MISTERI DI BALIK ARWAH
***Angka***
Beberapa orang di dunia ini tidak ada yang bisa memiliki rasa aman seutuhnya. Termasuk aku ya . . .mungkin. Sejak aku belajar dan mendalami ilmu kejiwaan, mendengarkan banyak kisah orang yang mengalami gangguan jiwa, dan ketika aku berhasil menyembuhkan jiwa mereka yang kesakitan, aku justru merasa jiwaku lah yang bermasalah, Aku merasa sakit jiwa.
______
Ade menyapaku dengan lemparan botol susu yang di tujukan padaku. Dan lemparan itu tepat mengenai dahi ku, ini bukan yang pertama, dalam sehari bisa sampai 3 kali Ia melempari ku dengan benda bulat tabung itu.
Istriku Lisa hanya tidak komentar apa apa. Wanita 32 tahun itu hanya asyik dengan ayam cincangnya. Lisa sudah terbiasa dengan lemparan botol Ade, hingga dia tidak merespon ketika Ade melakukan nya padaku.
Jika Ade anakku yang berumur 2 tahun tidak melempar botolnya, berarti dia sudah tidur.
Kuambil botol susu itu dan meletakkannya di atas Kulkas. Pandanganku mengarah seketika ke sebuah lipatan kertas kecil di atas Kulkas itu. Segera kuambil dan ku masukan dalam saku celana. Lisa memperhatikan ku namun tidak bertanya atau pun berkomentar.
Ku lewati Ade yang sedang asyik bermain dengan mainannya, di dalam box bayi. Seharian ini aku nggak mau mengajak dia bermain, karena menurut ku dia bukan bayi lagi. Di saat ia menatapku dan juga memanggilku "Papa ..." Aku pun hanya tersenyum, tanpa mendekati dan aku langsung pergi.
Lisa dan Ade tidak lah seperti kebanyakan Ibu dan anak pada umumnya. Lisa sangatlah dingin pada Ade, entah karena apa dia bersikap seperti itu. Akhirnya aku pun memutuskan untuk mengambil pengasuhan Ade sepenuhnya ku ambil alih. Mungkin Lisa mengidap penyakit, ya itu hanya lah pemikiran ku.
Waktu itu di saat selesai melahirkan anak pertama kami yang tak lain adalah Ade, Lisa kembali bekerja seperti biasa tanpa memiliki rasa tanggung jawab pada Ade. Karena di sisi lain aku juga punya kesibukan pada akhirnya aku mempercayakan pengasuhan Ade kepada Baby sister.
" Pa mau kemana, kau?" tanya Lisa menghentikan langkah ku ketika hendak pergi.
" Pergi sebentar," jawabku.
Aku melangkah dengan cepat menuju klinik yang tempat nya tak jauh dari rumah. Di dekat area taman, bangunan berlantai dua dan menghadap ke barat. Dari jendela kaca di tempat itu, bisa ku lihat matahari terbenam.
Di tempat inilah aku bekerja untuk menghidupi istri dan anak ku. M.Psi. adalah gelar yang ada di belakang nama ku, dan itu ternyata cukup bisa membuat aku meraup keuntungan setiap hari. Dengan status yang ada di belakang namaku itu, aku bisa mewujudkan mimpi dan imajinasi yang ada di setiap sudut otakku.
Hari ini aku libur, tidak ada kegiatan apa pun sebenarnya di sini. Dan ku urungkan niat ku untuk naik ke lantai atas. Kuambil lipatan kertas kecil tadi dari saku celana, di bangku ruang tunggu yang biasa di duduki oleh pasien dan keluarga nya.
Kertas itu sangat lecek dan lengket, mungkin tadi terkena susu atau minuman. Sebuah tulisan kecil ' 0,1,2,3,5,8,13..."
______
Menurut data yang ku dapat, yaitu sekitar 26 juta jiwa penduduk Indonesia mengidap gangguan jiwa. 50 % juta jiwa mengalami depresi. Dan beberapa dari mereka telah datang ke klinik ku. Menceritakan semua keluh kesah yang ada di otak dan jiwa mereka.
Depresi di bagi menjadi dua, 1 karena trauma dan 2 karena depresi khusus. Dan yang datang padaku adalah mereka yang depresi khusus, yaitu di mana mereka depresi karena gangguan yang berasal dari makhluk halus.
Beberapa di antara mereka merasa terasing dari dunia nyata, tapi yang lainnya masih bisa hidup dengan normal meski sebenarnya mereka di kejar oleh ketakutan. Kepala mereka penuh sekali dengan hantu, misteri, dan mereka merasa dikucil kan dalam lingkungan nya.
Dialog, teknik itulah yang kulakukan seperti sekarang ini yang sedang aku lakukan, untuk meringankan beban mental dan gangguan psikologi para pasien. Aku menyuruh mereka membentuk lingkaran dan aku pun ikut dalam lingkaran itu.
Aku minta pasienku untuk berbicara, menceritakan permasalahan hidup yang sedang di hadapi.
Teknik ku ini, adalah sederhana bahwa semua orang yang depresi khusus perlu di dengar, dan kita wajib membantunya dengan cara mendengarkan. Orang yang normal saja selalu ingin berbagi dan bercerita untuk melepaskan semua beban yang ia rasakan, sehingga ratusan kilo beban di pundak pun akan bisa berkurang. Apalagi dengan mereka yang mengidap gangguan jiwa.
Mereka itu sangat butuh tempat untuk mencurahkan isi hati mereka, keresahan, ketidak nyamanan dan juga keinginan keinginan yang selama ini mereka pendam.
Lingkaran ini sementara hanya terdiri dari 3 orang, Aku, Agus( pegawai ku), dan Iwan(pasien). Di setiap sesi Agus ku ikut serta kan. Aku sangat membutuhkannya jika sewaktu-waktu ada masalah ketika terapi sedang berlangsung.
Kami bertiga duduk rapat di ruangan yang memang aku khusus kan untuk terapi. Lampu ruangan yang memang dengan sengaja aku buat redup. Samar, aku melihat sosok bermata merah besar, yang mengarahkan pandangannya ke tempat kami bertiga. Makhluk itu menghembuskan nafas berat, dan terlihat makhluk itu menjulurkan lidah seperti kehausan.
Angka yang kami susun ini membentuk lingkaran ini adalah angka gaib, dengan susunan angka itu akan aku gunakan untuk terapi penyembuhan jiwa. Jiwa yang hidup dengan gangguan makhluk halus.
Pasien pasienku memiliki permasalahan jiwa yang khusus. Beberapa di antara mereka ada yang berteman dengan hantu, beraktivitas bersama roh, dan ada juga yang bersentuhan dengan makhluk halus setiap hari. Melihat keadaan pasien ku saja membuat aku bergidik ngeri. Kebiasaan mereka bertemu dengan makhluk halus membuat mereka terlihat menyeramkan tak jauh beda dengan hantu itu sendirian.
Aku masih memfokuskan pikiran pada lingkaran, ku minta Agus dan Iwan untuk bergandengan tangan dan memejamkan mata mereka, mengatur nafas dan fokus.
" Atur nafas kalian buat setenang mungkin ...! aku akan memimpin kalian. Tarik nafas perlahan, tahan 5 detik, hembuskan ....Tarik nafas perlahan ... tahan, hembuskan. Tarik nafas perlahan, tahan, hembuskan." Ku memimpin dua laki-laki itu. Ku ulangi terus ucapan ku hingga aku yakin mereka siap untuk masuk ke tahap selanjutnya.
Setelah nafas mereka benar-benar teratur ku silahkan mereka membuka mata dan harus dalam kondisi tenang dan pikiran pun fokus.
" Iwan, silahkan kamu ceritakan masalah yang kamu alami dan kamu hadapi selama ini, hingga membuat mu dalam posisi ini," seru ku.
________
***Tanda tanda kematian***
Iwan pun mulai menceritakan.
Apakah kalian tahu apa yang tengah di rasakan orang yang menghadapi maut?? disaat detik detik dalam hidupnya akan segera berakhir. Sakit ... ya itulah yang di rasakan, di saat roh mulai terpisah dari raganya, mungkin akan terasa tubuh yang di kuliti dan juga di sayat sayat dengan pisau yang tajam.
Kematian, adalah sebuah takdir yang tidak bisa di rubah, di mana pun dan bagaimana pun adalah hal yang menyedihkan. Tapi sejauh ini belum ada yang tahu persis, gimana cara proses pencabutan roh itu terjadi.
Hidup dan Mati adalah sebuah misteri. Sayang, misteri itu tidak menarik lagi buat ku. Karena aku pernah mati. Sekali, kemudian kembali lagi dengan sesuatu yang amat berbeda, dan sesuatu itu sangat lah menyiksa. Iwan mulai bercerita.
Pria dengan keturunan China Jawa itu menatap ku dengan mata lebar.
" Kau pernah mengalami mati suri?" tanya ku.
Iwan pun mengangguk, dan mulai melanjutkan kembali ceritanya.
" Aku berada di ruangan. Melihat kedua orang tua ku yang kini tengah tertidur kursi. Tiba tiba saudara ku datang dengan tergesa-gesa, langsung ruang rawat. Seseorang terbaring di sana, sudah beberapa lama ia koma ta sadarkan diri, badannya kurus kering penyakit yang telah menggerogoti tubuhnya sejak 2 tahun ini. Saudara ku menangis, terasa berat melihatnya begitu pilu di samping kasur pasien itu. Secara perlahan aku mendekati saudara ku itu, berharap agar dia merasa sedikit tenang dengan kehadiran ku di sampingnya. Ku belai lengannya, tapi ia terus saja menangis, dan terus menciumi seseorang itu dengan uraian air mata.
Tapi ternyata wajah seseorang yang kaku itu. Bukankah itu wajahku?! Astaga apa aku sudah mati??
Mengapa aku pergi meninggalkan ragaku sendiri??
" Kak .. Kakak ..." tapi Kakak terus menangis, ia tidak mendengar aku memanggilnya.
Kusentuh, kupeluk tubuhnya, ku belai rambutnya. Kakak tidak memberi respon sama sekali. Kenapa bisa seperti ini?
" Sekarang apa yang membuat mu tersiksa?" tanyaku.
"Aku bisa melihat tanda-tanda kematian pada seseorang. Bahkan aku beberapa kali menyaksikan bagaimana proses pemisahan roh dari raga." Jawab Iwan. Dan kemudian dia melanjutkan kembali ceritanya.
Kejadian itu bermula beberapa bulan yang lalu, setelah koma yang panjang dan nyaris merenggut nyawaku. Saat itu aku sedang mengendarai mobil seorang diri. Ketika melihat pengendara motor yang ada di depan ku, penglihatan ku terhalang oleh kabut tipis berwarna abu kebiru\-biruan.
Warna yang sama yang pernah aku lihat ketika aku berada di pegunungan, saat matahari terbenam. Beberapa jam sebelum aku mengalami kecelakaan.
Pada mulanya aku pikir mataku buram karena kecapekan, seharian beraktivitas di depan laptop ku. Aku coba memperhatikan sekeliling ku, tapi tidak ada kabut dan kembali melihat pengendara motor tadi. Kabut tipis itu masih sangat terlihat jelas melingkarinya. Aneh bagiku.
Kemudian setelah lampu merah di depan sana berubah hijau, pengendara motor itu menancap pedal gasnya. Dari arah kiri sebuah mobil pickup melaju dengan kecepatan tinggi, mengejar lampu hijau masih menyala dalam penglihatan sopir pickup itu.
BRAAAAAKK!!!!
Sreeeeeeetttt !!!!
Tabrakan maut itu pun tak bisa di hindarkan. Si pengendara motor tadi terpental sangat jauh. Helm yang ada di kepalanya terlepas dan tubuhnya terserat di atas aspal panas.
Sopir pickup itu langsung meminggirkan kendaraan nya dan terlihat sangat shock. Si pengendara motor itu meregang nyawa di tempat dengan bermandikan darah.
1 Minggu setelah hari itu, aku kembali mengalami hal yang aneh. Pada saat aku sedang sarapan, aku memperhatikan sekujur tubuh dari Bu Asih, pembantu rumah ku, memancarkan cahaya berwarna kelabu. Sangat persis seperti kabut yang kulihat di tubuh pengendara motor waktu itu.
Di saat itu aku tidak perduli, dengan apa yang baru aku lihat. Tapi setelah beberapa jam kemudian, betapa terkejutnya aku ketika mendapat kabar bahwa Bi Asih meninggal dunia, karena terpeleset di kamar mandi, dan akhirnya meninggal.
Shock, itulah yang aku alami dan aku mulai berfikir panjang, tentang dua peristiwa serupa yang terjadi setelah penglihatan aneh itu. Kenapa aku bisa melihat penglihatan yang aneh itu, pada orang yang akan mati?
Bingung, bingung, bingung dan bingung itulah yang aku rasakan. Dan aku tidak berani menceritakan pada siapapun juga. Aku hanya berfikir ini adalah suatu kebetulan dan gak mungkin akan terulang lagi.
Di saat aku belum memahami apa yang terjadi, beberapa hari kemudian aku kembali melihat kabut kelabu itu. Tapi kali ini ada pada salah satu teman ku, Mayang. Waktu itu kami sama sama sedang menunggu Dosen datang. Cahaya / kabut kelabu itu berwarna sedikit lebih cerah, di bandingkan dengan 2 peristiwa sebelumnya. Aku pun tidak tahu apa maksud dari perbedaannya.
Aku ajak dia bicara, ku pandangi dan ku perhatikan wajah Mayang, tapi sama sekali tak kulihat wajah tanda tanda orang sakit, malah ku lihat dia segar bugar. Kami bahkan sempat berencana mengenai Wisuda yang akan datang, tidak da pikiran buruk saat itu.
Beberapa hari kemudian aku masih bertemu dengan Mayang di kampus, tapi anehnya aku masih dapat melihat dengan jelas kabut itu, yang seperti melekat pada tubuh Mayang.
Saat itu aku sangat bersyukur karena pandangan ku salah, menganggap semua itu tidaklah nyata.
Tapi sayang, apa yang aku takutkan pun akhirnya terjadi. Saat wisuda berlangsung, kursi Mayang kosong, hingga acara berakhir pun Mayang ta kunjung datang. Dan saat aku mau pulang, aku mendapat kabar bahwa Mayang kecelakaan saat dalam perjalanan menuju kampus. Mobil yang ia kendarai menabrak jalan pembatas tol hingga menabrak tiang listrik, Mayang pun akhirnya tewas seketika di tempat kejadian.
Aku sangat shock waktu itu, aku sangat terkejut dan terpukul dengan kejadian itu. Kenapa Mayang harus pergi secepat ini?
Dan mengapa aku harus mengalami dan melihat tanda tanda kematian itu? Dan kenapa semua yang terjadi orang yang berada di dekat ku??
Sejak kejadian itu, kepergian Mayang.
Membuat aku tidak berani memandang orang secara langsung, aku tidak ingin jika melihat cahaya / kabut kelabu itu lagi. Aku benar benar takut.
Beberapa hari aku mengurung diri di kamar, aku takut. Semua anggota keluarga ku bingung dengan perubahan yang ada pada ku, mereka menghawatirkan keadaan ku. Mereka melihatku sangat depresi dan lebih banyak diam dan mengurung diri. Ketika mereka ngajak ngobrol dan bertanya, aku pun hanya diam. Bukannya apa aku cuma tidak berani menceritakan yang sebenarnya pada mereka, atau pada siapapun. Aku sungguh takut.
Keluarga sangat mencemaskan keadaan ku yang semakin kacau, akhirnya aku pun drop.
Aku di larikan ke rumah sakit, untuk di berikan perawatan. Tapi bukannya makin sehat, aku semakin depresi, karena di sana aku justru melihat banyak cahaya kelabu itu.
#Terima kasih 🙏🤗 sudah mampir ke cerita ku yang ketiga ini, mohon dukungannya ya dengan like, komen, vote jangan lupa favoritkan ya. . . ditunggu ya. Salam cinta dari
- Garis hidup arin & Mengenal Rasa.🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Ra
hi kak
2020-10-08
1
Sept September
like kak
2020-09-30
1
chonurv
psikiaternya hebat ya. ngerti hal ghaib. psskiater itu mentalnya bagus. banget loh. kqalau nggak benar-benar kuat dia pasti udah ikutan depresi
2020-09-27
0