Part 4

Mei Yin masih melihat ke arah sosok yang dikenalinya itu. Lelaki yang terlihat gagah dan selalu tersenyum pada wanita cantik yang duduk di sampingnya sambil menggenggam erat tangannya.

"Apa lelaki itu adalah paman yang waktu itu menolongku di desa?" batin Mei Yin sambil memperhatikan lelaki tersebut.

Pandangannya seakan tak bisa berpaling dari lelaki itu. Ingin rasanya dia berlari ke arah lelaki tersebut dan bertanya padanya, kenapa waktu itu dia tidak datang membawanya dari desa hingga hidupnya harus berakhir di rumah bordil?

Lelaki yang gagah itu adalah Jenderal Chang Yi. Walau wajahnya sudah tidak muda lagi, tapi kharismanya masih terpancar dan wajah Jenderal itu masih tersimpan baik di ingatan Mei Yin.

Di saat dia sedang fokus memandangi Jenderal Chang Yi, rupanya diam-diam dia menjadi perhatian Raja dan juga semua undangan yang ada di tempat itu, karena di antara wanita-wanita itu, dialah yang paling mencolok penampilannya karena wajahnya yang tertutup cadar.

"Sepertinya, aku baru melihat gadis itu?" tanya Raja pada Hua Feng yang membuat Mei Yin segera mengalihkan pandangannya ke arah Raja.

"Maaf, Yang Mulia. Gadis itu adalah anak didik hamba. Hamba sengaja membawanya agar dia bisa cepat belajar dan mengetahui situasi di istana," jawab Hua Feng sambil menundukkan setengah badannya.

"Oh, rupanya dia adalah anak didikmu. Apa boleh aku melihat kemampuannya?" tanya Raja penasaran.

"Silakan, Yang Mulia," jawab Hua Feng seakan dia yakin dengan kemampuan anak didiknya itu.

Mei Yin terkejut mendengar jawaban Hua Feng. Walau dia telah menguasai setiap tarian yang diajarkan padanya, tapi ini adalah kali pertama dia menari di depan banyak orang.

"Pergilah. Berikan penampilan terbaikmu, aku percaya padamu," ucap Hua Feng yang membuat dia seakan tidak percaya.

Mei Yin masih menatap Hua Feng dengan ragu-ragu. Hua Feng hanya tersenyum padanya dan menganggukan kepalanya. "Pergilah, kamu pasti bisa menari dengan sangat indah," ucap Hua Feng yang mencoba memberi motivasi untuknya karena dia sangat yakin kalau anak didiknya itu bisa memberikan satu tontonan yang memukau.

Dengan langkah yang masih ragu, Mei Yin mulai memasuki tempat di mana Hua Feng menari tadi. Dengan diiringi suara musik, gadis itupun akhirnya mulai menari.

Dengan gemulai, Mei Yin menari mengikuti irama musik yang perlahan mulai menggema. Liukkan tubuhnya yang mulai menari, menarik perhatian Raja dan juga semua orang yang hadir di tempat itu. Rasa khawatir yang semula menyelimuti hatinya, kini mulai menghilang seiring dengan suara musik dan tubuhnya yang mulai menghayati setiap gerakan tarinya dan membuatnya menjadi tontonan menarik yang membuat orang-orang yang ada di tempat itu tidak berkedip.

Mereka kagum dengan tarian yang dibawakan oleh gadis itu. Hingga akhirnya, tepukan tangan bergemuruh saat dirinya telah menyelesaikan tariannya.

"Malam ini, aku telah disuguhkan dengan tarian yang sangat indah. Hua Feng, sepertinya didikkanmu tidak sia-sia," puji Raja pada wanita itu dan dibalasnya dengan senyum sambil menundukan badannya seraya memberi hormat.

"Terima kasih, Yang Mulia."

Setelah acara hiburan selesai, Mei Yin meminta undur diri untuk beristirahat sejenak. "Hua Feng, apa boleh aku beristirahat sebentar?" tanya Mei Yin yang sudah merasa jenuh berada di tempat itu.

"Baiklah. Kamu boleh beristirahat di kamar yang sudah disediakan, tapi ingat kamu jangan keluar dari kamar itu sebelum aku memanggilmu," jawab Hua Feng.

Mei Yin mengangguk sebagai tanda setuju. Dia kemudian meninggalkan tempat itu dan berjalan menuju ke kamar khusus yang sudah disediakan untuknya. Baru saja dia berjalan melewati beberapa ruangan, tiba-tiba dia terkejut ketika melihat beberapa orang pemuda yang mencoba menghalangi jalannya.

"Jadi, kamu yang tadi menari hingga membuat Yang Mulia memujimu?" tanya salah satu pemuda dengan wajahnya yang terlihat congkak.

"Aku penasaran ingin melihat wajahmu. Apakah wajahmu itu secantik tarianmu tadi?" Seorang pemuda lainnya kemudian berjalan mendekatinya hingga membuat Mei Yin mundur ke belakang.

Dari penampilan pemuda-pemuda itu, bisa dibilang mereka adalah anak-anak dari kalangan bangsawan. Mereka terlihat sangat glamor, tapi sayang sifat mereka sangatlah buruk.

"Kalian mau apa? Pergi dari sini dan jangan menghalangi jalanku!" seru Mei Yin dengan tegas dan mencoba untuk berjalan meninggalkan mereka, tapi langkahnya terhenti karena mereka masih mencoba untuk menghalangi jalannya.

"Kamu pikir kamu siapa? Kamu itu hanya seorang *******!" seru salah seorang dari mereka sambil meludah ke arahnya.

Melihat tingkah pemuda itu membuat Mei Yin menjadi geram. Tanpa berpikir panjang, dia langsung menampar wajahnya.

Tanpa mereka sadari, ada tiga pasang mata yang sedari tadi memperhatikan tingkah mereka.

"Apakah seorang penari itu adalah seorang *******? Aku hanya menari bukan menjual tubuhku," jawab Mei Yin dengan emosi yang membuat pemuda itu hampir saja memukulnya. Melihat gadis itu akan dipulul, membuat ketiga orang yang dari tadi melihat mereka langsung datang mendekat.

"Ada apa ini? Kenapa kalian bertengkar?" tanya seorang dari ketiga orang itu.

Melihat orang yang menegur mereka seketika membuat pemuda-pemuda itu segera menundukkan kepala. "Maaf, Pangeran. Kami hanya ingin memberi pelajaran pada gadis ini karena telah berani merayu kami," ucap salah satu pemuda itu berbohong.

"Apa? Aku mencoba merayu kalian? Apa di depannya kalian masih berani untuk berkata bohong?" ucap Mei Yin yang kesal dan tidak peduli dengan ucapannya yang sedikit kasar. Walau di depannya sudah berdiri seorang Pangeran yang seharusnya dia hormati, dia tidak peduli, karena baginya orang kaya semuanya sama saja, suka merendahkan orang lain.

Sang Pangeran yang terlihat masih muda itu menatap ke arah Mei Yin dengan tatapan heran. Baru kali ini, dia melihat seseorang yang bertingkah seberani itu di depannya.

"Aku tahu kalian berbohong. Bukankah, kalian yang telah menghalangi jalan gadis ini?" tanya seorang pemuda yang terlihat datang bersama Pangeran.

Mendengar perkataan pemuda itu membuat mereka menundukkan kepala.

"Seharusnya kalian dihukum karena sudah berani berbohong padaku," ucap Pangeran dengan tegas hingga membuat mereka segera meminta maaf.

"Maaf, Pangeran. Ampuni kami, kami sudah bersalah."

"Kenapa kalian minta maaf padaku? Minta maaflah padanya," ucap Pangeran sambil menatap ke arah Mei Yin.

Mendengar perkataan Pangeraan membuat mereka saling memandang. Selama hidup mereka, tidak sekalipun mereka meminta maaf pada orang yang mereka anggap hina dan rendah. Walau mereka telah berbuat kesalahan, tapi bagi mereka, meminta maaf itu adalah perbuatan yang merendahkan dan menjatuhkan martabat mereka.

"Kenapa? Apa kalian ingin aku memanggil pengawal untuk mengurung kalian di dalam penjara, baru kalian mau meminta maaf?" tanya Pangeran yang membuat mereka menjadi ciut.

"Tidak perlu. Aku tidak perlu permintaan maaf dari orang-orang yang suka merendahkan orang lain. Percuma saja hidup kalian bergelimang harta kalau sikap kalian seperti itu. Jangan meremehkan orang lain hanya karena martabat kalian lebih tinggi," ucap Mei Yin sambil menunduk memberi hormat ke arah Pangeran dan dia pun pergi meninggalkan mereka.

"Gadis itu, bukannya berterima kasih, malah dia pergi begitu saja," ucap seorang gadis yang datang bersama Pangeran.

"Lebih baik kalian pergi dari sini sebelum aku berubah pikiran," ucap Pangeran dengan kesal. Pemuda-pemuda itu kemudian pergi meninggalkan Pangeran dan kedua orang itu.

Di dalam hatinya, Sang Pangeran merasa kagum dengan sikap Mei Yin. Baru kali ini, dia bertemu dengan seorang gadis yang seberani itu di depannya.

Sementara itu, Mei Yin masih terlihat kesal dengan tingkah pemuda-pemuda tadi. Awalnya, dia ingin beristirahat di dalam kamar dengan tenang, tapi niatnya itu dia urungkan. Akhirnya, dia lebih memilih untuk duduk di salah satu taman yang ada di depan kamarnya itu.

"Kenapa kamu masih duduk di sini? Apa kamu tidak takut diganggu lagi?" tanya seorang pemuda yang kebetulan lewat dengan seorang gadis yang seumuran dengannya.

"Sudahlah, Kak Liang Yi. Untuk apa berbicara dengan gadis yang tidak tahu berterima kasih itu," ucap gadis itu kesal.

"Jangan seperti itu, Jiao Yi. Kakak paham kalau kamu kesal padanya, tapi setidaknya kamu harus memahami perasaannya," ucap Liang Yi yang terlihat begitu berwibawa hingga membuat adiknya itu menundukkan kepalanya.

"Iya Kak, maaf."

"Aku, Liang Yi. Mewakili teman-temanku tadi ingin meminta maaf. Mungkin ini adalah kunjunganmu yang pertama ke istana dan aku tidak ingin ada kesan yang kurang baik. Karena itu, tolong terimalah permintaan maafku ini," ucap Liang Yi sambil menunduk ke arah Mei Yin hingga membuat adiknya itu semakin kesal.

"Sudahlah. Aku sudah memaafkan mereka dan kamu tidak perlu meminta maaf atas perbuatan mereka," ucap Mei Yin dengan lembut.

Dari balik cadarnya, Mei Yin bisa melihat pemuda di depannya itu. Pemuda itu terlihat tampan dan gagah. Tak hanya itu, setiap tutur katanya menandakan kalau dia telah dididik dengan baik.

Liang Yi telah tumbuh menjadi seorang pemuda yang tampan dan gagah. Di tangan ayahnya, Liang Yi dididik untuk menjadi pemuda yang peduli dengan orang lain. Tak heran jika Liang Yi menjadi peduli dengan gadis itu.

"Aku yang seharusnya minta maaf, karena orang sepertiku memang tidak pantas untuk dihargai," ucap Mei Yin dengan suara yang agak pelan. Dia sadar, statusnya sebagai wanita penghibur membuat orang-orang memandang rendah pada dirinya.

Mei Yin menatap lurus ke arah sebuah kolam yang ada di taman itu. Dia sadar dengan statusnya yang berasal dari golongan bawah bahkan terhina, tapi dia tidak rela jika dia dihina seperti itu karena bagaimanapun juga dia hanya seorang gadis yang dipaksa untuk melacurkan diri.

"Maaf, aku tidak bermaksud seperti itu," ucap Liang Yi menyesal.

Mei Yin kembali menatap pemuda itu. Sejenak, dia bisa melihat ketulusan di matanya. Walaupun Mei Yin menutupi wajahnya dengan cadar, tapi pemuda itu mau berbaik hati untuk membelanya.

"Kak, sudahlah. Ayo kita pergi, ayah dan ibu pasti sudah menunggu kita," ucap Jiao Yi sambil menarik tangan kakaknya dan pergi dari tempat itu.

Mei Yin hanya bisa menatap kepergian pemuda itu. Selama hidupnya, dia baru bertemu dengan tiga pria yang berbuat baik padanya, yaitu kakeknya, Jenderal Chang Yi dan pemuda itu yang tidak lain adalah putra Jenderal Chang Yi, yaitu Liang Yi.

Setelah acara selesai, Hua Feng dan rombongannya sudah bersiap untuk segera pulang. Di depan pintu gerbang istana, Mei Yin berpapasan dengan Liang Yi dan Jenderal Chang Yi. Melihat kedekatan mereka membuatnya merasa heran. Dan kini, dia telah berdiri tepat di depan Jenderal Chang Yi. Tanpa mengurangi rasa hormatnya, Mei Yin kemudian menunduk memberi penghormatan pada lelaki yang pernah membantunya. Walau heran dengan sikap gadis bercadar di depannya, tapi Jenderal Chang Yi membalas sambil tersenyum padanya.

Ingin rasanya Mei Yin membuka penutup wajahnya agar Jenderal itu mengenalinya, tapi rasa takut terbesit di hatinya. Dia takut jika hal itu dilakukannya, akan membuat dirinya mengalami kesulitan dan juga Hua Feng yang bisa saja dihukum atas perbuatannya. Dengan berat hati, Mei Yin hanya bisa memandangi Jenderal Chang Yi yang perlahan mulai meninggalkan pintu gerbang istana.

Terpopuler

Comments

Oi Min

Oi Min

Jendral Cang Yi sdah lupa ma Mei Yin kah??

2021-06-27

0

Triiyyaazz Ajuach

Triiyyaazz Ajuach

knp kebanyakan kaum bangsawan sombong" ya? apa krn kekayaan dan derajatnya

2020-06-29

1

Nayla

Nayla

semangat kak...

2020-05-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!