Dito semakin mendekatkan diri kepada Setya, dan seperti yang tadi, Setya bergerak mundur.
" Kau tau apa yang aku rasakan saat itu? sangat sakit, aku kedinginan ... berulang ulang kali kepalaku terbentur batu, aku sesak ta bisa bernafas karena hidungku kemasukan air. Mulutku pun kemasukan sampah, apakah sulit buatmu membayangkan betapa menderitanya aku saat itu. Kau kenapa lari ...? kenapa kau meninggalkan aku? kenapa kau tidak menolong ku??!?"
Arwah Angga pun semakin mendekati Setya, hingga pada akhirnya Setya sampai pada ujung ruangan. Setya semakin ketakutan, ketika sudah tidak ada ruang gerak lagi untuk ia kabur. Akhirnya ia duduk terkulai lemas di ujung tembok ruang itu. Ia menangis sejadi jadinya.
Pagi harinya Setya di bangunkan oleh istrinya. Tentu saja istrinya sangat kaget melihat suaminya tertidur, dengan posisi duduk sambil memeluk ke dua lututnya di sudut ruangan.
" Sayang aku mau Ijah berhenti kerja sekarang juga" tegas Setya pada istrinya, ketika sudah membuka mata.
" Loh, emang kenapa harus di pecat mas?"
" Pokoknya aku mau dia di pecat sekarang!!
Aku sangat tidak suka sama anaknya, Dito. Anak itu sangat kurang ajar, dan lancang."
Istrinya mengerutkan Dahi.
" Dito? siapa dia?"
" Dito anak Ijah."
" Apa kau mimpi mas? Ijah tidak memiliki anak, dan ketika ia datang ke rumah ini pun hanya seorang diri. Apa kau lupa itu sayang?"
" Apaaa??"
Kepala Setya semakin terasa berat, sang istri pun berusaha membantu sang suami untuk berdiri, dan keluar kamar.
" Gading apa sudah berangkat sekolah sayang?"
"Gading??? siapa Gading?"
" Gading ... anak kita."
Sang istri menghela nafas berat, dan juga menggeleng kan kepala pelan. Ia meraih tangan sang suami, "Kita belum punya anak, kan mas...."
Mendengar kata sang istri, Setya kehilangan kesadaran nya, karena sakit kepala yang sangat kuat, hingga akhirnya ia pingsan.
Mulai saat itu istrinya sering mengajak Setya untuk berobat di klinik ku.
Setya sekarang mulai sadar, semenjak kematian Angga, ia sering bertemu dengan sosok anak kecil. Kadang sebagai saudara, anak (Gading), anak pembantu (Dito). Yang sebenarnya mereka semua tidak nyata, hanya Setya saja yang dapat melihat mereka.
" Angga ... aku senang bisa melihat mu hidup lagi, kamu benar benar hebat ..." seloroh Setya, saat hendak cek up di klinik.
Pandangan Setya tertuju di sebelah kirinya. Istri Setya yang sedari tadi memperhatikan sang suami, mencari sosok yang di ajak bicara Setya. Tidak ada siapapun di kiri sang suami.
" Apakah suami saya mengalami gangguan jiwa?" tanya istri Setya kepadaku. Yang sangat bingung dengan kelakuan sang suami.
" Di dalam pikiran Setya ada sesuatu yang sangat menggangu jiwanya. Saya nanti akan mencoba berbicara kepadanya, jadi tenanglah." Kataku sambil tersenyum.
***Mati adalah pasti***
Kita semua adalah calon ahli kubur.
Aku bisa mendengar suara suara hantu, dan juga suara suara dari alam lain. Namun aku tidak bisa melihat mereka. Suara mereka langsung masuk ke dalam telinga, terdengar sangat lah jelas, tapi asing. Seperti kita ini di dalam gua, menggema dan suaranya berulang ulang, sungguh membuat ku sakit kepala.
Gadis muda angkat bicara, penampilan yang sangat biasa saja, tapi menurutku ia punya kelebihan yang tidak di miliki oleh orang lain.
Ia membetulkan rambutnya, menyelipkan di belakang telinga mungkin dia memang sengaja, agar kami bisa melihat benda istimewa itu. Ketika ku perhatikan telinganya sama dengan milik kami, namun jauh lebih kecil.
" Telinga ku memang kecil, namun melalui telinga ini lah aku mendengar dan mengenal berbagai jenis suara dari banyak lapisan dunia." Katanya sambil tersenyum manis padaku. Baru kali ini aku mendapat klien ramah dan murah senyum.
Aku sangat terbiasa mendengar suara makhluk makhluk halus. Berbisik, berteriak, tertawa, menangis dan lainnya. Tapi ketika aku mengalami pengalaman yang mistis, yang sangat sulit untuk di lupakan.
Pada saat itu aku mendengar suara arwah yang baru saja meninggal. Arwah itu minta tolong padaku ...namun aku tidak bisa menolongnya. Dan itu membuat aku merasa sangat berdosa hingga saat ini.
Sisi nama klien ku saat ini.
Untuk sejenak ia terdiam, dan tertunduk. Ku biarkan dia untuk menenangkan diri. Mungkin kejadian itu benar benar membuat dia menyesal.
Beberapa saat kemudian Sisi mengangkat wajahnya, terlihat jelas bahwa dia sangat terpukul.
" Saat itu aku berada di rumah sakit, mengantar Ibu cek up. Karena nomer antrian yang masih sangat lama, aku memutuskan untuk keluar ruangan, mencari angin segar.
Aku berada di depan rumah sakit, di situ ada kursi panjang, aku pun duduk di situ. Tempat ku duduk tepat menghadap ke pintu UGD.
Belum lama aku duduk di tempat itu, ada ambulans yang datang, samar samar ku lihat di dalam sana terdapat beberapa kepala.
Beberapa perawat pun langsung mendekati ambulans, aku tidak tahu apa yang mereka lakukan. Tak kulihat pasien di keluarkan dari mobil ambulans, mereka hanya sibuk berlalu lalang dan berbincang.
Semakin lama ambulans itupun dikerumuni banyak orang yang penasaran. Rasa penasaran di kepala ku mulai muncul. Tapi bukan hanya karena penasaran saja, sejak tadi aku dengar sayup-sayup suara seorang wanita. Di dalam ambulans itu suaranya merintih, makhluk dari alam lain.
Ku hampiri ambulans itu, baru saja aku mau melihat ke dalam ambulans, namun ada seorang laki-laki menghempas kan tubuh ku.
" Sebenarnya itu tidak boleh Pak, saya hanya menjalankan prosedur" kata seorang perawat.
" Dia istriku, aku berhak atas dirinya." Ketus pria itu.
Semua ini belum ku pahami sama sekali, apa yang sebenarnya terjadi.
" Aku nggak mau di awetkan, aku mau di kubur selayaknya, aku mohon ... jangan awetkan jasadku!" Suara itu terdengar jelas, menggema dan setengah menjerit dari dalam ambulans.
Ku beranikan diri untuk melihat, di sana ada jenasah yang sangat muda. Kasian dia harus meninggal di usia semuda itu.
Tanpa terasa air mata ku jatuh tak tertahan. Kini aku tau suara siapa tadi yang ku dengar. Mayat itulah yang berusaha bicara kepada ku, ia berusaha minta tolong.
Berulang ulang kali ia bicara sama aku, bahwa ia nggak mau di awetkan. Ia tidak mau jika badan nya di lumuri formalin. Mayat itu mengatakan bahwa ia adalah makhluk Tuhan, yang berasal dari tanah dan akan kembali lagi ke tanah.
" Maaf kan saya nyonya, saya tidak bisa membantu anda. Maaf." Hatiku yang bersuara.
" Tolonglah aku, tolong katakan pada suamiku aku nggak mau di awetkan. Aku ingin di kubur secara layak!! Tolong tolong aku!!"
" Kasian dirimu nyonya. Namun apa yang bisa saya lakukan? saya gak bisa membantumu. Maaf kan lah aku."
Aku pergi ke bagian kiri mobil, berusaha melihat jenasah itu dari jendela. Tapi tiba tiba aku terkejut. Untuk pertama kalinya dalam hidup aku melihat makhluk yang sangat menyeramkan.
Sosok wanita yang mirip dengan jenasah itu, sedang duduk dengan wajah yang penuh dengan kesedihan. Baju putih panjang dengan rambut yang terurai ke bawah. Pandangan nya lurus ke bawah, menatap ke arah jenasah yang ada di hadapannya.
Tiba tiba mata itu menatap tajam ke arah ku, astaga ... wajahnya sangat menyeramkan. Mulai dari wajah cantik, secara perlahan berubah dari mata yang menghitam hingga seluruh wajah yang hitam dan bernanah.
Aku hanya bisa terdiam tak bisa bergerak, ingin rasanya aku berlari meninggalkan mobil itu. Namun entah mengapa kaki seperti terikat, dengan sorotan matanya yang berubah jadi merah menyala.
Tapi entah mengapa tiba-tiba wajah itu kembali seperti sedia kala. Kini aku sadar tatapan tadi adalah tatapan kesedihan, tatapan yang penuh harap, tatapan permohonan.
" Tolong katakan pada suamiku, aku ingin di kuburkan selayaknya!!! Tolong ... aku mohon" rintihannya lagi.
Aku memang tidak lah mengenal wanita tersebut, namun apa salahnya aku membantu keinginan arwah ini. Dengan ringan, kaki ku melangkah masuk ke dalam ambulans.
Di dalam mobil itu ada 3 laki laki yang masih bernegosiasi, 2 perawat dan 1 suami jenasah itu. Laki laki itu masih bersih keras ingin mengabadikan jenasah istrinya. Air matanya terus mengalir deras.
" Maaf ... saya hanya ingin menyampaikan bahwa istri anda tidak mau di formalin. Dia mau di kuburkan selayaknya. Istri anda ingin bersatu dengan bumi, sehingga rohnya bisa bersatu dengan sang Pencipta dalam damai. Tidak ingin terikat dengan dunia. Kasian dia, Tuan. Tolong mengertilah dengan keinginan terakhirnya ..."
Bukannya menjawab pria itu malah mengusir ku... " PERGI KAMU, PERGIII!!!!!!"
Aku pun turun dari mobil, dan pergi karena aku tidak terjadi apa pun. Kini aku sudah jauh dari mobil ambulans itu.
"Tolong ... tolong ... tolong ..." samar samar masih bisa ku dengar suara arwah wanita itu.
Dan mungkin sepertinya mayat itu benar benar di awetkan.
Sampai detik ini ia terus menghantuiku. Aku mohon tolong aku! Apa yang harus aku lakukan??
Suara wanita itu terus mengikuti kemana pun aku pergi. Seperti nya ia marah karena aku tidak bisa membantunya.
Aku telah gagal melakukan sesuatu yang sepatutnya aku lakukan.
# Terima kasih 🙏🤗 sudah mampir ke cerita ku yang ketiga ini, mohon dukungannya dengan like, komen, vote jangan lupa favoritkan ya. Salam cinta dari
- Garis Hidup Arin & Mengenal Rasa 🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Sept September
likeee
2020-10-02
0
oktabebee
💪
2020-08-31
0
Rozh
Pagi 👋
semangat terus ya Thor 💪
mampir di novelku ya, " Suami Dadakan"
salam dari kisah danau hijau buatan Kakek
2020-08-30
0