#02

Terlambat! Maltha tak menyadari ia telah terjebak oleh sihir Kalkon.

Terdengar keras suara Kalkon tertawa parau dan berat, menggema memenuhi pendengaran Maltha. Saat tersadar, ia telah berada di tengah-tengah rawa yang basah dan gelap.

Bau busuk menyeruak mengganggu penciuman disertai kabut tebal yang mengaburkan pandangan. Maltha semakin erat memeluk bayinya yang menangis kencang.

“Cup … cup sayang, jangan takut, Ibu akan melindungimu!” serunya selayaknya naluri seorang ibu.

Semakin keras dan menggema tawa Kalkon selama menyatu dengan gemerisik suara dedaunan yang bergesekan di rawa yang dingin itu.

Maltha semakin waspada saat samar-samar dilihatnya kaki besar penuh luka berdiri terhenti di depannya.

“Kalkon!” pekik Maltha seraya melesat mundur beberapa langkah.

“Serahkan bayi itu! Maka hidupmu akan aku ampuni!” gertak Kalkon dengan suara berat dan mengancam.

“Tidak! Aku pasti bisa mengalahkan mu dengan mudah! Jangan harap kamu bisa mengambilnya dariku!” gertak Maltha seraya menyeringai menunjukkan taring tajamnya.

“Ha … ha … ha ….! Jangan menyia-nyiakan keabadianmu! Serahkan bayimu, jika kutukanku terhapus, aku tidak akan menolak kecantikanmu!”

“Cih! Aku tidak Sudi!”

“Kurang ajar! Aku adalah leluhurmu!”

Kalkon tampak marah, ia mengayunkan lengan besarnya disertai sihir angin yang sangat kuat, membuat Maltha sedikit kewalahan menahannya.

“Pusaran angin ini, hanya dimiliki oleh klan tertua, siapa Kalkon ini sebenarnya? Apakah dia orang berkuasa dimasanya?” pikir Maltha seraya menahan serangan sihir Kalkon.

Angin itu semakin terasa kuat, disertai suhu panas yang semakin meningkat, tanpa henti Kalkon terus mematahkan langkah Maltha yang berusaha mendekatinya untuk menyerang balas.

Bayi Raise Lee dalam dekapan Maltha pun terus menangis dan semakin kencang menangis membuat konsentrasi Maltha semakin pecah.

Di satu titik lemahnya, Maltha terhempas bersama bayinya hingga punggungnya menabrak beberapa pohon hingga menghancurkannya saking kuatnya hempasan dari sihir Kalkon. Maltha terguling di tanah lembab itu masih seraya mendekap Raise Lee yang terus menangis.

Darah segar mengalir di pelipisnya, baju di bagian punggungnya pun telah koyak. Maltha terengah mengatur napas sesaat, sambil berpikir mencari kelemahan Kalkon.

“Selesaikan untuk menyerangnya, biarkan ku bawakan bayimu.” Tiba-tiba perempuan Kumal yang tadinya ia tolong muncul dihadapan Maltha.

“Tidak! Aku rasa kamu bukan manusia! Kamu siapa?!” gertak Maltha semakin erat mendekap Raise Lee, menjauh beberapa langkah.

“Ha … ha … ha …!” Kembali terdengar tawa parau yang keras, dan saat itulah si wanita kumal itu berubah wujud menjadi Kalkon.

“Sial! Bodohnya aku yang mudah tertipu oleh sihirmu!” sesal Maltha namun percuma.

“Diam sayang, ibu akan melindungimu!” Maltha menyobek bagian bawah gaunnya yang panjang lalu menjadikannya sebagai gendongan bayi, dan menggendong Raise Lee dengan erat di punggungnya.

Maltha bersiap dengan sihir disertai seringai kemarahannya. “Akan kuhabisi kau makhluk siluman!”

Maltha melesat dengan cakaran dan sihir rendah yang dimilikinya, dengan gigih ia terus menyerang Kalkon. Kelebihan yang dimiliki Maltha adalah kecepatan bergerak dan ketepatan menyerang titik-titik lemah.

Kalkon pun terluka, darah hitam mengalir di beberapa bagian tubuhnya yang koyak karena sabetan cakar-cakar tajam Maltha. Kalkon tampak sedikit kewalahan mengimbangi gesitnya gerakan Maltha.

Namun, tangan besar Kalkon berhasil meraih tubuh mungil bayi Raise Lee saat Maltha menyerang bagian depan kaki besar makhluk itu.

Sial! pekik Maltha terlempar menjauh dengan kaki kanan sebagai tumpuan, sedangkan kedua tangan ia rentangkan untuk menjaga keseimbangan.

Tak ingin membuang kesempatannya, Kalkon kembali menyerang Maltha dengan satu pukulan keras dengan tangan kirinya, disertai sihir angin panas yang membuat Maltha benar-benar kewalahan.

Maltha terlempar keras, punggungnya terantuk pada batang pohon yang sedikit runcing sehingga tubuhnya tertancap disana. Maltha mengerang kesakitan, berusaha menarik tubuhnya yang tergantung.

“Ha ... ha … ha … sudah cukup! Aku sudah cukup bersabar, ini saatnya aku menyantap bayi penawar sihir ini! Ha … ha … ha!”

Tak ada lagi kesempatan! Kalkon membuka lebar mulut besarnya, lalu memasukkan bayi Raise Lee yang masih menangis ke dalam mulut itu.

Maltha berhasil mengumpulkan lagi energinya, ia berhasil melesat cepat membebaskan diri dari batang itu, dan berusaha mengambil Raise Lee.

Sialnya lengan kiri Kalkon jauh lebih cepat dari gerakan Maltha yang telah terluka parah, tubuh ibu vampir itu kembali terhempas hingga terantuk pada sebuah batu besar. Darah mengalir deras dari punggung, kening, dada bibir dan hampir sekujur tubuh Maltha.

“Kamu gigih juga, sepertinya kamu harus kubuat hancur agar aku bisa menikmati darah bayi vampir penawar sihir ini,” sentak Kalkon seraya menatap lekat pada bayi mungil yang ia jinjing dengan dua jari besarnya.

Sementara Maltha masih berjuang melawan Kalkon, di kastilnya tampak Lemi sibuk mempersiapkan altar dan segala peralatannya untuk membuat upacara penangkalan sihir Kalkon bagi bayi Raise Lee.

Lilin berbagai ukuran telah ia tata rapi di sekeliling altar besar, dimana di tengahnya ia letakkan keranjang bayi. Simbol-simbol aneh telah ia gambar di papan altar juga mengitari keranjang bayi itu.

“Persiapan telah selesai, lilin sudah kunyalakan, tinggal menunggu Maltha datang bersama bayinya,” gumam Lemi seraya membersihkan kedua tangannya dengan menepuk-nepukannya.

“Ah, pedang leluhur! Aku hampir melupakannya!”

Lemi membuka tangan kanannya, lalu dengan satu sihir kecil, ia berhasil memunculkan sebuah pedang pendek di telapak tangan kanannya.

Lemi kembali berjalan mendekati altar, lalu menancapkan pedang beserta sarungnya itu tepat di atas keranjang bayi, di sebuah guci berisi pasir khusus yang telah ia siapkan sebelumnya.

“Nah, sudah sempurna!” ucapnya puas, lalu berjalan menuju ke pintu utama kastil seraya menunggu kedatangan Maltha.

Namun tiba-tiba sesuatu mengacaukan pendengarannya, seakan ada pusaran gelombang yang begitu kuat membuat telinganya berdengung dan kesakitan.

“Lemi! Tolong aku!”

Terdengar samar dari kejauhan suara memekik itu tak asing baginya.

“Maltha! Sesuatu pasti terjadi padanya!” seru Lemi setelah semuanya kembali normal.

Lemi memusatkan konsentrasi, menerawang penglihatan dan pendengarannya, samar dan gelap ia melihat Maltha yang lemah dengan luka menganga di sekujur tubuhnya, lalu kaki besar Kalkon menginjak tubuh lemah itu menciptakan retakan besar di tanah basah.

“Dimana itu! Aku tidak bisa meraba tempatnya dengan tepat!” seru panik Lemi. “Dimana Raise Lee? Bayi itu dimana?”

Lemi menyambar mantel panjangnya, lalu melesat tanpa tujuan yang pasti, ia masih terus berusaha mengendus dimana kita-kira Maltha dan bayi Raise Lee berada.

Pendengaran Lemi kembali terganggu, seakan tersedot kuat oleh tangis bayi mungil Raise Lee yang memanggil jiwanya. Tangis kecil yang semakin lama semakin jauh dan menghilang.

“Tidak-tidak-tidak!!! Jangan lakukan itu Kalkon sialan!!” teriak Lemi seraya melesat melompat hanya mengikuti nalurinya. “Sial! Dimana aku harus mencari? Tubuh mereka tak bisa terdeteksi olehku!”

“Dimana rawa-rawa itu! Bintang timur, tunjukkan aku sesuatu!” seru Lemi tepat di batas keputusasaannya.

...****************...

Tp be continue....

Terpopuler

Comments

🌞MentariSenja🌞

🌞MentariSenja🌞

masih knp huruf besar?

2025-01-03

0

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

Semoga Raise Lee selamat 😣

2025-01-02

0

🌞MentariSenja🌞

🌞MentariSenja🌞

seringainan???

seringaian

2025-01-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!