Bab. 7

"Baik yang Mulia." Sahut Kasim yang sedari tadi berada di sebelah Kaisar untuk menerima perintah apa selanjutnya yang akan di tugaskan kepadanya.

Dia pun dengan sedikit membungkuk, berpamitan. Dengan tergesa-gesa dia pergi menuju kediaman juru masak istana.

"Tuan Su, Kaisar memerintahkan agar anda dan putri anda menghadap Kaisar." Seperti itu yang di sampaikan Kasim tersebut, setelah tiba di kediaman reot juru masak Su.

Mereka berdua yang mendengar pemberitahuan tersebut, hanya saling pandang dan mengangguk.

Kasim tersebut pun pamit dan pergi kembali ke istana. Tanpa menunggu jawaban dari mereka. Seolah-olah tempat itu seperti virus yang harus secepatnya di tinggalkannya.

Sebelum menuju istana, Alin masih tetap memoles wajah dan kulit lainnya dengan warna coklat. Dia tidak ingin mereka berfikir bahwa dia sedang mencari perhatian. Itu juga akan membahayakan dirinya.

Sementara itu, di istana. Tepatnya di aula utama. Putra mahkota dan juga Jendral muda Mo sudah berada di sana untuk membahas perkembangan perbatasan.

Di saat mereka sedang berdiskusi, Su Alin dan ayahnya tiba di depan pintu aula utama. Seorang kasim memberitakan kedatangan mereka kepada Kaisar.

"Silahkan mereka masuk." Perintah Kaisar.

Di dampingi kasim tersebut, Su Alin dan ayahnya memasuki ruangan aula utama.

Jendral muda mo mengerutkan keningnya. 'Sepertinya dia terlalu banyak membalurkan krim coklat itu' gumam Jendral Mo di dalam hatinya.

Ya, dia telah tahu bahwa Alin memiliki warna kulit putih seperti porselen. Selama ini warna coklat di kulitnya hanya krim yang dia oles.

Ketika Jendral Mo menolongnya, krim tersebut sebagian luntur karena terkena air dan sedikit bergesekan dengan pakaiannya, sehingga krim coklat itu sedikit terhapus.

Saat itu ketika sudah berada di kamar Alin, dan belum ada orang saat itu. Guru kekaisaran juga mencoba untuk menghapus krim coklat di wajahnya, dan benar saja, warna kulit aslinya langsung terlihat. Tapi saat itu, Guru kekaisaran kembali mengoleskan krim coklat ke seluruh kulitnya yang terhapus sebelum tabib datang.

Saat ini, warna coklat itu semakin gelap, Jendral Mo hanya bisa menggeleng kepalanya. Dia menyadari Alin pasti terburu-buru mengoleskan krim tersebut.

"Hormat kepada Kaisar." Mereka berdua ayah anak memberi hormat kepada Kaisar.

Begitu juga kepada putra mahkota dan yang lainnya.

Mereka tidak di persilahkan duduk di sebuah kursi seperti yang lain, hanya bersujud di lantai di depan Kaisar.

Jendral Mo mengeratkan kepalan tangannya. Entah mengapa ada perasaan tidak tega pada saat itu timbul di hatinya. Mungkin saja karen Alin baru saja sembuh dari komanya atau ada hal lain dia juga tidak tahu.

"Karena putrimu telah sadarkan diri, dan atas kejadian yang lalu hasil dari perbuatan putri pertama, maka saya sebagai Kaisar memberi kalian kompensasi yang pantas.

Ketika saya memberi seorang pelayan, kalian berdua tidak membutuhkannya. Jadi, ada baiknya saya bertanya saja, apapun yang kalian inginkan akan saya turuti." Kaisar tahu bahwa mereka tidak akan meminta macam-macam. Mungkin hanya meminta beberapa ribu tael emas, pikirnya.

Su Alin dan ayahnya yang masih bersimpuh di lantai saling bertatapan, Alin mengangguk kepada ayahnya.

Jendral Mo dan putra mahkota sedikit curiga dengan ekspresi mereka. Karena terlihat mereka sedikit tersenyum satu sama lain.

"Apapun yang mulia?" Su Yuan ingin memastikan bahwa Kaisar tidak akan menarik perkataannya nanti.

"Ya benar, apapun." Dia mengangguk dengan senyuman merendahkan.

Su Alin dan ayahnya tidak melihat ekspresi Kaisar, hanya saja Jendral Mo melihat hal itu. Gigi gerahamnya berdecit karena tekanan yang kuat. Dia merasa kesal dengan ekspresi Kaisar itu. Jika dia adalah musuhnya, mungkin dia sudah menghancurkan wajah munafiknya itu. Tapi dia hanya seorang Jenderal yang tunduk atas Kaisar pimpinan tertinggi.

"Terima kasih yang Mulia, kami berdua ayah dan anak ingin mengambil kebebasan kami yang mulia. Kami ingin keluar dari Istana, dan hidup bebas di luar sebagai rakyat biasa." Ucap Su Yuan sambil membenturkan keningnya ke lantai di hadapan Kaisar.

Kaisar terperanjat dengan permintaan mereka, dia sama sekali tidak menduga bahwa juru masaknya ingin keluar dari dapur istana.

Dia ingin menolak permintaan itu, tapi dia sudah berkata tadi bahwa apapun permintaan mereka akan dia kabulkan.

Dia merasa geram, dan mengepalkan tangannya dengan kuat. Sementara itu Su Yuan dan Alin masih meletakan kepala mereka bersujud sampai ke lantai.

Dan di dalam hati mereka sambil berdoa, agar Kaisar tidak menolak permintaan mereka.

Dia sudah bosan menjilat sana sini. Sudah saatnya dia lepas dari perintah istana. Karena, bukan hanya kaisar yang memandang rendah dirinya, tapi hampir seisi penghuni istana ini.

Apalagi, jika ayahnya memasak, tapi tidak semua orang menyukai menu itu. Pasti akan di suruh memasak ulang untuk orang tertentu itu. Menyebalkan bukan?

Terpopuler

Comments

Yusrina Ina

Yusrina Ina

Tq upnya author 🥰🥰🥰 semangat Alin keluar saja dari istana buat diri mu dan ayah mu menjadi sukses d luar.

2024-12-05

1

Hasna 💙

Hasna 💙

ayo alin kamu pasti bisa keluar dari istana

2024-12-05

1

kaylla salsabella

kaylla salsabella

semoga kaisar gak ingkar janji

2024-12-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!