Dafy's Home

Pulang ke rumah.

              Dafy sekarang sudah berada di rumah. Kediamannya di sebuah perumahan yang bisa dikategorikan tidak murah.

              Semua fasilitas serba ada dan mudah didapatkan baik di dalam rumah atau pun di lingkungan dekat dengan tempat tinggal tersebut.

              Belum genap 24 jam Dafy pulang dari perjalanan liburannya yang cukup memakan waktu. Ia pergi selama berminggu-minggu.

              Tidak banyak oleh-oleh yang ia bawa pulang dari tempat-tempat yang ia kunjungi selama berpetualang.

              Tapi isi kepalanya sudah penuh dengan bahan-bahan yang segar untuk dituangkan menjadi sebuah cerita yang panjang.

              Hari ini pagi belum sampai memunculkan matahari. Namun sejak bangun tidur, Dafy sudah terdiam hampir mau 2 jam.

              Ia duduk dengan tenang di atas kursi. Di hadapan meja.

              Di atas meja itu ada sebuah laptop yang hidup dan terbuka. Layarnya yang putih dengan cepat terisi oleh kata-kata hitam.

              Tubuh Dafy memang tidak banyak bergerak. Hanya kesepuluh jarinya saja yang tidak bisa berhenti menekan-nekan tombol keybord. Huruf-huruf, spasi, koma, titik dan enter.

              Mata Dafy terus mengikuti kalimat-kalimat yang tersusun di layar laptop.

              Mungkin di luar sana keadaannya masih gelap. Tapi penglihatan Dafy begitu terang.

              Ia melihat hamparan yang begitu luas, langit tak berbatas, beserta banyaknya warna-warna baru yang menggembirakan.

              Inspirasi itu datang,

              Seketika Dafy seakan tidak bisa berhenti untuk tidak menulis.

              Dafy Kurniawan penulis fiksi papan atas telah kembali menemukan sentuhannya. Teramat berbahaya.

              Tidak lama lagi para pembacanya akan dibuat senang hati karena idola mereka akan segera kembali mempublikasikan karyanya.

              Karena Dafy benar-benar telah pulang ke rumah.

              Itu adalah tubuh dan pikirannya.

              Di dalam sebuah latop.

              Di sanalah rumahnya.

              Jangan ada yang berteriak kepadanya untuk pulang atau berharap ia akan pergi.

              Hanya manusia yang tidak tahu diri dan keras kepala yang memintanya.

              Karena di tempat itu lah Dafy sebenar-benarnya tinggal.

              Di sanalah orang-orang akan menemukannya.

              Itulah rumahnya.

*

              Dua bulan kemudian.

              Dafy baru saja menyelesaikan judul baru untuk novelnya. Setelah sekian lama terhambat ia bisa dengan sangat cepat kembali untuk membuat karya baru. Bahkan mungkin terlalu cepat.

              Dinding tebal dan tinggi menjulang bernama Writer’s Block itu kini sepenuhnya telah runtuh.

              Sekarang Dafy telah kembali bisa menulis lagi. Dengan beraneka ragam ide-ide segar yang bersarang di dalam kepalanya.

              Setelah pulang sampai di rumah dari liburannya kemarin Dafy sengaja tidak langsung memberitahu Elizabeth.

              Ia akan menghubunginya sekarang.

              Dafy akan mengejutkan editor kesayangannya itu bukan dengan oleh-oleh dari tempat-tempat yang ia datangi sewaktu liburannya kemarin. Tapi buah tangan untuknya dari Dafy adalah draf pertama novel barunya.

              Seperti biasanya. Seperti tahun-tahun yang lalu. Dafy mengirim email kepada Elizabeth yang berisi “judul baru”nya.

              Dafy mengirimnya di pagi hari supaya ibu dua anak itu bisa segera membukanya dan lekas terkesima.

              Namun apa yang terjadi justru sebaliknya.

              Lebih dari dua jam sudah notice bahwa email tersebut telah berhasil dikirim. Tapi email itu belum kunjung dibuka.

              Apakah mungkin perempuan itu sedang sibuk?

              Dafy akhirnya menghubungi Elizabeth lewat telpon saluran pribadi. Yang sejatinya ia akan melakukannya setelah email darinya dibuka. Bahkan biasanya Elizabeth yang terlebih dahulu akan merespon dan menghubunginya.

              Tapi lagi-lagi Dafy gagal menghubunginya. Bahkan dua nomor dari Elizabeth sudah tidak aktif.

              Akhirnya Dafy pun menghubungi kantor penerbit.

              “Apakah hari ini ibu Elizabeth sudah berangkat?”,

              “Bisakah aku bicara dengannya?”, kata Dafy kepada penerima telpon.

              “Maaf pak Dafy, di tempat kami tidak ada yang bernama ibu Elizabeth”,

              Jawaban macam apa itu? Aneh sekali pikir Dafy.

              Ia tidak salah nomor telpon.

              “Apa kamu yakin? Coba kamu lihat di ruangannya”, kata Dafy.

              “Maaf pak Dafy, di tempat kami tidak ada yang bernama ibu Elizabeth”,

              Jawaban itu kembali diulang.

              Dafy tidak salah nomor telpon. Atau jangan-jangan?

              “Apa kamu karyawan baru?”, tanya Dafy.

              “Benar sekali pak, saya baru satu setengah bulan bekerja di sini”, jawab penerima telpon itu.

              “Ya sudah kalau begitu”,

          “Terimakasih”, Dafy mengakhiri panggilannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!