#03

Lemi masih berusaha mengendus dan merasakan dimana sekiranya gelombang kekuatan Maltha berada, namun rasanya semakin samar dan menghilang.

Dalam keputusasaannya, Lemi meminta petunjuk pada bintang timur. Ada resiko yang harus ditanggungnya di kemudian hari, namun Lemi tak punya pilihan lain.

“Bintang timur! Bantulah aku menemukan Maltha dan bayinya, aku mohon!” seru Lemi tanpa menghentikan pergerakan gesitnya melesat ke sana kemari mencari di semua tempat yang mungkin saja bisa memberinya petunjuk mengenai keberadaan Maltha.

Namun panggilan putus asanya tak ada respon apapun dari alam ataupun zat yang diharapkannya.

“Bagaimana cara memanggil bintang timur yang katanya bisa menjadi jawaban akhir bagi para penjelajah yang tersesat untuk menemukan tujuan akhirnya?” monolog Lemi panik.

Lemi kembali mengingat potongan-potongan pelajaran yang dahulu diberikan oleh para leluhur, guru, juga orang tuanya, hingga akhirnya ia mengingat sesuatu.

Lemi menghentikan langkahnya, ia berdiri tegak di atas pohon itu, lalu menengadah menatap langit gelap malam itu, kedua tangan ia rentangkan, Lemi memfokuskan pikirannya pada satu cahaya malam itu.

Setelah satu hisapan napas panjang, Lemi memejamkan mata, semakin masuk ke dalam konsentrasi untuk memanggil kekuatan keabadiannya.

Kemudian dari kedua telapak tangan Lemi mulai terbentuklah asap putih mengepul, meliuk-liuk dan bergerak berputar seperti lingkaran awan mendung. Lemi semakin berkonsentrasi hingga kedua awan kecil itu bergerak mengitari tubuhnya, semakin besar dan membesar hingga menutupi seluruh tubuh Lemi.

Setelahnya ia merasakan seperti ada cahaya yang sangat terang menyilaukan meskipun saat itu ia dalam kondisi terpejam dan didetik selanjutnya cahaya itu meredup berubah menjadi sangat kecil. Di saat yang bersamaan, bersama gumpalan awan yang semakin membesar itulah, terdengar suara bisikan namun terasa menggema.

“Kamu memanggilku?”

Lemi membuka mata, tepat di depan matanya melayang sebuah cahaya kecil seperti kunang-kunang melayang di antara awan.

Dengan gagap Lemi pun mengutarakan keinginannya, “Bantu aku menemukan istri dari saudaraku, beserta bayinya.”

Pendengarannya kembali kacau, seakan ada kekuatan lain menyedot dan mengacaukannya hingga kepalanya terasa sangat pening. Lemi kembali melihat tubuh mungil bayi Raise Lee melayang di atas mulut Kalkon yang menganga lebar.

“Tidak!!!” seru spontan Lemi seraya memegangi kepala dengan kedua tangannya.

“Aku tahu kekhawatiranmu! Aku bisa menolongmu! Tapi ada konsekuensinya karena kamu telah mengganggu istirahat panjangku!” Kembali terdengar suara seperti gelombang menggema yang sepertinya berasal dari biduk cahaya kecil itu.

“Apapun itu! Bantu aku menyelamatkan kerabatku! Hanya mereka yang tersisa saat ini!”

“Setelah keinginanmu aku berikan, kamu harus memberikan sebagian kemampuan sihirmu, dan untuk mendapatkannya kembali, lakukan perjalanan ke utara, temukan buah persik merah, makanlah dan tidurlah setidaknya lima ratus tahun.”

Lemi sedikit bimbang, mengingat saat itu pasti usianya sudah menjadi ribuan tahun, namun demi menyelamatkan ponakannya, vampir perempuan itu akhirnya pun menyerah pada satu pilihan.

“Baiklah! Akan aku ambil pilihan itu! Tidak ada waktu lagi untuk berpikir!”

Kesepakatan pun membawa Lemi melesat terbawa sihir sang bintang timur, seakan satu hisapan kekuatan tak kasat mata memindahkan tubuh Lemi tepat berada dihadapan Maltha yang tergeletak lemah di tanah dengan lubang yang menganga, tubuhnya setengah hancur karena luka.

“Maltha!” seru Lemi menghambur menuju saudari iparnya itu.

Lemi memangku kepala Maltha perlahan, dengan susah payah Maltha membuka mata dan menjaga kesadarannya, lalu tubuhnya gemetar hebat, dengan pupil mata yang menghilang.

Mulut Maltha terbuka setelahnya, dan sebuah bola kecil seukuran kelereng bersinar berwarna biru keluar dari sana.

“Kakak, ambil ini dan berikan pada putriku, kuserahkan bola keabadianku, tolong selamatkan dia ….” ucap terakhir Maltha menunjuk ke arah Kalkon yang tengah berdiri mempersiapkan ritualnya, hingga akhirnya tubuh Maltha lunglai dan menghilang perlahan berubah menjadi debu dan lenyap terbawa angin.

“Tidak!! Maltha!!” teriak Lemi tak kuasa menahan kecewa dan pilunya seraya meraih-raih butiran debu dari penghancuran tubuh Maltha, berharap masih bisa menyatukannya kembali, namun sia-sia.

Vampir yang telah menyerahkan atau terambil batu cahaya keabadiannya entah karena keinginannya sendiri atau karena dihisap oleh kekuatan lain karena kalah dalam peperangan, maka vampir itu tak akan bisa bertahan lagi, tubuhnya kan langsung hancur menjadi debu.

Lemi meraih bola kekuatan terakhir dari Maltha, menggenggamnya erat lalu berdiri dengan amarah dan tekad kuat melawan Kalkon.

Lemi melesat berusaha menyambar bayi Raise Lee yang diletakkan Kalkon di tengah altar batu, namun Kalkon yang menyadari kehadiran Lemi, mengayunkan lengan besarnya disertai jari dengan cakar tajam dan panjang, hingga membuat Lemi harus bergerak cepat menghindarinya.

“Kurang ajar! Satu lagi pengganggu datang!” Parau dan berat terdengar seruan Kalkon yang beralih fokus menyerang Lemi.

“Kembalikan bayi itu!” tantang Lemi merasa yakin akan bisa mengalahkan Kalkon.

“Ha … ha … ha … ambil saja sendiri jika kamu yakin bisa mengalahkan ku!” balas Kalkon dengan suara kerasnya.

Lemi mengangkat telapak tangan kanannya, membukanya lebar lalu memfokuskan kekuatannya, ia bermaksud memanggil pedang leluhur. Namun sialnya, karena terburu-buru tadi, ia lupa tak mencabutnya dari tanah pengunci.

Pedang leluhur yang telah terlanjur ia tancapkan pada guci yang berisi tanah khusus yang telah dimantrai sebelumnya itu tak akan bisa dipanggil hanya dengan pemanggilan sihir, harus dicabut langsung oleh tangan si pemegang sihir tanah pengunci itu.

Menyadari kebodohannya, Lemi tak punya cara lain, ia hanya bisa menggunakan sisa sihirnya untuk melawan Kalkon karena separuh kekuatannya telah diambil oleh sang bintang timur sesuai perjanjian.

Lemi kembali melesat, seraya melemparkan sihir cahaya ke arah Kalkon, kilatan-kilatan cahaya yang muncul dari kedua telapak Lemi membentuk sabetan pedang, yang beberapa diantaranya berhasil mengenai Kalkon.

Kalkon terjatuh ke dalam lubang tanah yang dibuatnya tadi dimana tubuh Maltha hancur. Lemi tak menyia-nyiakan kesempatan, ia melesat mendekati bayi Raise Lee. Dengan sihirnya ia menyatukan batu keabadian milih Maltha ke dalam tubuh mungil Raise Lee.

Tubuh mungil Raise Lee terangkat ke udara, cahaya biru melingkupi tubuh mungil bayi yang tertidur itu, mungkin sihir Kalkon yang membuat bayi Raise Lee tertidur tenang.

Lemi melesat sedikit mundur, menyipitkan matanya memandang tubuh ponakannya itu, “Apa yang terjadi? Kenapa? Sepertinya ada yang salah! Apa aku keliru?” gumamnya.

Melihat hal itu Kalkon bangkit dan justru tertawa semakin keras, “Ha … ha … ha …!!!” Begitu menggema seakan Kalkon tengah menertawai Lemi.

“Apa yang terjadi?!” bingung Lemi waspada.

“Akhirnya! Akhirnya aku bisa kembali ke wujudku semula! Kekuatan sihirku pun akan menjadi sempurna begitu pula dengan keabadianku! Ha … ha … ha!!” seru puas Kalkon yang perlahan tubuhnya diselimuti oleh awan hitam pekat, bersamaan dengan tubuh Raise Lee yang semakin terangkat ke atas.

...****************...

To be continue....

Terpopuler

Comments

〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨

〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨

ow alah, ini too bintang timur yg dimaksud sama mom TZ waktu itu

2025-04-21

1

🌞MentariSenja🌞

🌞MentariSenja🌞

tangah itu apa???

2025-01-03

1

🌞MentariSenja🌞

🌞MentariSenja🌞

yak????

2025-01-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!