BITE ME IF YOU CAN
HALLO READER, KETEMU LAGI DI TULISAN AUTHOR YOSHUA, SESUAI JANJI KALI INI OTHOR MAU BERMAIN LAGI MENJELAJAH BERBAGAI DUNIA FANTASI.
TERIMAKASIH SELALU MEMBACA DENGAN SEPENUH HATI, USAHAKAN JANGAN BOOM LIKE UNTUK PARA PENGUNJUNG BARU.
MARI BERIMAJINASI BERSAMA-SAMA.
SATU HAL YANG SAYA PASTIKAN, BAHWA CERITA KEMUNGKINAN BESAR TIDAK AKAN MEMUASKAN IMAJINASI ANDA, KARENA SAYA MENULIS SESUKA SAYA, MENGIKUTI SAMPAI DIMANA IMAJINASI SAYA BISA BEKERJA, ITU SEBABNYA SEBAGIAN BESAR AKAN MELENCENG DARI KAIDAH MITOLOGI YANG PERNAH ADA. SEMOGA ANDA BIJAK MENANGGAPINYA.
🍄SEMOGA SEMUA BERBAHAGIA🍄🌾
🙏🙏🙏🙏🙏
🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🌾
..........🍵
“Larilah! Larilah sekencang mungkin! Selamatkan bayi kita! Jangan menoleh ke belakang, dan jangan berteduh sekalipun hujan lebat disertai angin. Jangan tergoda oleh apapun, pastikan tujuan utamamu adalah kastil Lemi,” pesan George, saat tubuhnya pun hampir musnah oleh sihir kekuatan jahat Kalkon.
“Tidak! Jangan musnah George, bagaimana aku akan melanjutkan hidupku? Bertahanlah, lihatlah bayi kita yang malang. Hiks … hiks ….” Deras air mata Maltha saat melihat tubuh suaminya melebur sedikit demi sedikit.
“Maltha, sadarlah! Anak kita lebih penting dari apapun! Aku sudah mengirimkan pesan pada Lemi, saat ini dia sedang menyiapkan upacara untuk melindungi Raise Lee dari sihir Kalkon. Aku mohon pergilah.”
“Tapi George ….”
“Aku berikan sisa sihir terakhirku, untuk melindungi perjalananmu menuju tempat itu. Lakukan segera sekarang!” George mendorong tubuh sang istri agar menjauhinya saat Kalkon mulai berjalan kembali untuk mengambil bayi mereka.
Maltha tak ingin meninggalkan sang suami, namun ia pun tak ingin membiarkan sang Kalkon mengambil Raise Lee. Dalam bimbangnya, Maltha berlari secepat mungkin menuju ke kastil Lemi, kakak dari George.
“Meskipun tubuhku telah hampir musnah, tapi aku masih bisa menahanmu dengan ini!” George memaksa tubuhnya melompat untuk menerkam Kalkon.
Pergumulan kembali terjadi. George berhasil mengoyak bagian lengan Kalkon dan membakar sebagian kakinya.
Sang Kalkon, mengerang kesakitan, dengan keras di pukulnya tubuh lemah George, lalu dilemparkannya hingga terpelanting jauh.
“Matilah kau!” Suara berat sang Kalkon saat mengayunkan cakaran kuatnya, tepat mengenai ulu hati George.
“Maafkan aku yang tak bisa bertahan, Maltha …,” ucap lirih George dengan sangat lemah lalu tubuhnya menghilang, benar-benar musnah menjadi debu dan hancur terbawa angin.
“Bayi itu milikku! Akan aku kejar dimanapun kalian menyembunyikannya!” seru sang Kalkon mengendus dan melacak jejak Maltha.
“Perjalanan ini tak seberapa jauh, tapi terasa sangat berat. Bertahanlah sedikit lagi, Sayang. Ibu akan melakukan apapun untuk menyelamatkanmu dari makhluk Kalkon,” gumam Maltha sambil terus mendekap bayi mungilnya, berlari, melesat sesekali melompat dari satu atap ke atap lainnya.
“Nah! Kastilnya sudah mulai terlihat.” Maltha semakin mempercepat gerakannya, rasa lega mulai menghinggapi batinnya saat ia mulai bisa melihat ujung corong kastil milik Lemi.
Dari kejauhan matanya memandang, Maltha melihat seorang bayi lain terlelap dalam sebuah gerobak bayi yang entah kenapa seekor anjing membawanya menyeret-nyeretnya di jalanan kota yang lengang malam itu.
“Apa yang terjadi? Bagaimana bayi itu tak terbangun? Sedangkan hujan rintik seperti ini?” gumam Maltha seraya melirik bayinya sendiri yang sedari tadi didekapnya.
Sesaat ia berpikir dan menimbang, mengingat pesan sang suami, namun naluri keibuannya membuatnya melesat lebih cepat, tatkala matanya pun menangkap seorang ibu yang berlari terseok tanpa alas kaki seraya memanggil-manggil putranya.
“Bayiku … kamu dimana … siapapun tolong bantu aku menemukan bayiku!” seru parau perempuan itu di sisi gang sementara si anjing menyeret kereta bayi itu di gang sebelah pertokoan, sehingga si ibu tak melihatnya.
“Apa kamu mencari bayimu? Bayi dalam keranjang rotan, diatas kereta kecil?” tanya Maltha dengan sikap waspada tak melonggarkan pelukannya pada bayinya sendiri.
“Benar sekali, apa kamu melihatnya? Kakiku terluka oleh serangan anjing liar, aku yakin bayiku pasti dibawanya,” Isak si ibu seraya mengelus lututnya yang terlihat dengan luka menganga.
“Tunggu saja di sini, akan aku bantu mengambil bayimu!”
Maltha kembali melesat mengejar si bayi, lalu meraihnya dengan cepat, tanpa ada perlawanan sedikitpun dari kawanan anjing karena kecepatan Maltha saat mengambil bayi itu.
“Dimana rumahmu? Pergilah sebelum para anjing itu menyadari buruan mereka telah kuambil!” ujar Maltha seraya menyerahkan bayi yang masih tertidur itu.
“Terimakasih banyak! Tapi ….” Dengan tatapan mengiba, wanita yang berpakaian lusuh itu menatap ke bawah kaki dan lututnya yang berdarah, seakan ingin menunjukkan bahwa ia tak bisa berjalan lebih cepat untuk menyelamatkan diri.
“Baiklah aku bantu mengantarmu.” Tanpa banyak berpikir Maltha menolong wanita memelas itu beserta bayinya menuju ke tempat yang tunjuknya.
Sebuah rumah kumuh dengan pintu sedikit reyot, seakan timpang dengan penampakan rumah-rumah di sekitarnya.
“Kamu yakin ini rumahmu?” tanya Maltha memastikan.
Si wanita mengangguk dengan senyum tipis di ujung bibirnya, “Terimakasih perbuatanmu menyelamatkan hidupku, masuklah barang sebentar.”
“Ah, tidak perlu, aku buru-buru harus ke suatu tempat.”
Di saat yang sama bayinya Maltha menangis dengan keras.
“Lihatlah bayimu menangis, aku rasa kamu harus duduk sejenak untuk menenangkan atau menyusuinya.”
Tak ada pilihan lain bagi Maltha selain meneduh sebentar untuk menenangkan bayinya karena ia mengingat pesan lain George yang mengatakan bahwa tangis bayi kita bisa terdengar oleh Kalkon, maka siluman jahat itu akan mudah melacak dari suara tangisnya.
Kalkon adalah bangsa vampir jahat yang disihir menjadi siluman berbulu dengan ukuran tubuh raksasa oleh seseorang. Dan untuk menghilangkan sihirnya itu, maka Kalkon harus memangsa keturunan kesebelas dari si pengutuk.
Kalkon hanya bisa tinggal di tanah-tanah rawa yang lembab, ia tidak bisa tahan lama di daratan tanpa tanah, itulah sebabnya ia akan tersiksa karena harus menahan kelaparan karena tak bisa leluasa mencari mangsa dan darah sebagai penghilang rasa lapar dan hausnya.
Ditambah lagi jika siang hari, Kalkon akan terus mengalami kesakitan hanya karena matahari, meskipun tak terpapar langsung, namun kutukan siang hari itu terus membuat seluruh tubuhnya merasa terbakar.
Itulah sebabnya Kalkon ini mengejar bayi Maltha dengan tujuan menghilangkan sihir kutukan agar bisa kembali menjadi vampir, karena bayi Maltha adalah keturunan kesebelas dari Lazthan, leluhur George yang mengutuk salah satu vampir kerabatnya menjadi Kalkon karena melakukan kejahatan beberapa abad silam.
Setelah beberapa saat berusaha menenangkan, namun tangis bayi dalam dekapannya itu justru semakin menjadi. Hal itu membuat Maltha semakin khawatir dan takut. Dalam kebingungannya itu, Maltha baru tersadar akan sesuatu.
“Aneh, kenapa aku tidak bisa merasakan wanita ini manusia atau bukan? Bahkan tempat yang reot ini terasa sangat dingin?” pikir Maltha. “Tempat apa ini?”
...****************...
To be continue....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Kenapa ceritanya di ulang🤔
2025-01-02
1
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨
bahagia iktu kalo hepi end. nk ora, gahabia ko ndi/Smug//Smug/
2025-04-21
1
🌞MentariSenja🌞
kyaknya kebalik ini bang,
kalkon akan terus mengalami kesakitan karena hanya matahari.
👉 kalkon akan terus mengalami kesakitan hanya karena matahari.
2025-01-03
1