Tengah malam yang begitu sunyi.
Dafy duduk di bangku kosong bangunan kecil yang biasanya digunakan untuk berjualan oleh warga jika bukit penuh pengunjung.
Sekarang sepi. Beberapa jam yang lalu ia larut dalam keramaian acara anak-anak muda yang saat ini sudah menutup mata mengunci diri di tenda-tenda mereka.
Dafy tidak sendiri. Ia bersama salah satu teman yang sejak berangkat dari rumah selalu ia bawa. Yaitu sebuah buku diantara dua buah buku yang ia masukkan di dalam tas punggungnya. Salah satu dari judul-judul bacaan favorit yang sudah ia baca berulang-ulang kali.
Buku itu berjudul “Labirin Rasa Sabar” karya Lisan & Jemari. Nama pena yang digunakan oleh penulis aslinya.
Terang cahaya langit malam di puncak bukit sudah cukup mengawal mata untuk memulai membaca. Dengan hati yang lapang Dafy mulai bergumam, sekejap langsung hanyut di dalamnya.
426 halaman. Tidak akan butuh waktu lama untuk menamatkan membaca yang kesekian kalinya.
*
Dafy terbangun di dalam tenda.
Perasaannya begitu ceria. Jika bercermin ia akan mendapati wajahnya sekarang ini seperti yang terakhir kali terlihat hampir satu tahun yang lalu.
Kaget saat Dafy melihat jam ternyata sudah pukul 10:00 pagi. Pantas saja dari dalam tenda terlihat di luar sana sangat cerah dan udaranya juga sudah terasa hangat.
Ia ingat benar tadi malam setelah selesai dari acara kelompok pecinta alam ia lanjut membaca buku di warung kosong. Setelah selesai dari sana ia masuk ke dalam tenda untuk tidur.
Dafy keluar dari tenda setelah nyawanya sepenuhnya terkumpul.
“Wow”,
Sudah tidak ada siapa pun di atas sana sekarang. Tinggal Dafy seorang diri.
Orang-orang pecinta alam itu sudah pergi. Tidak ada yang tersisa di sana.
Tenda-tenda mereka sudah menghilang. Tempat bekas bakaran api unggun juga sudah dibersihkan.
Batal sudah niat Dafy yang rencananya mau minta air panas untuk minum kopi. Tadi malam mereka memang telah bilang bahwa pagi-pagi sekali mereka akan siap-siap untuk turun bukit.
Mereka harus mengejar kereta untuk pulang. Rumah mereka jauh.
*
Masih di pagi itu.
Dafy berjalan di atas tanah lapang puncak bukit yang hening tidak ada orang sama sekali.
Dengan membawa segelas kopi panas di genggaman tangan kanannya. Langkah-langkah kakinya yang tidak beraturan dan tidak pula berirama.
Sama seperti isi kepalanya yang sedang menerawang kemana-mana melihat gambar-gambar baru tentang sebuah gagasan. Ide-ide baru mulai bertamu meski belum sepenuhnya jelas.
Tidak berselang lama Dafy berjalan kembali ke tenda.
Ketika tiba di dekat tenda berwarna abu-abu yang disewanya itu, Dafy terperanjat.
Dafy dibuat takjub dengan apa yang dilihatnya di depan tenda tempatnya tidur menginap.
Ada sepasang merpati yang sedang mondar-mandir di sana. Di dekat tempat Dafy membuat api.
Lihatlah, sungguh menggemaskan sekali.
Sepasang merpati itu sedang berjalan sambil mematuk-matuk remahan crackers yang berjatuhan di rumput saat Dafy makan.
Merpati itu memiliki jambul di kepalanya. Matanya merah. Yang satu berwarna putih dan satunya lagi berwarna putih hitam.
Sayangnya Dafy meninggalkan handphone miliknya di dalam tenda. Ia tidak bisa mengabadikan momen yang sedang terjadi di hadapan matanya.
Dafy mendekat ke tenda ketika sepasang merpati itu benar-benar sudah selesai dengan urusan mereka.
Sejoli itu terbang ke angkasa.
Lihatlah kepakan sayap mereka yang jarang-jarang ketika berada di udara. Itu jenis merpati kupu-kupu namanya.
Mungkin mereka burung-burung peliharaan warga. Atau yang sengaja dilepaskan di hutan dekat bukit oleh pengurus setempat.
Andai saja manusia seperti burung merpati.
Sepanjang hidup mereka hanya mencari pasangan satu kali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments