Beberapa hari setelah novel terbarunya diluncurkan.
Hari yang sangat cerah untuk dijalani. Semalam ia baru membuka kabar bahwasanya cetakan pertama sudah ludes terjual.
Pagi ini Dafy berangkat ke tempat jasa ekspedisi pengiriman barang. Ia selalu rutin melakukannya setelah karya terbarunya resmi terbitkan.
Ada nama-nama yang mempunyai tempat tersendiri di hidup Dafy. Ada nama Madin dan beberapa nama-nama yang lain. Tidak banyak.
Dafy akan mengirimkan buku barunya dalam bentuk paket untuk orang-orang itu. Ditambah dengan pemanis selembar kertas kecil yang bertuliskan catatan khusus yang ia tulis dengan tangan.
Setiap alamat sapaannya berbeda-beda. Setiap nama ucapannya berbeda-beda.
Mulai hari ini ada satu alamat yang sangatlah jauh. Yaitu rumah baru Elizabeth bersama keluarganya di luar negeri sana.
Untuk kiriman kepada manusia yang teramat berjasa di dalam karirnya sebagai seorang penulis itu Dafy turut menambahkan dua buah mainan. Yang mana itu adalah hutang janji Dafy kepada anak-anak Elizabeth.
Elizabeth adalah orang professional pertama di bidangnya yang percaya pada kemampuan Dafy dalam urusan tulis-menulis. Dialah editor kesayangan itu.
Mengingat Dafy adalah seorang penulis yang bersikap natural dan bersifat otodidak. Berkat polesan dan bimbingan perempuan itu lah ia bisa menjadi mahir seperti sekarang ini.
Banyak kisah lika-liku yang mereka berdua sudah alami.
*
Setelah selesai urusan di tempat ekspedisi pengiriman barang. Dafy langsung pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah.
Ada yang aneh? Ini pasti bukan sebuah kebetulan.
Ada sebuah mobil berwarna hitam parkir di halaman rumah Dafy.
Dafy masih mengingat mobil itu.
Mobil itu beberapa hari yang lalu sewaktu Dafy pulang dari gerai buku di pusat perbelanjaan selalu membuntutinya.
Kronologinya seperti ini;
Mobil berwarna hitam berjenis sedan itu mengikuti mobil berwarna silver milik Dafy dalam perjalanan pulang. Mobil itu mengikuti mobil Dafy dengan jarak tertentu sampai masuk ke area perumahan.
Mobil itu terus berada di belakang mobil Dafy, mengikuti mobil yang dikendarai Dafy sampai di depan rumahnya. Mobil itu sejenak berhenti lalu pergi.
Bagaimana Dafy bisa hafal dengan mobil itu?
Itu karena plat nomor kendaraan tersebut yang sangat mudah untuk diingat, “6969”.
Sekarang mobil berkaca film yang sangat gelap itu parkir di depan rumah Dafy.
Si pemilik rumah tentu saja penasaran siapa orang yang berada di dalam mobil itu. Ia pun menghampirinya begitu turun dari mobil.
Beberapa kali Dafy mengetuk jendela di samping pengemudi. Tapi sama sekali tidak ada jawaban.
Tidak ingin ambil pusing Dafy pun meninggalkan mobil itu. Ia hanya perlu mengunci pintu rumah dan biarkan CCTV yang mengawasinya.
Paling nanti mobil asing itu juga pergi sendiri. Pikir Dafy.
Mobil itu jelas bukan milik teman atau pun kerabatnya. Ia baru dua kali ini melihatnya.
Sesampainya di dalam rumah Dafy langsung memeriksa monitor CCTV.
Rupanya mobil hitam itu sudah terparkir di halaman depan rumahnya selama hampir satu jam. Semenjak kedatangannya 47:00 menit yang lalu mobil itu hanya diam.
Tidak ada orang yang keluar dari dalam mobil mencurigakan tersebut. Tidak ada juga orang lain yang mendatanginya.
*
“Ting tong ting tong ting tong ting tong ting tong ting tong”,
“Ting tong ting tong ting tong ting tong ting tong ting tong”,
“Ting tong ting tong ting tong ting tong ting tong ting tong”,
Berkali-kali. Berlebihan. Berisik.
Sungguh kurang ajar. Ada yang memainkan bel pintu rumah Dafy.
Masalahnya sekarang posisi Dafy sedang berada di dalam kamar mandi. Ia sedang menikmati enaknya buang air besar.
Sistem pencernaan Dafy sudah bagus karena ia sudah tidak pernah bolos lagi mengonsumsi makanan berserat dan mengurangi yang tidak perlu semacam junk food.
Dafy keluar dari toilet dengan kepala yang tersulut.
Dafy berjalan ke arah pintu depan dengan langkah yang memburu.
Ia benar-benar dibuat kesal dan diujui kesabarannya dengan tingkah laku tamu yang tidak punya sopan santun yang membunyikan bel pintu rumahnya terus menerus.
Seperti apa wujud orang itu?
“Hei jangan main-main”,
Dafy membuka pintu sambil berbicara dengan nada suara yang keras.
“Salahnya sendiri lama bukanya”,
“Minggir”,
Hasilnya percuma. Rupanya orang di balik pintu itu membalas berbicara kepada Dafy dengan nada suara yang lebih tinggi dan melengking.
Orang itu pun masuk ke dalam rumah begitu saja tanpa menunggu dipersilahkan. Tabiat orang itu benar-benar membuat Dafy terpaku.
Seorang perempuan.
“Klara?”,
Dia benar-benar datang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments