Abid menatap tajam Della. Memperhatikan penampilan wanita itu dari atas ke bawah. Rambut yang diikat ekor kuda dengan sweater donker, cantik namun tampak biasa saja karena penampilannya tidak modis seperti para wanita yang sering ditemuinya.
Dia merasa kepalanya pening seketika mengingat apa yang barusan didengarnya. Apa tadi? Wanita itu hamil dengannya? Lelucon macam apa yang barusan wanita itu lontarkan. Abid saja tidak pernah bertemu dengannya bagaimana bisa mereka menghabiskan malam bersama sampai membuahkan hasil.
Dengan santai dia menatap wanita itu dari kursinya. "Karena loe nggak ngomong formal jadi gue juga bakal ngomong santai ke loe. Kalau kedatangan loe ke sini cuma buat kasih tahu omong kosong yang nggak berguna, loe benar-benar wasting my time." Dia menggeram ganas.
Sedangkan Della langsung menelan ludah takut. Bukan ini yang dia harapkan. "Yang gue omongin bukan omong kosong. Gue benaran hamil anak loe." Dia berujar tegas.
Abid bergerak mendekat dan berdiri di hadapan Della. "Loe dikirim sama Adam buat ganggu gue, kan?"
"Gue ngak kenal orang yang loe sebut barusan."
"Terus kenapa loe bisa bilang kalau loe hamil padahal kita nggak pernah ketemu sebelumnya." Matanya menatap kejam, jika bisa memijarkan api mungkin Della sudah tergeletak gosong tidak bernyawa.
Wanita itu tersentak. Dia baru ingat jika penampilannya malam itu dan sekarang tampak berbeda jauh. Pantas saja Abid menolak keras pemberitahuan yang dia jelaskan.
"Kita ketemu di club, tiga bulan yang lalu," jelasnya.
Abid masih menatap intens wanita di depannya. Mencoba untuk mencari serpihan-serpihan kejadian tentang pertemuan mereka di club. Tapi masalahnya dia terlalu sering berkunjung dan tidur dengan banyak wanita, dan wanita di depannya kini tidak Abid ingat sama sekali.
Abid mencoba kembali mengingat club yang dia datangi tiga bulan lalu dan dia mengingatnya. Wanita dengan make up mengerikan namun terlihat menggiurkan disaat bersamaan tapi bukan wanita ini. Meski tidak bertukar informasi pribadi tapi wanita itu sudah dipastikan bukan sosok yang menatapnya frustasi karena wanita itu terlihat liar dan profesional.
"Listen! Gue nggak kenal sama loe dan nggak mungkin ngehamilin loe. Mending loe pergi sekarang sebelum gue panggil security," putus Abid. Pria itu benar-benar tidak mengenal wanita ini dan dia tidak ingin ditipu.
Della sendiri memijat kepalanya yang berdegung karena kekeraskepalaan Abid. Memang sih, siapa yang akan percaya jika tiba-tiba ada orang asing yang datang dan mengatakan sedang mengandung anakmu. Sudah dipastikan itu penipu.
"Kita ketemu di tangga keluar dan loe ngajak gue minum bareng. Kita pesan vodka. Gue pake dress hitam sama make up tebal smokey eyes," kali ini Della menjelaskan perlahan. Berharap pria itu ingat. Jika tidak berarti dia memang pria brengsek.
Dahi Abid berkernyit seolah berpikir keras. Matanya melebar seketika. "Itu loe?" Dia menelan ludahnya kasar. "Loe cewek itu?" tanyanya sekali lagi.
Mata Abid memindai Della dari atas ke bawah. Menggeleng pelan tidak percaya. Kemudian terfokus pada bibirnya. Bibir tipis merah mudah yang terasa lembut saat dikecup dan merona ketika dihisap. Sensasi yang tidak pernah Abid lupakan sejak hari itu.
Abid menggelengkan kepala menjernihkan isi kepalanya dari fikiran kotor. Dia harus segera menyeleseikan kesalahpahaman ini. "Kalau loe beneran cewek waktu itu harusnya loe tahu loe nggak bakal hamil. Gue pake pengaman," geramnya.
Della mengangkat sebelah alisnya dengan pandangan tidak percaya. "Loe nggak pake pengaman."
Abid meruntuki kebodohannya. Dia tahu dia tidak menggunakan pengaman malam itu. Dia hanya ingin menguji wanita di hadapannya karena rasanya tidak mungkin mereka dua orang yang sama dengan penampilan berbeda 90 derajat. Sepak terjangnya sebagai cassanova didunia malam tidak pernah mengecewakan. Tapi malam itu dia tidak dapat berpikir jernih karena terlanjur bernafsu dengan wanita yang baru dikenalnya. Dan kini dia kembali harus mempertanggung jawabkan keteledoran yang sama yang sampai menghasilkan seorang anak. Harusnya pengalaman dijadikan pelajaran tapi Abid malah kembali terjatuh di lubang yang sama dengan orang yang berbeda.
"Gue nggak mungkin percaya gitu aja sama kata-kata loe. Harusnya loe dateng ke gue tiga bulan yang lalu, bukan sekarang. Atau jangan-jangan loe mau meras gue?"
"Gue juga ogah sebenarnya dateng ke sini. Gara-gara loe gue dipecat dengan tidak hormat dan dicap pelakor sama semua orang. Gue juga baru tahu kalo gue hamil kemarin dan gue nggak sedang dalam kondisi sanggup buat ngebiayain dia sendiri. Karena gue pengangguran. Jadi, gue butuh bapaknya ini bayi buat bantu ngebiayain sampe gue dapat kerjaan," jelas Della.
Abid mengamati Della intens. Tidak terlihat jika wanita itu ingin menipu karena semua yang diutarakan tadi terdengar meyakinkan. Abid sendiri tahu kabar tentang wanita yang terlibat skandal dengannya menjadi pengangguran dan tidak diterima kerja oleh perusahaan mana pun karena takut citra perusaahaan ikut tercoreng. Tapi, dia tidak ambil pusing karena mereka sama-sama mau dan wanita itu tidak pernah mendatanginya sampai saat ini. Dia tahu tidak seharusnya dia terlibat dengan wanita lain disaat dia sudah memiliki tunangan dan seorang anak. Dengan embel-embel seorang pengusaha muda yang sukses memiliki banyak aset dan property yang tersebar luas di Indonesia sudah dipastikan akan ada banyak wanita yang datang dan mengaku hamil anaknya hanya karena mereka menghabiskan malam bersama. Kejadian ini tidak hanya terjadi satu atau dua kali. Dia tidak mungkin mengecewakan Sindya kembali.
"Jadi. Loe ke sini mau minta uang ke gue. Oke bakal gue kasih sebutin aja berapa nominalnya dengan syarat loe harus pergi jauh dari gue dan gugurin kandungan loe."
Della terdiam sejenak mendengar kalimat Abid. Dia tahu harusnya tidak perlu terkejut saat pria itu memutukan untuk tidak mengenal bayi yang dikandungnya. Mau bagaimana pun Abid itu pembisnis sukses di Indonesia dan pastinya wanita yang mengaku hamil anaknya tidak hanya dia seorang. Tapi mendengar sendiri soal dia yang harus merelakan anak ini nuraninya terusik.
Pria itu memang bersedia memberikan uang tapi tidak secara cuma-cuma. Dia menginginkan kepastian soal anak yang dikandungnya supaya tidak pernah ada dan terlahir. Dengan begitu uang yang menjadi momok menakutkan selama ini akan dia miliki tanpa perlu bekerja keras.
Penolakan Abid sangat menyakitkan. Seharusnya dia tidak perlu bertingkah sampai sejauh ini. Tawar-menawar dengan nyawa anaknya bukan pilihan yang baik.
"Gue nggak butuh uang loe. Salah ternyata gue dateng kesini," desisnya dan beranjak pergi.
"Loe bakalan butuh uang yang gue tawarin nggak usah sok," serunya dengan suara menantang.
Della pergi tanpa menoleh lagi. Baginya, ini penghinaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Mom Dee 🥰 IG : devinton_01
mantap Della .. aku suka pendirianmu
2025-03-27
2
Adinda
ceritanya bagus semangat thor
2025-04-03
1