Kami menikmati makanan yang sudah aku masak tadi. Aku duduk di sampingnya. Entah kenapa betah aja duduk dekat-dekat sama dia.
Mungkin karena usia pernikahan kami yang masih baru. Ya gak baru-baru banget sih, karena kami sudah menikah dua bulan lamanya.
Aku memperhatikannya yang sedang lahap memakan soto ayam. Aku menunggu dia berkomentar, hatiku berdebar-debar.
Satu detik, dua detik, tiga detik, sampai hitungan satu menit dia tak kunjung bersuara. Aku kesal dibuatnya, kuletakkan sendok dengan kasar.
Memanyunkan bibirku tanda aku benar-benar sebal padanya. Dia melirikku sekilas, ada seulas senyum yang kutangkap di wajahnya. Dia senang sekali menggodaku. Sepertinya, menggodaku adalah hobby barunya.
"Kenapa?" Tanyanya tanpa dosa.
Aku diam saja. Sebagai tanda kesalku padanya.
"Ya Allah, aku ingin sekali memukulnya."
"Ambilin lagi dong Yang sotonya, bihunnya yang banyak ya," pintanya sembari menyodorkan piringnya.
"Benar-benar deh ya, kelewat polos atau gimana sih?" Jerit batinku.
Aku mendengus sebal. Lalu menuangkan kuah soto dan juga bihun sesuai pesanannya.
"Dia bener-bener gak peka banget deh, puji kek masakan istrinya yang penuh dengan cinta ini. Dia itu memang mahal banget dalam hal memuji. Maka tak salah 'kan jika aku menyebutnya suami 'mahal' pujian?" Rutukku dalam hati.
Dia masih dengan acara makannya. Aku yakin soto buatan aku tuh enak sekali. Terbukti dia dari tadi nambah terus.
"Beb," panggilku. Dia menoleh ke arahku.
"Gimana masakan aku? Enak ngga?" Tanyaku, aku sudah bosan menunggunya memujiku dengan niatnya sendiri.
"Satu, dua, tiga, empat, lima..."
Lama sekali dia menjawab. Aku sudah berhitung sampai lima, mas Irsyad masih belum bersuara.
"Memang kamu mau jawaban apa dariku?" Dia malah balik bertanya. Membuatku semakin kesal saja.
"Ya ya ya terserah anda lah! Emang dasarnya datar, ya datar aja. Memangnya aku berharap kalau mas Irsyad bakalan ngomong apa? Raina, masakanmu enak sekali. Aku jadi semakin mencintaimu. Hah! sangat tidak mungkin! " Rutukku dalam hati.
"Ihh kamu nyebelin!" Kataku merajuk.
Aku melipatkan tangan di dada. Mengembungkan pipi bakpauku. Dia tersenyum melihat tingkahku.
"Kalau tidak enak, aku takkan memakannya. Nih, aku sampai habis tiga piring." Pujinya seraya memperlihatkan piringnya yang sudah kosong.
Aku tersipu malu, mendengar pujiannya.
Eh tapi tunggu dulu, dia bilang kalau tidak enak dia takkan memakannya. Itu artinya apa? Masakanku enak begitu? Kenapa harus berbelit-belit sih, bilang aja masakanku enak sekali, apa susahnya. Huh dasar suami pelit pujian.
"Jadi jawabannya apa Honey? Masakanku enak atau engga?" Kataku lagi sembari memaksakan senyum.
Dia hanya tersenyum tak menjawab. Ih gereget banget deh, lihat dia yang tidak peka begitu!
Dia mengacak rambutku gemas. Sumpah demi apapun, aku selalu meleleh dengan sikapnya yang menggemaskan begitu.
"Apaan sih Yang, rambutku jadi berantakan nih." Kataku dengan gaya imut.
"Cepat habiskan makanannya! Kita jalan-jalan. Kamu pasti bosan 'kan di rumah? Aku tunggu di teras depan, ya?" Ucapnya seraya mencium pipiku.
Aaa! Ingin sekali aku menjerit seperti itu. Tapi aku hanya bisa menjerit dalam hati saja. Dia tahu saja kelemahanku, aku menjadi tersipu dibuatnya.
Rasanya sangat malu jika harus menunjukkan ekspresi selebay itu. Dia selalu saja bisa membuatku jatuh cinta berkali-kali. Suami tampanku, suami 'mahal'ku. Aku mencintaimu selalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
ARSY ALFAZZA
tes.. tes.. tes..
2020-11-02
0
🧭 Wong Deso
lanjut kak
2020-09-03
0