"Mbak gak apa-apa mbak? Ada yang luka gak?"
Tanya pria tersebut. Tampaknya dia mencemaskan kondisi Arin.
"Alhamdulillah, aku baik-baik aja kok mas. Makasih banyak ya mas, udah nolongin aku. Kalo gak ada mas tadi gak tahu deh aku bakal gimana. Aku benar-benar gak nyangka bakal mengalami kejadian seperri ini."
Jawab Arin yang masih syok akibat kejadian yang baru saja menimpanya.
Pria itu memperhatikan Arin dengan seksama, seolah sedang mengingat sesuatu.
"Tunggu, sepertinya aku mengenalmu. kamu.. Kamu Arin kan? Ariana Dahlia?"
Tanya pria itu sambil terus memperhatikan wajah Arin.
Arin balas menatap wajah pria itu, dan dia juga merasa pernah mengenalnya tapi entah dimana.
"Iya, aku Arin. Tapi.. Mas tahu darimana nama lengkapku?"
Tanya Arin dengan wajah bingung.
"Kamu lupa ya? Aku Donny, tetangga kamu dulu.."
Jawab pria tersebut
Arin membulatkan mata, kemudian tersenyum sumringah.
"Ya Allah.. Bang Donny ternyata. Pantesan aja, aku juga kayaknya merasa gak asing, kayak pernah lihat tapi dimana.. Habisnya abang udah beda banget sekarang, aku sampe pangling.."
Ucap Arin.
Donny dulunya adalah tetangga Arin saat keluarga mereka masih tinggal di Jakarta. Hampir setiap hari Donny bermain bersama Ardan dan Arin, terlebih lagi karena orangtuanya juga sangat sibuk.
Delapan tahun lalu, Ayah Arin memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya dan memulai usaha bengkel kecil-kecilan. Tentu saja awalnya Ibu Arin tidak menyetujuinya, dan setelah percekcokan yang luar biasa akhirnya mereka memutuskan untuk tinggal terpisah. Ibu Arin tetap tinggal di Jakarta namun dia pindah ke apartemen, sedangkan ayah Arin kembali ke kota Siantar. Sejak itulah komunikasi mereka terputus, dan sejak itu juga semua masalah keluarga Arin bermula.
"Kamu apa kabar Rin?"
Tanya Donny.
"Alhamdulillah, kabar baik bang. Abang sendiri gimana kabarnya? Kok abang bisa ada disini?"
Aein balik bertanya.
"Alhamdulillah, kabar baik juga. Kebetulan, aku bekerja di salah satu sekolah di kota ini. Kakek, nenek sama Ardan apa kabarnya? Udah lama juga gak ketemu ya.."
"Alhamdulillah, kakek sama nenek juga baik bang. Kalo bang Ardan, dia sudah tinggal di Jepang bersama istrinya."
Jawab Arin.
"Ardan sudah menikah?"
Donny tampak terkejut.
"Iya, dengan gadis Jepang."
Jawab Arin dengan pasti.
"Alhamdulillah.. Tapi jauh juga ya sampai ke Jepang. Ngomong-ngomong, kamu mau kemana malam-malam begini?"
Tanya Donny.
"Mau pulang bang.."
Jawab Arin.
"Yaudah, biar aku ikutin kamu dari belakang ya. Besok-besok jangan pergi sendirian lagi, apalagi ini udah malam banget. Bahaya loh.."
Donny mengingatkan.
"Mau gimana lagi bang, aku kan kuliah sambil kerja. Jadi mau gak mau pulang malam itu gak bisa terelakkan."
Jawab Arin sambil cengengesan.
"Oh.. Yaudah, ayo abang antar kamu pulang. Biar sekalian abang juga tahu alamat kamu. Waktu kalian mendadak pindahan dulu kan abang ikut keluarga abang liburan ke Paris. kamu juga gak kasih alamat rumah baru kalian, begitu abang pulang dari Paris tahu-tahu rumah kalian udah kosong dan kata tetangga kalian kembali kesini sama kakek dan nenek."
Arin mengangguk setuju.
"Sebenarnya Ayah yang bawa Arin dan bang Ardan kesini, ke rumah lama kakek dan nenek sebelum ikut tinggal di Jakarta."
Ucap Arin.
-------------
"Gak singgah dulu bang?"
Tawar Arin saat mereka sudah tiba di gerbang rumah Arin.
Donny menatap jam tangannya sesaat, kemudian menggeleng.
"Next time aja ya, lagian kan ini udah malam banget. Kamu juga pasti lelah dan pengen segera istirahat."
Tolak Dony.
"Oke deh, sekali lagi makasih banyak ya bang udah nolongin aku.."
"Sama-sama.. Yaudah, abang balik dulu ya. Besok-besok abang akan sering mampir, kangen juga sama nasi goreng masakan nenek."
Ucap Donny sambil tersenyum.
"Siap bosquee.. Pintu rumah ini selalu terbuka untuk abang."
Jawab Arin dengan gaya menghormat.
Akhirnya Donny meninggalkan rumah Arin setelah berpamitan pada Arin sebelumnya.
Sejak peristiwa malam itu, Arin sering bertemu dengan Donny. Bahkan pria itu rela menjadi supir Ariana setiap malam demi memastikan Ariana tiba dirumah dengan selamat. Selain itu, karena memang sudah sangat mengenal keluarga Arin Donny juga sering bertandang kerumah Arin.
Kakek dan nenek juga sangat senang bisa bertemu lagi dengan Donny, karena Donny juga sudah dianggap cucu oleh kakek dan nenek.
Tak terasa sudah setengah tahun berlalu, Arin dan Donny tampak semakin dekat. Bahkan Donny telah terang-terangan mengungkapkan perasaannya kepada Arin dan Arin membalasnya. Mereka telah berpacaran sejak tiga bulan lalu meski masih sembunyi-sembunyi.
"Rin, lusa abang pulang ke Jakarta. Kamu ikut ya.. Kamu juga pasti merindukan ibumu kan?"
Ucap Donny malam itu, saat mengantarkan Arin pulang setelah mengudara.
Arin berpikir sejenak.
"Arin pikir-pikir dulu ya bang. Lagian kalaupun Arin ikut ke Jakarta, belum tentu Arin bisa ketemu ibu. Abang kan tahu sendiri, ibu Arin super duper sibuk. Nyaris gak pernah ada di rumah, bahkan sering tak pulang."
Jawab Arin dengan tampang lesu.
"Kalaupun kamu gak ketemu ibu kamu, setidaknya kan kamu bisa ketemu calon mama mertua kamu.."
Ucap Donny sesumbar.
"Ih, apaan sih abang. Kita juga baru tiga bulan pacaran kan. Masih terlalu awal untuk bahas kesana."
Ucap Arin sewot.
"Emangnya kamu gak mau nikah sama abang? Kamu gak mau jadi istri abang?"
Donny menatap Arin serius, membuat Arin tertegun.
"Arin.."
Donny menggenggam tangan Arin menyadarkannya.
"Hah? Oh.. Ehm.. Bang, Arin belum siap untuk menikah. Lagian Arin masih muda, baru sembilan belas tahun dan Arin masih kuliah. Masih banyak hal yang ingin Arin capai. Terutama, Arin ingin membahagiakan kakek dan nenek."
Jawab Arin dengan polos.
Tak diduga, Donny justru tertawa terpingkal mendengar jawaban Arin.
"Kenapa ketawa?"
Tanya Arin yang mulai cemberut.
"Astagaa Arin, kamu tuh polos banget ya.."
Ucap Donny sambil mencubit pipi Arin.
"Abang, sakit tau..!"
Protes Arin.
"Yang abang tanya, apa kamu gak mau menikah dan jadi istri abang? Abang gak tanya siap atau tidaknya kamu, karena abang pasti akan menunggu sampai kamu siap untuk menjadi istri abang."
Ucap Donny.
"Ohh.. Ehm.."
Arin tampak salah tingkah, kedua pipinya memerah.
"Kata orang-orang tua dulu, kalau perempuan itu diam sambil tersipu artinya iya.."
Goda Donny sambil mencawel pipi Arin dengan telunjuknya.
"Abangggg...."
Arin hanya bisa menutup wajahnya dengan kedua tangan karena merasa malu, sedangkan Donny terus menggodanya.
"Tapi, abang yakin sih kalaupun seandainya abang ngelamar kamu besok juga keluarga kamu pasti akan menerimanya."
Ucap Donny berseloroh.
"Iya, tapi aku yang nolak."
Balas Arin dengan nada ngambek.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
icha
lnjtttt
2020-10-29
0
Dwi Puspa Rini
lanjut lagi bacanya 🤗🤗🤗
2020-09-25
0