Semua Sudah Berlalu
🌈🌈🌈🌈🌈🌈
Sore itu Nia sudah rapi diapartemennya, di daerah simpang lima. Rencananya hari ini dia akan berkunjung ke rumah
Paman dan Bibinya, dia sudah janji tiga minggu yang lalu akan menginap di sana.
“Bi, aku malam nanti tidur di rumah Bibi Ros ya. Bibi tolong jaga rumah ya”. Pinta Nia kepada Bi Kartik,
perempuan yang telah 1 tahun ini menjadi asisten rumah tangganya.
“Iya non enggak papah, non pergi di antar Pakdekan?” Tanya Bi Kartik. Pakde adalah suami si Bibi yang sekaligus
bertugas sebagai sopir pribadi Nia.
“Nggak Bi, aku sendiri aja biar pakde nggak susah bolak-balik anter aku”.
Niapun melajukan mobilnya dengan santai, dia menyempatkan diri mampir dulu ke supermarket terdekat untuk membeli oleh-oleh buat keponakan tampannya, yang merupakan anak dari Alika.
Dua tahun lalu, Alika sudah menikah dengan pujaan hatinya dan 2 bulan pernikahan mereka, Alika dinyatakan hamil.
Sekarang ponakan kecilnya itu sedang sibuk belajar berjalan sambil sesekali mengeluarkan kata-kata lucu meniru
bahasa yang didengarnya. Hampir 40 menit kemudian Nia sudah sampai di rumah Paman dan Bibinya. Nia terdiam
sesaat memandangi rumah itu, rumah yang telah melindunginya dari luka masa lalu, yang berisi orang-orang yang sangat disayanginya.
Hampir 2 tahun dia tinggal bersama Paman, Bibi dan Alika di dalam rumah tersebut. Sebenarnya masih ada Tomi,
anak kedua Paman dan Bibi, adiknya Alika. Tapi karena Tomi masih kuliah di salah satu universitas ternama di
Yogyakarta jadi dia menetap di sana. Saat libur lebaran Tomi pasti pulang.
Setiap memasuki rumah, Nia selalu ingat bagaimana semua orang mencoba menghiburnya, Paman, Bibi, Alika
bahkan Tomi pun sesekali meneleponnya untuk memberi semangat padanya. Nia membutuhkan waktu 1 bulan
terpuruk dalam makian Tante Sandara, kata SIAL selalu menghantuinya. Mimpi buruk tentang Edo yang bersimbah
darah dan tatapan membunuh Tante Sandara yang seakan mengatakan pergilah jauh pembawa sial. Menangis dan
mengurung diri, mengasingkan diri dari dunia itu yang dilakukannya.
Hingga suatu hari, Bibi Ros masuk ke kamarnya. Bibi mengelus lembut rambutnya, “Nia, ini sudah sebulan nak.
Butuh waktu berapa lama lagi bagimu untuk secara perlahan tenggelam dalam kesedihanmu. Apa menurutmu adil
semua yang kamu lakukan ini. Ibu dari laki-laki yang kamu cintai membencimu, melemparkan semua tuduhan buruk
padamu dan kamu nak, kamu menelan bulat semua itu. Lantas bagaimana dengan Ayah, Ibu dan Nenekmu?
Bagaimana dengan Bibi, Paman, Alika bahkan Tomi. Apa adil bagi kami melihatmu semakin hari semakin
menghilang dari kami. Kami adalah orang-orang yang sangat mencintaimu. Sekarang kami tidak merasakan
lagi kasih sayangmu, kamu seperti telah pergi dari Bibi, kamu hanya meninggalkan ragamu dan membiarkan jiwamu
jauh dari kami. Kenapa nak? Kenapa seperti ini? Apakah ini yang diinginkan Ayah dan Ibumu? Apakah ini yang
diharapkan Nenek padamu?”
Kata-kata Bibi serasa menampar Nia, serasa tamparan keras yang membuatnya sadar. Sudah terlalu lama dia
tenggelam dalam dukanya, hidup dihantui makian Tante Sandara. Padahal dia telah pergi jauh dari kehidupan
kekasih hatinya, lantas kenapa dia harus mengubur dirinya di dalam dunia sempit? Padahal disekitarnya, orang-orang yang sangat mencintainya berjuang meyakinkan Nia, bahwa dia adalah gadis cantik pembawa berkah bagi keluarga Sujoko. Pembawa keindahan sinar senja yang sempurna bagi Ayah dan Ibunya. Lantas kenapa dia harus menjadi Nia pembawa sial seperti makian Tante Sandara.
Benar kata bibi, sikapnya tidak adil untuk Ayah dan Ibunya, mereka berkorban dan bersusah payah membesarkan
Nia bukan untuk melihat dia terpuruk dalam lukanya. Ya aku harus bangkit. Aku harus membuktikan aku kuat, aku
harus bisa meraih senja indah yang baru untuk hidupku. Ayah, ibu, Nenek maafkan Nia yang sempat membuat kalian
sedih. Nia akan buktikan pada semua, bahwa Nia biasa menjadi sosok manusia berhasil dan bernilai guna. Semua
sudah berlalu dan sekarang harus ada awal baru.
Dan inilah Nia sekarang, seorang peneliti pada lembaga penelitian holtikultura dari sebuah perusahaan yang
bergerak di bidang pengadaan bibit unggul pertanian. Dua bulan setelah dia bekerja, Nia berniat
pindah ke apartemen yang dia beli secara kredit untuk memulai hidup mandirinya.
Keputusan Nia untuk memulai kembali bangkit menata hidupnya benar-benar membuat keluarga sang Bibi bahagia.
Semua mendukung keputusannya, tetapi keinginannya untuk keluar dari rumah Bibi dan memulai hidup mandiri
sempat di tentang sang Bibi. Bibi Ros merasa ragu, bagaimana kalau tiba-tiba Nia kembali ke dalam keadaan terpuruk seperti kemarin, nanti kalau dia nekat bagaimana? Tetapi Nia berusaha meyakinkan Bibinya bahwa dia telah kembali dari dunia yang menyakitkan itu untuk hidup layaknya manusia normal lagi, demi Ayah, Ibu, Nenek, dan keluarga besar Bibi yang sangat menyayanginya.
Akhirnya inilah Nia sekarang, termenung dalam lamunan akan masa lalu. Nia sudah mencoba bagaimana cara
ikhlas atas masa lalunya. Dia ingin berdamai dengan kisah menyakitkan yang pernah ada dalam hidupnya. Dan
kalau di tanya apakah Nia sudah pulih, entahlah. Sepertinya hanya tampilan di luar saja, jauh di dalam hatinya, di
sudut terkecil dari ruang hatinya, masih tersimpan luka, luka perih dari kata sial yang tertinggal. Tetapi Nia selalu
sukses menutupi sudut kecil itu dari pikirannya dan dari semua mata yang melihatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 339 Episodes
Comments
Aisyah
authornya org bklu ya,,😁
2020-05-27
3
Nia Renata Dhani
Thor Bengkulu atau semarang
2020-05-20
1
Vj Nieco Dregd
mantap thor
2020-02-15
2