penuh percaya diri.
"Kalian berdua, kalau masih mau cerita, sana di tengah lapangan sambil push up lima puluh kali." Tiba-tiba Reihan menyela pembicaraan mereka.
Spontan saja mereka terdiam dan tidak berani berbicara. Sementara teman-teman yang lain, hanya bisa tersenyum melihat tingkah mereka.
Setelah selesai berlari, mereka kemudian duduk di kantin sambil menikmati teh botol dingin.
"Apa itu anak baru di kelas kalian?" Tiba-tiba Ian menunjuk pada Lani yang baru datang bersama Iva dan lewat di depan mereka.
"Iya, memangnya kenapa?" tanya Raka.
"Ternyata dari dekat dia sangat manis," puji Ian sambil menatap gadis itu.
"Jaga pandangan kalian, aku tidak mau kalau geng kita dibilang sekumpulan laki-laki mata keranjang." Tiba-tiba Reihan memotong pembicaraan mereka yang akhirnya membuat mereka diam dan mengalihkan pandangan dari kedua gadis itu.
"Tuh, kamu lihat cowok-cowok itu, mereka keren, kan?" bisik Iva ketika lewat di depan kantin.
"Di antara semua cowok di geng itu, yang paling tampan adalah Reihan dan kamu tahu, dia itu sekelas sama kita," ucapnya penuh antusias.
"Sudah ah, masuk yuk," ajak Lani sambil melangkah pergi meninggalkan kantin tanpa memandang sedikitpun ke arah cowok-cowok itu.
Tatapan Lani begitu dingin. Sepertinya, dia tidak terlalu tertarik dengan cerita tentang cowok-cowok tampan itu. Di dalam kelas, dia lebih suka berdiam diri. Kalau tidak diajak bicara oleh Iva, maka dia hanya duduk sambil membaca buku atau sekedar mengutak-atik ponselnya. Kadang, saat jam istirahat dia hanya duduk di dalam kelas sambil mendengarkan lagu melalui headset. Lani begitu pendiam hingga membuat seseorang begitu penasaran padanya.
Dari tempat duduknya, Reihan bisa melihat sosok Lani dengan jelas. Setiap gerak gerik Lani seakan begitu menarik perhatiannya, tapi dia berusaha untuk menutupi sikapnya itu.
"Kenapa kalian datang kemari?" tanya Raka kesal pada tiga sahabatnya yang datang ke kelas mereka saat jam istirahat.
"Memangnya tidak bisa kalau kami datangtee sini? Reihan saja tidak melarang, kok kamu yang sewot," jawab Ian yang membuat Raka semakin kesal.
"Itu ya orangnya. Boleh juga," ucap Rendi sambil melirik ke arah Lani.
"Kalau datang ke sini hanya untuk melihat dia, mending balik ke kelas kalian sana," ucap Raka yang masih terlihat kesal.
"Kalian seperti anak kecil saja. Kalau kalian masih mau berantem, di lapangan sana," ucap Reihan yang membuat mereka terdiam.
Walau mereka seumuran, tapi mereka sangat menghormati Reihan. Di mata mereka, Reihan sangat bijaksana dan Reihan adalah ketua geng, jadi tidak pantas bagi mereka untuk melawan perintahnya.
"Apa boleh kita kenalan dengannya?" tanya Ian penasaran.
"Dia itu gadis pendiam, aku saja belum berkenalan dengannya," jawab Raka.
"Sudah, sudah. Lebih baik kita ke kantin daripada kalian jadi tontonan cewek-cewek di kelas ini," ucap Reihan sambil berdiri dan berjalan keluar kelas.
*****
Bel tanda pulang sekolah berbunyi. Suara gaduh mulai terdengar di setiap kelas, seakan mereka begitu gembira ketika bel itu berbunyi.
Sementara yang lain sibuk menyiapkan tas untuk segera pulang, Lani dan tiga temannya masih ada di dalam kelas karena hari ini adalah jadwal tugas harian mereka. Ketiga orang itu adalah Reihan, Iva dan Raka.
Reihan dan Raka mulai mengangkat kursi dan diatur di atas meja. Sementara Lani dan Iva sudah bersiap dengan sapu di tangannya.
Lani yang sedari pagi menguraikan rambutnya, kini mulai mengikat rambut panjangnya. Walau terlihat asal-asalan, tapi leher jenjangnya terlihat begitu menawan dengan sisa rambut yang masih terurai yang membuat dia terlihat begitu mempesona.
Dengan terampil, kedua gadis itu mulai menyapu. Sementara Reihan dan Raka masih menunggu di luar.
"Masih lama, ya?" Tiba-tiba Ian datang dan berdiri di samping mereka. Tak hanya Ian, tapi Rendi dan juga Rifal ada di belakangnya.
"Sebentar lagi selesai, mereka masih menyapu di dalam," jawab Raka dengan santai.
Ian kemudian berjalan mendekati jendela dan mengintip ke dalam kelas. Sontak saja, dia bagaikan terhipnotis dan tidak berpindah dari tempat itu hingga membuat teman-temannya penasaran.
"Lihat apa, sih?" tanya Rifal mencoba mendekat dan reaksinya pun sama.
Sepertinya, mereka terpesona dengan Lani yang begitu manis dengan rambut yang diikat asal-asalan itu.
"Sudah puas lihatnya?" tanya Reihan yang sudah berdiri di belakang mereka.
Mendengar teguran Reihan, mereka kemudian menjauh dari jendela. Sementara kedua gadis itu sudah hampir menyelesaikan tugasnya. Setelah menyapu sampai di depan pintu, Raka kemudian mengambil tempat sampah dan membantu mereka mengangkat sampah-sampah itu.
Lani yang wajahnya terlihat memerah dengan peluh yang muncul di dahinya, membuat dia terlihat cantik. Cowok-cowok yang tadi bersemangat kini menjadi patung tak bernyawa di depannya. Mereka seakan terhipnotis dengan aura kecantikannya.
"Terima kasih, ya," ucap Iva setelah semua pekerjaan selesai.
Tanpa kata, Lani hanya tersenyum dan melangkah pergi ke toilet untuk mencuci tangan dan membasuh wajahnya.
"Wah, gadis itu sangat cantik," ucap Ian tak henti memuji. Sementara Reihan, hanya memandang kepergian Lani dengan hati yang berdegup kencang.
"Hari ini, kita seperti putri di antara pangeran-pangeran tampan," ucap Iva seolah tak percaya jika hari ini mereka berdua dikelilingi cowok-cowok yang diidolakan para cewek seantero sekolah.
Lani yang melihat ekspresi temannya itu hanya bisa tersenyum. Dengan lembut, Lani membasuh wajahnya dan merapikan rambutnya.
"Ayo, kita pulang," ajak Lani setelah selesai merapikan rambutnya.
Sementara itu, Reihan dan teman-temannya sedang berjalan menuju halaman parkir sekolah dan betapa terkejutnya mereka saat melihat ban motor mereka sudah kempis karena dicabut pentilnya.
"Sialan!! Perbuatan siapa ini?" tanya Ian dengan emosi.
"Brengsek!! Kalau aku dapat orangnya akan aku tonjok sampai mati!!" lanjutnya dengan wajah yang terlihat kesal.
Mereka melihat sekeliling halaman, tapi tidak ada satu orang pun di sana. Yang ada hanya mereka berlima, Iva dan Lani yang baru saja datang.
"Motor kalian kenapa?" tanya Iva penasaran.
"Sepertinya, ada orang yang sengaja mengempiskan ban motor kami. Kalau aku tahu orangnya akan aku ..."
"Sudahlah. Aku akan telpon orang bengkel langgananku. Masalah ini tidak usah di besar-besarkan," ucap Reihan sambil mengambil ponsel dari dalam sakunya dan menelepon bengkel langganannya itu.
"Kalian berdua sudah mau pulang?" tanya Raka ingin tahu.
"Iya," jawab Iva singkat.
"Ya sudah, kita pulang sama-sama saja. kalian tidak keberatan, kan?"
"Terus motornya?"
"Sebentar lagi orang bengkel akan datang, tunggu sepuluh menit lagi. Bisa, kan?"
"Maaf, aku naik angkot saja. Kalau kamu mau pulang sama mereka, aku tidak apa-apa, aku bisa pulang sendiri," ucap Lani tiba-tiba.
Melihat Lani yang buru-buru pulang membuat Iva akhirnya menolak ajakan mereka. "Lain kali saja, ya. Aku tidak mungkin membiarkan Lani pulang sendirian, kebetulan rumah kami juga searah," ucap Iva menjelaskan.
"Tunggu saja dulu. Tuh, orang bengkelnya sudah datang," tunjuk Ian pada orang bengkel yang baru saja sampai.
Tak sampai sepuluh menit, motor mereka sudah selesai diperbaiki.
"Sudah beres. Kita temani kalian sampai naik angkot, tidak apa-apa, kan?" Iva menganggukkan kepalanya.
Di depan gerbang, mereka menunggu angkot yang lewat. Tak lama kemudian, sebuah angkot berhenti di depan mereka. Kedua gadis itu kemudian naik.
Kelima cowok itu lantas mengikuti angkot yang ditumpangi kedua gadis itu, hingga angkot itu berhenti di depan sebuah gang.
"Jadi, rumah kalian di dalam gang ini?" tanya Raka penasaran.
"Iya. Aku juga baru tahu kalau kita berdua tinggal di kompleks yang sama," ucap Iva sambil memandangi Lani.
"Kalian berdua masuklah, tidak enak kalau dilihat orang," ucap Reihan pada kedua gadis itu.
Iva mengangguk. "Baiklah, kami masuk dulu, terima kasih karena sudah menemani kami," ucap Iva. Kedua gadis itu kemudian pergi meninggalkan mereka.
*****
"Aku masih penasaran, siapa yang sudah mengempiskan ban motor kita," ucap Rifal ketika mereka sedang berkumpul di rumah Reihan.
"Aku akan hubungi anak-anak dan kita kumpul di sini. Bagaimana menurut kalian?" tanya Ian.
"Baiklah, tapi kalau mereka tidak bisa datang, jangan dipaksakan," jawab Reihan.
Setelah dihubungi, mereka kemudian datang ke rumah Reihan.
Di samping halaman, ada sebuah gudang kecil. Gudang itu hanya dijadikan tempat barang-barang yang tidak terpakai.
"Baiklah. Karena semua sudah berkumpul, bagaimana kalau kita membersihkan gudang ini dan kita jadikan sebagai base camp kita, apa kalian setuju?" tanya Reihan pada teman-temannya dan disambut tepukan tangan yang riuh.
Setelah hampir dua jam berjibaku dengan barang-barang di gudang itu, akhirnya gudang itu bersih dan rapi.
"Ternyata, gudang ini besar juga."
"Ayo, minum dulu. Kalian pasti haus, ayo, ayo," ucap Riska, Ibunda Reihan dengan ramah sambil membawa beberapa piring kue.
"Terima kasih, Tante," ucap teman-temannya kompak.
Setelah Riska masuk ke dalam rumah, Reihan memulai pertemuan. Reihan kemudian menceritakan tentang masalah tadi siang, saat ban motor mereka dikempiskan dan mereka tidak tahu siapa pelakunya.
"Apa kalian mendengar keluhan teman-teman yang lain tentang Adrian?" tanya Reihan.
"Tidak ada. Selama ini, kami belum mendengar dari teman-teman kalau Adrian bikin ulah lagi," jawab salah satu anggota.
"Apa mungkin Adrian yang mengempiskan ban motor kalian?"
"Kami juga belum tahu, karena tidak ada saksi mata."
"Kalau begitu, kami akan coba cari tahu. Siapa tahu saja ada yang melihat pelakunya."
"Baiklah, kita harus tetap waspada. Kalau ada pergerakan dari Adrian, segera laporkan agar kita langsung bertindak," ucap Ian.
Sementara itu, Adrian mulai melakukan serangan secara diam-diam. Dan dialah, sosok dibalik pengempesan ban motor Reihan dan teman-temannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Suzieqaisara Nazarudin
Waaahhh Reihan pinter ya setiap kali temannya ngomong pasal Lani Reihan pasti mengalihkan perhatian temen dr Lani,Reihan takut kna tikung temen sendiri ya🤣🤣🤣🤣🤣
2022-08-17
0
Afifah Fifah
wah, ada cewek baru...lanjut
2020-04-23
4
RARA CANTIK HEHEHE 🌸♥😉
thor pemeran utama ceweknya siapa ya?
2020-04-17
7