Hamil Dengan Tunangan Orang

Hamil Dengan Tunangan Orang

Malapetaka

"Jangan pernah melakukan perbuatan bodoh yang akan membuatmu menyesal selamanya hanya karena kesal sementara." -unknow-

"Gue butuh minum," ujar Della. Namun sesaat kemudian dia harus menelan ludah kasar saat bertemu pandang dengan tubuh-tubuh yang menari bebas sambil berdempetan diiringan musik upbeat keras yang menerpa gendang telinganya. Keringat, dan parfum bercampur padu dengan aroma minuman keras yang kuat. Merebak memenuhi indra penciumannya, membuat perutnya bergejolak seketika. Kepalanya sudah berputar dia bahkan belum memulai untuk memulai meminum minuman pertamanya dan perasaan ragu tiba-tiba menyerang. Dia takut membuat kesalahan.

Dress merah ketat yang digunakannya kali ini terasa seperti vakum. Menyedot oksigen dari tubuhnya. Membuatnya cepat mengeluarkan keringat, bahkan heels enam inci yang dikenakannya sudah membuatnya sakit punggung. Tetapi dia tetap berusaha menjaga posturnya tetap lurus. Perempuan itu mengerang saat seseorang lewat dan dengan sengaja menampar pantatnya, membuatnya melongo tidak percaya.

Dia tidak menikmati ini sama sekali!

Mungkin, menghabiskan waktu di rumah dengan pacar menjadi pilihan terbaik daripada harus menerima pelecehan seperti yang dialaminya sekarang. Memang benar ini club dan cara berpakaiannya juga yang kelewat sexy memberi kesan 'mengundang' dan pastinya semua orang juga berpikiran sama karena komentar sinis dan pandangan tajam dari pengunjung lain disampingnya yang tampak meremehkannya, tidak ada kesan ramah. Padahal mereka semua juga berpakaian sexy dan tidak jauh beda dengannya. Dia memutuskan untuk menenangkan diri, dengan segera perempuan itu berajak meninggalkan area ramai dan berlari ke arah toilet. Beberapa pria yang dilewatinya menatapnya dengan pandangan yang dipenuhi nafsu, mata mereka memandang lekat tubuhnya secara terang-terangan. Menjijikan.

Sesampainya disana dia menemukan sekumpulan orang tampak berkumpul didepan pintu toilet, karena sudah tidak tahan dengan tatapan dari mereka Hana segera menerobos masuk, menghela nafas lega saat suara bising dari club berkurang, dan amat bersyukur mengetahui tidak ada seorang pun di kamar mandi.

Perempuan itu menatap penampilannya di cermin, rambut ash blue yang biasanya diikat ponytail kini terurai dengan curly dibagian ujungnya. Wajahnya dipoles dengan makeup, alisnya digambar dengan warna gelap yang sangat tidak cocok dengan kulitnya, eyeshadow smokey berhasil menyembunyikan warna abu-abu dimatanya. Makeup diwajahnya pun tampak sangat buruk, tidak sesuai dengannya. Dia bahkan tampak seperti pelacur yang rela menjajakan tubuh demi sepeser rupiah. Di saat semua orang berlomba untuk mempercantik diri Hana malah melakukan hal yang sebaliknya.

Menghela nafas perlahan kembali. Della kemudian melangkah menuju pintu, memutuskan bahwa dia akan pulang, moodnya sudah berantakan dan niat untuk menjadi wanita liar sudah tidak ada.

Langkah kakinya teramat cepat dia ingin segera meninggalkan club namun saat ingin menuruni tangga dia menabrak sosok besar. Dengan cepat Hana melangkah mundur menjaga posisi tubuhnya tidak jatuh dan hendak meminta maaf segera. Namun niatnya urung kala dia berhasil menatap sosok tersebut, pria tampan dengan perawakan tinggi yang membuatnya nampak kerdil, untung saja tangga yang dipijakinya cukup menyamarkan kemungilannya.

Sosok tersebut menjulang dihadapan Hana, mata hitam gelapnya tegas dan tajam. Rambutnya hitam legam dan sedikit di buat bervolume lembut, wajahnya yang menawan dengan rahang tegas bahkan dapat membuat pisau cukur tampak kusam jika disandingkan. Was a hottie man.

"Uhm- oh, ma ... maaf maaf." Della tergagap. Kemudian merutuki diri karena terdengar bodoh dihadapan pria tampan.

Pria itu balas tersenyum tipis, memperlihatkan lesung pipit di pipinya.

"Harusnya gue yang minta maaf," ujarnya. Nadanya lembut meski dengan deep voice.

Della ikutan tersenyum, perempuan itu terlalu grogi sampai tidak tahu harus melakukan apa.

"Can, I buy you a drink?"

Dia berkedip, memastikan jika pendengarannya masih berfungsi dengan baik. Dia tidak percaya jika pria tampan ini mengajaknya untuk minum bersama.

"Jadi?" Pria itu kembali bertanya seraya menaikkan salah satu alisnya.

Tubuh Della tersentak mendengar suaranya. Perempuan itu menggelengkan kepala mencoba mengembalikan akal sehatnya yang sempat tercecer. "Um.. ya. Okay."

Della menyetujui ajakan pria tersebut sembari menyunggingkan senyum kecil. Kesempatan langka yang mungkin tidak akan datang untung kedua kalinya.

Pria itu melangkah mendahuluinya, menuntunnya seraya menarikkan kursi di counter bar untuknya. Tipikal the real cassanova.

"Makasih," ujar Della seraya mendudukan pantatnya dikursi.

"Lo mau minum apa?" suara pria itu amat lembut. Bahkan senyumnya yang tersungging sedari tadi tidak luntur sama sekali.

Ardella cukup ragu menjawab. Dia bukan tipikal manusia yang tidak benar-benar minum, saat menghadiri acara formal yang memang menyediakan champagne kadang dia juga ikut mencicipi. Namun kadang kala perempuan itu lebih memilih untuk meminum jus karena kadar toleransinya terhadap alhokol amat buruk. Jadi jika ditanya tentang minuman tentu saja dia tidak tahu jenis mana yang sebaiknya dia pilih. Tapi untuk sekarang dia tidak ingin terlihat cupu. "Vodka," ujarnya pasti.

Itu adalah minuman pertama yang terlintas dibenaknya karena sahabatnya amat menyukai minuman tersebut. Dan bodohnya Della dia tahu jika kandungan alkohol dalam vodka cukup besar.

"Woah." Pria itu menunjukan ekspresi yang kelewat kaget pada pilihan Della. "Nice choice. Kayanya gue juga harus mesen minuman yang sama, " ucapnya sambil memesan minuman tersebut kepada bartander, dalam hitungan detik minuman mereka sudah disiapkan.

"Makasih," ujarnya sekali lagi. Ragu-ragu dia mengambil gelas tersebut dengan tangan yang bergetar. Merasa diperhatikan Della juga ikut menatap pria itu sejenak dan kembali fokus pada gelasnya. Dia meringis dan memejamkan mata erat saat rasa vodka menyentuh indra perasanya.

Dia meludahkan minuman yang menurutnya sangat aneh tersebut, terkejut karena rasanya tidak sesuai expetasi. Rasa panas menjalar di tenggorokan Della membuat dia mengernyit dan mengedipkan mata beberapa kali.

Pria disampingnya terkekeh. "Bentar lagi lo bakal terbiasa sama rasanya." Dia meyakinkan masih dengan senyum andalannya yang menurut Della memang senjata maut untuk memikat para wanita.

"Gue bakal coba sekali lagi. Tapi kayanya gue cocok sama rasanya," Ucapnya. Entah kenapa dihadapan pria ini dia teramat patuh.

Dia kembali memesan minuman yang sama, dan pria itu terkekeh kembali melihat reaksi Della yang masih tetap sama seperti sebelumnya.

***

Saat merasa Della sudah hampir kehilangan kewarasannya, pria itu mendekat berbisik ditelinga Della seraya menghembuskan nafasnya lembut yang membuat Della bergidik seketika. "Mau keluar dari sini? Hm?"

Della tersenyum mendengar tawaran dari pria asing tersebut. Dia masih cukup sadar dan tahu apa yang akan terjadi selanjutnya jika dirinya mengiyakan ajakan pria itu, sebagian dari dirinya melarang untuk mengiyakan ajakannya.

Della merasa harus tetap waras. Dirinya memiliki pacar jika dia berani having sex dengan orang lain sama saja dia berselingkuh meski beberapa minggu terakhir ini hubungan mereka tidak jelas dan merenggang. Dia sendiri bahkan tidak tahu kapan terakhir kali mereka berhubungan seks.

Tapi ternyata otak dan bibirnya tidak singkron, dengan berani dia malah mengalungkan tangannya dipundak pria asing tersebut yang tentu saja diartikan jika dia setuju pria itu membawanya keluar. Toh tujuannya datang ke sini memang untuk bersenang-senang.

Pria itu berdiri dan memegang tangannya, membawanya keluar dari club. Dalam waktu singkat Della merasa tubuhnya melayang. Dia dibaringkan di atas ranjang empuk yang besar. Kemudian ciuman panas mengalir di tubuhnya. Dia tidak munafik dia amat menikmati ciuman tersebut sampai berani menutup mata untuk bersiap menerima kenikmatan yang lain.

"Lo yakin nggak bakal nyesal?" Pria itu bertanya, meyakinkan sebelum kembali melanjutkan malam panas mereka karena bagaimana pun juga Della sedang tidak dalam kondisi sadar.

"Gue bakal langsung nolak kalo emang nggak mau," suara renyah Della yang sedang berbisik malah memancing fantasi liar pria tersebut. Tanpa ragu pria itu kembali melanjutkan aktivitas yang sebelumnya terhenti, mengecup beberapa titik sensitif Della sambil meninggalkan banyak kissmark. Della mengerang saat pria asing itu bermain-main disekitar lehernya. Dalam beberapa menit, mereka berdua sudah menanggalkan pakaian, ciuman pun semakin intens karena nafsu yang sudah tak terbendung. Malam itu merupakan pembuka kisah baru yang berliku.

Terpopuler

Comments

kalea rizuky

kalea rizuky

cwe cupu sok main ke club abis dah lu

2025-03-27

1

Mom Dee 🥰 IG : devinton_01

Mom Dee 🥰 IG : devinton_01

baru mampir .. awal yg menarik

2025-03-27

1

Novi Mutia

Novi Mutia

awal bagus thor suka critany

2025-03-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!