Part 3

Reihan terlahir dari keluarga yang terbilang kaya raya. Ayahnya adalah seorang pengusaha yang cukup sukses. Sedangkan ibunya bukan dari kalangan biasa karena kakeknya juga mempunyai perusahaan yang cukup besar dan tanpa harus bekerjapun, hidup ibunya sudah terjamin.

Reihan adalah anak laki-laki satu-satunya karena dia hanya mempunyai seorang kakak perempuan. Karena itu, Reihan sangat disayangi oleh kedua orang tuanya.

Sejak kecil, apapun yang diinginkannya pasti akan dituruti. Dan itu tidak membuat kakaknya menjadi iri. Bahkan, kakaknya sangat menyayanginya. Mereka berdua hanya terpaut tiga tahun dan kini, kakaknya sedang kuliah di luar negeri. Walau begitu, mereka sering teleponan sekadar untuk menanyakan kabar.

"Di sekolah tidak ada masalah, kan?" tanya ibunya ketika mereka sedang sarapan.

"Tidak ada, Ma. Mama tidak perlu khawatir, Reihan di sekolah baik-baik saja," jawabnya mencoba untuk menjelaskan.

"Syukurlah kalau begitu. Kalau kamu mau apa-apa, bilang sama Mama, mengerti?"

"Mengerti, Ma," jawabnya dengan senyum.

Walaupun di sekolah Reihan terlihat dingin, tapi sebenarnya dia sangat hangat apalagi dengan keluarganya. Baginya, keluarga adalah segalanya. Sesibuk apapun dia kalau ibunya meminta bantuannya, pasti dia akan lakukan karena dia sangat menyayangi ibunya. Dan itu juga yang menjadi alasan kenapa dia belum berani untuk mempunyai seorang pacar, karena dia takut jika gadis yang disayanginya kelak tidak bisa diterima oleh ibunya dan dia takut untuk kecewa.

"Apa kamu mau Papa ganti motor kamu dengan keluaran terbaru?" tanya Ayahnya.

"Tidak usah, Pa. Motor Reihan masih bagus, kok."

"Kalau nanti kamu sudah bosan dan mau mengganti motor dengan yang baru, bilang saja sama Papa, nanti Papa akan belikan yang lebih bagus." Reihan hanya mengangguk dengan senyum yang terpancar dari sudut bibirnya.

Itulah kehidupan Reihan yang begitu disayang dan dimanja oleh orang tuanya. Karena itu, dia tidak ingin mengecewakan mereka. Dia berusaha untuk jauh dari masalah agar tidak membuat orang tuanya kecewa. Tak hanya itu, dia juga begitu giat belajar dan semua itu tidak sia-sia.

"Pa, Ma, Reihan berangkat sekolah dulu," ucapnya sambil mencium tangan kedua orang tuanya.

"Iya, Nak. Jangan ngebut dan hati-hati di jalan," ucap ibunya yang dibalas dengan anggukan dan senyuman.

"Hati-hati, Nak," ucap ayahnya tak mau kalah.

"Iya, Pa," jawabnya sambil berjalan ke halaman rumah di mana sudah terparkir sepeda motor yang biasa dipakainya ke sekolah.

Tak berapa lama kemudian, Reihan pun sampai di sekolah dan disambut oleh Raka dan Ian yang juga baru sampai.

Melihat mereka bertiga berjalan bersama-sama bagaikan melihat foto model yang sedang berjalan di atas catwalk. Mereka begitu mempesona sehingga membuat cewek-cewek terhipnotis dan tidak bisa melepas pandangan mereka dari pangeran-pangeran tampan itu. Dan di antara mereka, ada Riana yang masih terpaku dengan kharisma Reihan yang membuat dia tak ingin berkedip. "Hei, lagi lihat apa?" tanya temannya yang baru saja datang dan menepuk bahunya.

"Kamu tuh, bikin kaget orang saja," jawab Riana dengan sedikit kesal.

"Jangan hanya dilihat. Kalau bisa, sana ikuti dan bilang kalau kamu suka sama dia," ucap temannya itu mencoba menasehati.

"Apa aku harus senekat itu? Aku takut kalau dia akan menolakku lagi," jawab Riana dengan wajah agak kecewa.

"Ya, sudah. Kalau begitu, jangan siksa dirimu sendiri. Cobalah buka hati untuk menerima cowok lain. Aku yakin, pasti banyak yang menyukaimu, secara kamu itu kan sangat cantik. Cowok mana coba yang akan menolakmu."

"Tapi aku belum bisa menghilangkan Reihan dari pikiranku. Sepertinya, aku begitu jatuh cinta padanya."

"Terserah kamu, aku hanya menasehati. Kalau memang terasa berat, maka kamu harus berusaha melupakan dia. Ayo, kita pergi nanti kita terlambat masuk ke kelas," ucap temannya itu sambil menarik tangannya dan berlari pelan ke kelas mereka.

Riana masih memikirkan kata-kata temannya itu. Mungkinkah, cinta yang selama ini dia simpan untuk Reihan hanya bisa menguap tanpa balasan? Apakah gadis secantik dia tidak bisa membuat Reihan menyukainya? Pertanyaan-pertanyaan itu seakan bermain di benaknya.

"Hei, lagi melamun apa?"

"Tidak kok, aku tidak melamun apa-apa."

"Jangan terlalu dipikirkan, santai saja. Kalau dia itu jodohmu, biar dia lari kemanapun, tetap kamu akan bersama dia, yakin deh."

Kata-kata temannya itu sedikit bisa membuat hatinya merasa lega dan melupakan pergolakan dalam hatinya.

Sosok sahabat setia Riana yang selalu menasehati dan membantunya adalah Imelda Oktaviani. Gadis manis dengan senyum yang menawan. Dia tak kalah cantik dengan Riana. Mereka berdua bersahabat sejak di kelas sepuluh dan masih berlanjut sampai sekarang. Bahkan, mereka sekarang di kelas yang sama dengan Reihan dan juga Raka.

***

Saat jam istirahat, mereka berlima sudah berkumpul di kantin sambil menikmati bakso yang sudah dipesan. Mereka mulai membicarakan tentang kelompok mereka yang sepertinya ingin merekrut anggota baru.

"Siapa yang bilang kalau kita ingin menambah anggota untuk kelompok kita? Toh, kita berlima bersahabat bukan untuk membuat geng secara umum," ucap Raka sambil mengunyah bulatan daging seperti bola pingpong itu.

"Aku juga tidak tahu siapa yang menyebarkan isu itu, tapi sepertinya Adrian mulai berulah lagi," jawab Ian menjelaskan.

"Berulah bagaimana maksudmu?" tanya Reihan ingin mencari tahu.

"Menurut informasi yang aku dengar katanya Adrian mulai memalak lagi, tapi masih sembunyi-sembunyi, bahkan dia sering kedapatan menggoda cewek-cewek."

"Brengsek tuh si Adrian, rupanya dia belum kapok juga. Bukannya belajar buat kelulusan nanti, malah cari-cari masalah," imbuh Rifal dengan nada kesal.

"Sudahlah, masalah ini biar kita cek dulu kebenarannya. Siapa tahu itu hanya berita bohong," ucap Reihan dengan bijaksana.

Ternyata, Adrian bukan sekali ini saja membuat masalah. Dia sudah beberapa kali diberi peringatan oleh guru karena tingkahnya yang sudah keterlaluan, tapi dia masih saja tidak menggubrisnya.

Dia bahkan sudah mempunyai anak buah yang lumayan banyak, sehingga anak-anak lain juga tidak berani untuk melapor ke guru. Dan akhirnya, mereka hanya bisa mengeluh pada Reihan dan teman-temannya.

"Baiklah, kami akan mencoba untuk mencari tahu apa benar Adrian sudah melewati batas. Kalau memang benar, nanti kita akan putuskan kelanjutannya," jelas Reihan pada anak-anak yang datang mengeluh padanya.

Setelah melalui investigasi, akhirnya mereka menemukan kebenaran yang ternyata berita itu adalah benar bahwa Adrian sudah membentuk sebuah geng.

Geng tandingan yang dibuatnya sudah merekrut dua puluh lima anggota dari kelas dua belas. Karena sikapnya yang semena-mena dulu, maka dari kelas sepuluh dan kelas sebelas tidak ada yang mau masuk ke dalam gengnya dan itu cukup membuat dia marah.

Ternyata, Adrian masih menyimpan dendam pada mereka karena sudah menjatuhkan harga dirinya di depan banyak orang. Karena itulah, dia tidak peduli bagaimanapun caranya dia harus membalas sakit hatinya kepada Reihan dan teman-temannya.

Sementara itu, Reihan dan kawan-kawan masih berdiskusi untuk mencari jalan yang terbaik, apakah mereka juga harus merekrut anggota baru atau mereka berlima harus tetap bertahan.

Karena begitu banyak desakan dari anak-anak tentang perekrutan anggota baru, membuat Reihan dan keempat temannya itu harus memutar otak. Sebenarnya mereka tidak ingin membuat geng seperti yang anak-anak itu inginkan karena murni mereka berlima memang bersahabat.

Terlebih lagi, Adrian mulai berulah yang membuat Reihan terus didesak untuk menambah anggota. Sebenarnya mereka hanya ingin fokus sekolah tanpa harus membuat ulah, tapi Adrian seakan ingin memancing mereka.

"Terus sekarang kita harus bagaimana?" tanya Rifal ketika mereka sedang berkumpul.

"Apa kita juga harus merekrut anggota baru, tapi kita ini kan tidak punya nama geng atau apalah itu. Kita berlima ini kan cuma berteman bukan sekelompok anak-anak geng," jelas Rifal.

"Aku juga sudah jelaskan pada mereka, tapi mereka tidak peduli. Mereka ingin membuat geng, tapi harus di bawah naungan Reihan agar Adrian tidak berani mengganggu mereka lagi," ucap Rendi mencoba menjelaskan.

"Apa mereka menjamin jika sudah jadi anggota geng nanti mereka tidak akan di ganggu lagi?" tanya Raka.

Reihan yang sedari tadi mendengar kata-kata sahabatnya masih terdiam. Tidak tahu apa yang sedang dipikirkannya. Tiba-tiba, dia pun berkata dan mengeluarkan pendapatnya yang sedari tadi dia tahan. "Baik, kalau itu yang mereka mau. Kita akan bertemu dengan mereka dan mendengar langsung apa alasan mereka untuk masuk dalam geng kita. Kalau itu masuk akal, maka kita akan membuat geng baru."

"Kamu yakin dengan hal itu?" tanya Ian penasaran.

"Aku yakin. Kalau memang mereka bersikeras kita akan kabulkan, tapi semua harus ada syaratnya."

"Syarat? Syarat apa?"

"Nanti akan aku beritahu. Raka, kamu segera temui mereka dan katakan pada mereka kalau besok kita akan adakan pertemuan untuk membicarakan pembentukan geng."

"Siap," jawab Raka mantap. Akhirnya, Raka mulai mendatangi mereka.

Di belakang sekolah, sudah banyak anak-anak yang berkumpul. Mereka dari kelas sepuluh dan kelas sebelas. Jumlah mereka cukup banyak hampir lima puluh orang.

"Ternyata yang mau bergabung banyak juga," ucap Ian dengan semangat.

"Tapi tidak gampang jika mereka mau bergabung." Tiba-tiba Reihan berkata dengan wajahnya yang serius dan itu cukup untuk membuat keempat temannya melihatnya dengan heran.

"Oke, karena semua sudah hadir maka kita langsung saja. Jadi, apa kalian memang ingin bergabung bersama kelompok kami?" tanya Ian.

Salah satu dari anak-anak itu mengangkat tangan dan mulai menyatakan pendapatnya. "Maaf, sebelumnya. Kami datang ke sini untuk meminta kepada kalian untuk bisa menerima kami, karena kami tidak bisa melawan seorang diri atas perlakuan Adrian dan komplotannya yang sering mengganggu dan bahkan sudah terlalu sering memalak anak-anak," ucap anak itu menjelaskan.

"Kami ingin bergabung bersama kalian agar mereka juga tahu kalau kami tidak bisa ditindas," lanjutnya.

"Jadi maksud kalian, kalian ingin membuat geng bersama kami agar mereka takut menyentuh kalian, begitu?" Tiba-tiba Reihan mulai berkata dengan penuh kharisma.

"Apa kalian yakin setelah itu mereka tidak akan mengganggu kalian lagi? Apa kalian pikir setelah bergabung bersama kami dan kelak ketika kalian diapa-apakan sama Adrian, lantas kami akan membela kalian?"

Mereka kemudian saling memandang. Suara riuh mulai terdengar dari kumpulan anak-anak itu. "Apa kalian keberatan dan tidak mau menerima kami?" tanya seorang dari mereka.

Mendengar hal itu, Reihan tersenyum. "Apa di antara kalian ada yang mampu untuk berkelahi?" tanya Reihan sambil menatap tajam ke arah mereka. Mereka hanya saling memandang, tidak tahu harus menjawab apa.

"Aku nekat mendirikan sebuah geng, tapi bukan geng asal-asalan. Aku hanya mau menerima orang yang setia kawan yang tidak akan meninggalkan temannya ketika membutuhkan pertolongan. Aku hanya akan menerima orang yang benar-benar bisa membela temannya, bukannya lari dan menghilang. Aku akan menerima jika dia punya skil dalam bertarung, bukan bertarung untuk menunjukkan kalau dia itu hebat, bukan, tapi orang yang benar-benar bisa diandalkan. Bagaimana bisa kalian mau membuat geng sementara kalian tidak bisa membela diri sendiri? Aku tidak butuh orang seperti itu. Kita mendirikan geng ini bukan untuk ajang pamer. Kalau ingin bergabung, harus kuat mental dan fisik. Aku tidak menerima anggota yang hanya numpang untuk mendapatkan perlindungan, tapi harus bisa saling melindungi. Aku tidak peduli dengan status sosial kalian karena setelah bergabung di geng ini, kita semua sama rasa dan bersaudara. Tidak membela sebelum mendengar penjelasan yang akurat agar kita tidak dibilang tembang pilih. Dan yang paling penting, sekolah harus di nomor satukan. Kalau ada yang keberatan, boleh mundur swkarang juga dan kami tidak akan memaksa," jelasnya panjang lebar.

Mendengar penjelasan dan syarat yang diajukan membuat mereka berpikir ulang, karena memang ada di antara mereka yang ingin bergabung hanya untuk mencari tempat perlindungan agar tidak diganggu oleh Adrian.

"Kalian boleh pikirkan dulu, paling lambat dua hari mendatang. Setelah itu, baru perekrutan anggota dibuka dan bagi kalian yang memang tidak ingin bergabung, tidak masalah karena bagaimanapun kami tidak akan membiarkan Adrian dan komplotannya mengganggu kalian," jelas Reihan yang disambut dengan gembira.

Setelah mendengar semua penjelasan dari Reihan dan kawan-kawan, mereka akhirnya pun bubar.

"Wah, boleh juga tuh Reihan. Aku benar-benar salut sama dia," bisik salah seorang siswa pada temannya ketika mereka sudah keluar dari halaman belakang sekolah.

"Benar, juga. Sepertinya aku harus bergabung dengan geng ini," jawab temannya itu.

"Aku juga," balasnya.

Halaman belakang sekolah sudah kosong, yang ada hanya lima sekawan yang masih duduk sambil membicarakan persoalan tadi.

"Benar juga katamu, Rei. Hebat kamu, aku saja tidak memikirkan sampai sejauh itu," ucap Rifal salut.

"Benar, mereka ingin bergabung mungkin karena ingin berlindung dibalik nama kita, jadi sebaiknya kita harus benar-benar seleksi. Kalau punya anggota banyak, tapi tidak punya skil, ya percuma," ucap Ian.

"Ya sudah, kita pergi makan dulu aku sudah lapar," ucap Raka sambil mengusap perutnya.

Mereka kemudian pergi dan meninggalkan halaman belakang sekolah yang sudah kosong.

Terpopuler

Comments

senja

senja

geng taekwondo nya gak ada anggota dr sekolah ini?

2020-05-08

2

nothing but regular human

nothing but regular human

Permisi. Mampir jga ke novelku: and A Long Nightmare, dan, Silence Love. Semangat berkarya😇

2020-04-26

1

Afifah Fifah

Afifah Fifah

wah, sekumpulan cowok ganteng, jd makin penasaran

2020-04-23

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!