Ariana Untuk Rangga
"Rin.. Arin.."
Sesosok pria bertubuh jangkung berkacamata berteriak memanggil seorang wanita berambut ikal sebahu yang berjalan jauh didepannya.
Wanita tersebut berhenti, kemudian menoleh.
"Kenapa Bim?"
Tanya Arin.
"Nih, ada titipan."
Bimo menyerahkan sepucuk surat berwarna merah muda kepada Arin.
"Surat cinta misterius lagi..?"
Arin menatap dengan jengah.
"Yaudah sih terima aja, untung belum banyak teman-teman yang lihat, surat ini terpampang di mading."
Bimo menyodorkan surat tersebut ke tangan Arin.
Dengan sedikit kesal Arin menerima surat itu, kemudian meremas dan merobeknya hingga lecek.
"Ini ulah siapa coba?"
Tanya Arin dengan geram.
Bimo mengangkat pundaknya sambil menggeleng.
"Coba kamu tanya Irfan deh, dia kan salah satu pengurus mading. Barangkali dia tahu sesuatu."
Saran Bimo.
"Yaudah deh."
Jawab Arin dengan pasrah.
Baru saja Arin dan Bimo akan menaiki tangga menuju ruang kelas mereka, tiba-tiba seorang pria merangkul mereka dari belakang.
"Ciieee Cieee.. Ada yang dapat surat cinta daei pengagum rahasia nih. Ariana Dahlia, aku mengagumimu tanpa syarat.. Aku hanya bisa memandangmu dari kejauhan, mengagumi senyumanmu..."
Pria itu bergaya seolah sedang membaca puisi, lebih tepatnya puisi yang tertulis di surat cinta misterius sebelumnya.
Arin langsung menyumpal mulut pria tersebut dengan surat yang tadi diberikan oleh Bimo.
"Nih makan nih kertas, biar kamu kenyang dan gak bawel."
Ucap Arin dengan nada kesal.
Bimo yang melihat hal tersebut hanya bisa tertawa.
"Sabar Di, hari ini Arin lagi PMS soalnya.."
Ucap Bimo sambil menepuk pundak pria bernama Hadi.
"Kayaknya nih bentar lagi bakal ada yang punya pacar nih Bim.."
Ucap Hadi dengan nada meledek.
"Iya, kayaknya sih gitu Di.. Tapi baguslah, setidaknya salah satu dari kita gak jadi jomblo ngenes.."
Balas Bimo juga dengan sesumbar.
"Ngaco ya kalian..! Udah ah, aku mau masuk kelas. Bye."
Arin menghentakkan kakinya dengan keras di tangga pertanda dirinya sedang sangat kesal.
Bagaimana tidak, ini surat cinta ketiga yang dipajang di mading kampus dan sukses membuat Arin menjadi bulan-bulanan teman satu kampusnya terutama sesama anak Manajemen.
"Surat cinta lagi?"
Tanya Irfan yang ternyata sudah lebih dulu tiba di kelas dan melihat Arin yang tampak kesal.
"Fan, kamu kan pengurus mading. Masak iya sih kamu gak tahu siapa yang nempelin surat itu.."
Ucap Arin dengan nada jengkel.
"Aku kan gak stand by dua puluh empat jam didepan mading nona.."
Jawab Irfan.
"Pokoknya kamu harus cari tahu siapa pelakunya Fan. Sumpah aku udah malu banget sejak kemarin jadi bulan-bulanan teman satu kampus."
Arin memelas.
"Yaudah deh, ntar aku coba cari tahu.. Eh, Bimo sama Hadi mana?"
"Biasalah, masih bahas hal gak penting dibawah."
Jawab Ariana.
Tak lama kemudian kedua orang yang dimaksud muncul sambil tertawa sumringah.
"Nih bocah berdua kayaknya senang banget ya?"
Gumam Arin.
"Hehehee.. Jelas dong. Karena ada kabar bahagia.."
Ucap Bimo.
"Kalo kalian sih ditraktirin cilok juga udah bahagia."
Irfan menyela dengan tatapan mengejek.
"Lebih dari itu.."
Balas Hadi yang juga cengengesan.
"Ada kabar apa sih?"
Tanya Arin yang tampak penasaran.
"Hari ini gak ada kelas, Pak mata empat sakit."
Jawab Bimo dengan sumringah.
"Lah kamu kan juga mata empat bhambhangggg..."
Sela Arin.
"Lagian kualat loh nanti, dosen sakit kalian malah cengengesan."
Sambung Irfan.
"Sebenarnya sih kita kasihan, tapi gimana ya.. sakitnya Pak Rojak ada hikmahnya juga untuk kita.."
Ucap Hadi.
"Betul sekali.."
Dukung Bimo
"Bilang aja kalian belum ngerjain tugas dari pak Rojak."
Sanggah Arin.
Hadi dan Bimo mengangguk bersamaan.
"Mumpung gak ada kelas, kita ngopi aja yuk.."
Ajak Bimo.
"Aku sih yes banget.."
Balas Hadi sambil memberikan jempol.
"Fan, Rin, kalian gimana?"
Tanya Bimo.
"Aku ngikut aja deh."
Jawab Irfan singkat.
"Duh, maaf ya.. Aku gak bisa ikutan. Soalnya hari ini ada janji sama temen-temen komunitas, mau bikin kegiatan di panti asuhan."
Tolak Arin.
"Yaudah, ntar malam deh.."
Ucap Hadi.
"Gak bisa juga.. Aku kan harus on air.."
Lagi-lagi Arin menolak.
"Hem.. Susah emang punya temen yang serba sibuk ye.."
Gerutu Hadi.
"Kalo gitu ntar malam ngopinya di studio kamu aja deh, biar sekalian ikutan on air bahas yang bucin-bucin kemarin itu.."
Usul Bimo.
Arin mengangkat bahu, pertanda pasrah.
"Yaudah deh, aku pergi duluan ya.."
Arin meraih tasnya, kemudian bergegas pergi.
Dia akan menemui teman-teman komunitasnya. Mereka sudah berjanji bertemu di Lapangan Merdeka dan seharusnya dia terlambat, tapi karena hari ini tidak ada kelas dia bisa datang lebih awal dan membantu teman-temannya.
"Selain memberikan bantuan kita juga akan menyemarakkannya dengan beberapa kegiatan untuk menghibur anak-anak di panti seperti yang udah kita rencanakan. Arin, kamu udah ada gambaran kegiatannya kan?"
Tanya mbak Dian.
"Insyaa Allah mbak. Jadi nanti kita akan mengajak anak-anak itu bermain, aku juga udah pilihkan beberapa permainan sederhana yang bisa dimainkan dan bisa membuat orang-orang terhibur."
Jawab Arin dengan mantap.
"Oke, terus gimana dengan sembako dan kebutuhan pokok lainnya? Udah aman kan?"
"Aman mbak, Gilang dan yang lain udah sampai di panti..."
Jawab Indah yang mendapat bagian menjadi penanggung jawab sembako yang akan mereka salurkan.
"Donasi uang tunainya gimana Tiwi?"
"Alhamdulillah.. pagi tadi ada tambahan donasi sebesar sepuluh juta rupiah yang masuk ke rekening kita dari seseorang mbak, jadi jumlah donasi uang tunai yang akan kita salurkan totalnya dua puluh lima juta rupiah."
Jawab Tiwi.
"Alhamdulillah, semoga donasi yang akan kita salurkan bermanfaat untuk anak-anak panti dan menjadi berkah untuk kita semua."
Ucap Mbak Dian.
"Aamiin.."
Jawab Arin, Indah dan Tiwi bersamaan.
"Kalo gitu kita gerak sekarang ya, teman-teman yang lain juga udah pada nunggu di lokasi kan."
Kemudian keempat gadis itu pergi dengan mengendarai sepeda motor mereka.
Setelah tiba di panti asuhan, Arin dan teman-temannya langsung berbaur bersama anak-anak panti asuhan.
Terutama untuk Arin, yang saat itu bertanggung jawab sebagai moderator acara untuk kegiatan mereka.
Anak-anak panti sangat terhibur dengan kegiatan yang mereka lakukan, bahkan Arin tak sungkan mengajak anak-anak itu bermain dan bercanda bersama. Anak-anak itu terlihat sangat dekat dengan Arin, meskipun itu pertama kalinya Arin bertemu dengan mereka.
"Berkat Arin kegiatan kita jadi lebih hidup ya mbak, gak monoton."
Ucap Tiwi sambil memperhatikan kebersamaan Arin dengan anak-anak panti asuhan yang sedang asyik bermain tebak kata.
"Iya, syukurlah. Mbak juga senang melihatnya. Semangat dan keceriaan Arin menular pada kita semua."
Balas mbak Dian sambil tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Regita Regita
bab awal udah menarik,langsung klik favorit💖
2022-09-19
0
Azura One
sudah membuat penasaran siapa pengirim surat cinta, dan kelanjutan hubungan mereka... semangat terus thor 🤗
2021-07-12
0
Lira
Ceritanya menarik kak, udah langsung suka baca bab awal.
Berbagi sedikit ilmu, usahakan kalau kalimat di yang menceritakan tentang tempat dipisah ya kak.
Contoh ; Didepan, diatas, dibawah, dilantai ( penulisan salah )
Yang benar :( Di depan, di atas, di bawah, di lantai )
Semangat selalu, sama-sama belajar mengenal PUEBI hang baik dan benar
2021-07-12
1