Bab 3

Hari ini rumahku tampak sepi, toko kue juga tutup. Karena ada salah satu karyawanku yang pulang kampung ada acara pernikahan, aku liburkan saja semua. Akhirnya aku putuskan untuk menjaga toko bunga saja, aku bosan sendirian, jika hanya berdiam diri tanpa aktivitas.

Sementara Angga sudah dijemput teman-temannya pagi tadi. Hari ini Minggu, pasti pria itu akan datang membeli bunga. Gumam ku dalam hati. Entah kenapa tiba-tiba aku merindukan sosok pria itu.

Aku melayani setiap pembeli yang datang, tapi mataku terus mencari pria itu, berharap ia datang membeli bungaku. Sebenarnya bukan itu, tapi aku hanya ingin melihat wajah tampannya saja. Bukan karena ia beli bunga di toko ku.

Sepertinya aku benar-benar merindukannya. Sampai sore pria itu tak kunjung datang, suara Angga yang baru pulang mengagetkanku.

“Mi kenapa belum tutup?” tanya Angga mendekatiku.

“Bentar lagi sayang.” Aku melangkah keluar. Angga mengikuti di belakang.

“Mami lagi tungguin seseorang?” ia kembali bertanya padaku, aku rasa mungkin ia penasaran melihat tingkahku yang aneh.

Akhirnya aku menutup toko bungaku ditemani Angga. Sekali lagi mataku masih saja mencari pria itu, berharap ia datang, mungkin saja tadi ia sibuk. Aduh Chalisa, apa yang terjadi padamu ...

Lagi-lagi suara Angga mengagetkanku, ia menyentuh keningku. “Mami sakit?” tanyanya penuh khawatir.

“Gak sayang, ayo kita masuk udah mau magrib, nih.” Aku menggandeng mesra tangannya.

Pagi ku terasa berbeda, hari ini badanku tidak fit seperti biasanya. Aku uring-uringan bangun pagi ini, beberapa kali Bu Aini memanggil, aku tidak menyahutinya.

Angga masuk membangunkan ku, ia telah siap dengan seragam sekolahnya.

“Mi, Mami sakit?” ia menyentuh keningku dengan tangannya. “Tapi gak panas,” ujarnya lagi, setelah memeriksa kondisiku.

Aku bangun dari tidurku seraya berkata, “Sayang, Mami enggak kenapa-kenapa, mending sekolah gih, nanti kau terlambat, belajar yang benar, ya?” ujar ku agar ia tidak khawatir.

“Tapi Mami benar baik-baik saja, kan?" tanya Angga lagi.

“Kemarin aku perhatikan Mami juga begini,” lanjutnya.

Aku tersenyum, ku belai rambutnya. “Iya, Mami baik-baik saja.”

Angga berangkat sekolah, setelah ia memastikan bahwa aku baik-baik saja, ia ke sekolah menggunakan motor sendiri. Angga menolak aku belikan mobil untuknya, ia lebih suka motor.

Setelah mandi dan sarapan pagi, aku melihat-lihat dapur, karyawanku sedang sibuk membuatkan pesanan kue. Hari ini mereka membuat pesanan untuk panti asuhan Kasih Bunda, setiap bulannya mereka selalu memesan jasa kue kami.

Bu Aini dengan tergesa-gesa mendekatiku, “Cha gawat," ujarnya padaku.

Aku mengerutkan keningku. “Apanya yang gawat Bu?” tanyaku bingung. Berita apa yang akan ia bawa pagi ini.

Bu Aini menarik tanganku ke depan. “Ada pelanggan yang ingin kau buatkan buket mawar merah, sudah saya buat katanya salah, kan saya jadi pusing,” ujar Bu Aini memegang kepalanya yang aku rasa tidak sakit.

Aku tersenyum. “Ya ampun Bu, hampir saja aku jantungan, aku pikir ada masalah apa tadi,” Aku segera menuju toko bunga. Tiba di sana hatiku rasanya sangat gembira. Bagaimana tidak, orang yang ku tunggu kedatangannya dari kemarin, kini ia baru muncul di hadapan ku.

“Ada yang bisa saya bantu?” tanya ku setelah berada di depannya.

Tatapannya tajam, tak ada senyum yang menghiasi bibirnya, ia sangat kaku hari ini.

“Buatkan buket bunga seperti biasa untuk saya,” pinta pria yang tidak ku ketahui namanya itu.

Aku langsung melakukan apa yang ia minta seperti biasa yang aku lakukan sebelumnya. Sekilas, aku perhatikan buket yang Bu Aini buat, terlihat persis dengan apa yang aku rangkai sekarang, tidak ada perbedaan.

Setelah selesai aku memberikan padanya, saat aku berbalik ia sedang menerima panggilan. Sembari menunggu, aku perhatikan pria tampan itu mulai dari ujung kaki hingga ujung rambutnya, di mataku ia sangat sempurna. Pria idaman wanita-wanita, aku rasa ia juga mapan, mobil yang ia tumpangi selalu beda-beda setiap kali mampir di toko bungaku.

“Berapa?” tanyanya padaku, membuat lamunanku buyar seketika.

“Seperti biasa Pak,” sahutku malu-malu.

Pria itu mengeluarkan uang dari dompet mewahnya. “Jangan panggil saya pak, saya bukan bapakmu,” ujarnya padaku.

Aku tersenyum geli mendengar jawabannya. Padahal selama ini aku juga memanggilnya 'Pak' tapi kenapa hari ini ia permasalahkan.

Saat ia melangkahkan kakinya menuju mobil yang terparkir di tepi jalan, ia berpaling dan berkata, “Nama saya Hendri.”

Aku ingin memberitahu namaku padanya, tapi rasanya percuma. Bahkan ia tidak mau tahu pikirku.

Ternyata sepasang mata sedari tadi memperhatikan tingkahku. Bu Aini menghampiri ku. “Kamu merasakan ada yang aneh enggak Cha?” tanya Bu Aini. Aku bingung apa yang ia maksud aneh, belum sempat aku tanyakan maksudnya ia telah menjawabnya sendiri.

“Sepertinya pria itu menyukaimu Cha.”

Aku tertawa terbahak-bahak mendengar asumsi Bu Aini.

“Kamu ini, diajak mengobrol malah ketawa-ketawa gak jelas,” ujar Bu Aini seraya berlalu meninggalkan ku sendiri di toko bunga.

Handphone ku berdering, aku menerima panggilan dari nomor tanpa nama, aku segera mengangkatnya siapa tahu ada yang pesan kue. “Halo...” sapa ku.

“Bu, tolong pesanan kami segera tiba ya, acara akan dimulai satu jam lagi,” ujar seorang wanita dibalik telepon.

Aku mengiyakan panggilan tersebut, itu pasti dari panti asuhan, karena hari ini kami cuma menerima satu pesanan saja.

Aku menyuruh Bu Aini melihat apa sudah siap semua pesanannya. Hari ini Askia tidak masuk karena adiknya sakit, terpaksa aku sendiri yang harus mengantarnya ke panti asuhan, biasanya ini tugasnya. Setelah berdandan dan ganti pakaian aku segera meluncurkan mobil ku menuju panti asuhan tersebut.

Setiba di sana, aku melihat anak-anak sedang bermain ria di halaman panti. Hati terasa begitu tenang melihat anak-anak tak berdosa itu bergembira, meski hidup mereka tanpa ayah dan ibu, bahkan mereka tidak mengetahui di mana posisi orang tua mereka.

Tanpa terasa air mata meleleh di pipiku, aku menyekanya dengan tanganku.

Seorang wanita paruh baya mendekatiku, “Mbak Chalisa?” tanya wanita itu padaku, aku rasa ia penjaga panti asuhan tersebut. Aku mengangguk dan membuka pintu mobilku memperlihatkan tumpukan kue pesanannya. Wanita itu memanggil seorang pria, dan mengangkut kue itu ke dalam panti.

“Mbak, mari masuk,” ajaknya padaku, tanpa pikir panjang aku menurut saja, ku ikuti langkahnya masuk ke dalam pekarangan panti asuhan itu.

“Anak-anak mari kumpul semua,” panggil wanita itu, semua anak-anak kecil itu mengerumuninya. Aku perhatikan dari kejauhan.

“Bu Maryam aku mau kue coklat itu,” ujar salah satu anak kecil itu. Aku baru tahu ternyata nama wanita itu adalah ibu Maryam.

“Semua dapat, tapi harus rajin belajar, enggak boleh nakal ya,” ujar Bu Maryam pelan, hati terasa sejuk mendengar ucapannya yang lembut.

Mataku terhenti di sebuah makam, letaknya persis di depan panti, Sebuah buket bunga mawar merah di atasnya, aku dekati makam itu, ‘Diana Mardiani' begitu tertera nama pada nisan tersebut.

“Ini makam pemilik panti asuhan ini,” ujar Bu Maryam mengagetkanku. Aku hanya tersenyum.

“Beliau perempuan baik, tapi Tuhan merenggut nyawanya terlalu cepat.” Bu Maryam meneteskan air matanya.

Aku mengelus-elus bahunya. “Semoga beliau tenang di alam sana,” ujar ku mencoba menenangkan Bu Maryam.

“Iya, Non Diana udah gak sakit lagi sekarang,” ujar Bu Maryam lagi, aku enggan menanyakan hal tersebut, meskipun aku penasaran tapi aku tidak ingin menambah pilu di hatinya.

Setelah puas berkeliling di panti asuhan tersebut, aku pamit pada Bu Maryam. Beliau mengurus panti ini penuh kasih, ini panti asuhan terbersih yang pernah ku lihat tidak ada panti asuhan sebagus ini.

Aku memutuskan untuk menjadi salah satu donatur di panti asuhan Kasih Bunda, Bu Maryam dengan senang hati menerimanya.

Aku segera meluncur dengan mobilku meninggalkan tempat tersebut.

Jangan lupa like ya...

Terpopuler

Comments

ARSY ALFAZZA

ARSY ALFAZZA

🐾🌸🌸🌸

2020-10-29

2

Imas Aisha Raya

Imas Aisha Raya

jodoh kayanya nih

2020-10-03

1

JK 🐰😎

JK 🐰😎

seru nih sepertinya... lanjuttt☺☺

2020-06-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!