Bab 3: Antara Hati dan Tradisi

Pagi itu, pesantren Al-Falah terasa lebih sibuk dari biasanya. Ummi Halimah mempersiapkan ruang tamu utama untuk menyambut tamu istimewa, Kiai Mahfud dan keluarga Maya. Para santri bergegas menata meja dan kursi, sementara aroma masakan khas pesantren mulai menyebar dari dapur.

Di kamar pribadinya, Gus Zidan duduk di tepi ranjang. Pikirannya bercabang antara tanggung jawab yang sudah diatur Abi Idris dan hatinya yang tak bisa lepas dari Zahra. Ia merasa seperti kapal yang terombang-ambing di tengah badai.

“Zidan, apa kamu sudah siap?” suara Ummi Halimah memecah lamunannya.

Zidan menoleh. Umminya berdiri di ambang pintu dengan senyum lembut yang khas. “Mereka akan tiba sebentar lagi. Tolong jangan terlambat.”

“Insya Allah, Ummi,” jawab Zidan sambil memaksakan senyum.

Namun, hatinya berteriak. Apa yang harus ia katakan jika keluarga Maya menyinggung soal pernikahan? Bagaimana ia bisa menolak tanpa mengecewakan Ummi dan Abi?

Setelah Ummi Halimah pergi, Zidan merapikan pakaian dan berdiri di depan cermin. Wajahnya tampak lebih tegang dari biasanya. “Ya Allah,” gumamnya pelan, “tunjukkan jalan yang terbaik untukku. Aku tidak ingin mengecewakan siapa pun.”

Di ruang tamu, suasana hangat segera tercipta begitu Kiai Mahfud dan keluarganya tiba. Ning Maya, dengan kebaya sederhana berwarna pastel, duduk di samping ibunya. Pandangannya sesekali mencuri lihat ke arah Zidan yang duduk di sisi lain ruangan.

Zidan, di sisi lain, hanya menjawab seadanya setiap kali Abi Idris mengajaknya berbicara. Kepalanya terasa berat dengan berbagai pikiran. Sesekali ia melirik ke arah Ning Maya, berusaha mencari perasaan yang seharusnya ada, tetapi yang ia temukan hanyalah kehampaan.

“Zidan,” suara Abi Idris memecah lamunannya. “Kiai Mahfud ingin tahu, kapan kira-kira kita bisa mulai membicarakan tanggal pernikahanmu dengan nak Maya?”

Pertanyaan itu membuat jantung Zidan serasa berhenti. Semua mata kini tertuju padanya.

“Abi,” Zidan berdeham pelan, berusaha mengumpulkan keberanian. “Saya rasa, sebelum kita membicarakan itu, saya ingin meminta waktu untuk… memastikan diri saya siap. Saya ingin menjalankan pernikahan ini dengan sepenuh hati.”

Ruangan itu hening sejenak. Ning Maya menunduk, sementara Kiai Mahfud menatap Zidan dengan kening sedikit berkerut. Abi Idris melirik Zidan, tetapi tidak langsung berbicara.

“Kalau begitu, kami hormati keinginan Zidan,” ujar Kiai Mahfud akhirnya dengan nada bijak. “Tapi ingatlah, Nak, menikah adalah ibadah yang harus dijalani dengan niat dan tekad. Jangan biarkan keraguan terlalu lama.”

Zidan mengangguk. “Terima kasih, Kiai. Saya akan berusaha sebaik mungkin.”

Sore harinya, Zidan duduk di taman pesantren. Ia mencoba menenangkan diri, tetapi pikirannya masih kacau. Bayangan Zahra muncul lagi di benaknya, membuat hatinya semakin tak menentu.

“Gus Zidan,” suara lembut menyapa dari belakang.

Zidan menoleh dan melihat Zahra berdiri tak jauh darinya. Ia membawa beberapa buku dan terlihat ragu untuk mendekat.

“Ada apa, Zahra?” tanya Zidan, mencoba terdengar tenang.

“Maaf mengganggu, Gus,” jawab Zahra pelan. “Saya hanya ingin menyerahkan ini. Ustazah Nisa meminta saya mengembalikan buku ini ke perpustakaan.”

Zidan mengangguk. “Letakkan saja di meja sana. Nanti saya bawa ke perpustakaan.”

Zahra mengangguk, lalu meletakkan buku-buku itu di meja dekat Zidan. Saat ia hendak pergi, Zidan tiba-tiba berbicara, “Zahra, tunggu!”

Zahra berhenti dan menoleh dengan tatapan bingung.

“Kamu betah di sini?” tanya Zidan.

Zahra tersenyum tipis. “Alhamdulillah, Gus. Saya merasa lingkungan di sini sangat mendukung. Semua santri dan pengajar baik hati.”

Zidan menatap Zahra sejenak, ingin mengatakan sesuatu, tetapi ia tahu itu tidak mungkin. Akhirnya ia hanya mengangguk. “Bagus kalau begitu. Kalau ada kesulitan, jangan ragu untuk bicara.”

“Terima kasih, Gus,” ujar Zahra sebelum melangkah pergi.

Zidan menatap punggungnya yang semakin menjauh. Hatinya semakin berat, tetapi ia tahu ia harus membuat keputusan secepatnya.

Malam itu, Zidan memberanikan diri berbicara dengan Abi Idris. Ia tahu, percakapan ini tidak akan mudah, tetapi ia tidak bisa terus hidup dalam kebingungan.

“Abi, saya ingin bicara,” ujarnya saat menemui ayahnya di ruang kerja.

Abi Idris meletakkan kitab yang sedang dibacanya dan menatap Zidan. “Ada apa, Nak?”

“Abi, saya ingin jujur. Saya merasa hati saya… tidak sepenuhnya untuk Ning Maya,” kata Zidan dengan suara pelan, tetapi tegas.

Abi Idris menatap putranya lama, seolah mencoba memahami maksudnya. “Lalu, untuk siapa hatimu, Zidan?”

Zidan ragu sejenak, tetapi akhirnya berkata, “Untuk seseorang yang tidak pernah kita rencanakan, Zahra.”

Hening. Abi Idris menghela napas panjang. “Zidan, kamu tahu apa yang kamu katakan ini bukan hal kecil. Zahra adalah santriwati. Jika kamu memilih dia, kamu harus siap menghadapi konsekuensi dari keluarga Ning Maya dan Kiai Mahfud.”

“Saya tahu, Abi. Tapi saya juga tahu bahwa pernikahan tanpa cinta hanya akan menyakiti kedua belah pihak,” jawab Zidan tegas.

Abi Idris menatap putranya dengan tatapan penuh pertimbangan. Akhirnya ia berkata, “Berikan Abi waktu untuk berpikir, Zidan. Ini bukan keputusan yang bisa diambil dengan tergesa-gesa.”

Zidan mengangguk, merasa lega meskipun keputusan akhir belum didapatkan. Setidaknya, ia telah menyampaikan isi hatinya.

Di kamar Zahra, malam itu terasa panjang. Ia tidak bisa tidur, entah kenapa pertemuannya dengan Gus Zidan sore tadi terus terngiang di benaknya.

“Ya Allah,” bisiknya dalam hati. “Jika perasaan ini adalah cobaan, bimbing aku untuk tetap berada di jalan-Mu. Jika ini adalah tanda, tunjukkan jalan yang terbaik untukku.”

Tanpa Zahra sadari, hatinya telah memasuki labirin yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Sebuah labirin yang akan membawanya pada pilihan antara cinta, keyakinan, dan takdir.

Bab kali ini mempertegas pergolakan batin Zidan dan Zahra. Dengan keberanian Zidan untuk mengungkapkan isi hatinya kepada Abi, konflik mulai memasuki babak baru. Apakah cinta akan menang melawan tradisi, ataukah mereka akan tunduk pada kehendak keluarga? Perjalanan mereka baru saja dimulai.

To Be Continued...

Terpopuler

Comments

Dyah Oktina

Dyah Oktina

kla tidak ingin mengecewakan siapapun ya harus terima tradisi.. menikah dgn.maya secara ikhlas.. melupakan cinta dalam diam mu

2025-04-13

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Cahaya di Tengah Kerumitan
2 Bab 2: Patah dan Dilema
3 Bab 3: Antara Hati dan Tradisi
4 Bab 4: Jalan yang Terjal
5 Bab 5: Rasa yang Terpendam
6 Bab 6: Pilihan di Ujung Jalan
7 Bab 7: Titik Temu di Persimpangan
8 Bab 8: Gemuruh di Balik Pintu
9 Bab 9: Langkah di Atas Api
10 Bab 10: Langkah di Persimpangan
11 Bab 11: Atap Dalam Kebisuan
12 Bab 12: Langkah Baru
13 Bab 13: Jalan yang Tak Terduga
14 Bab 14: Titik Balik
15 Bab 15: Keteguhan Hati
16 Bab 16: Ketulusan di Tengah Badai
17 Novel: Jodoh Jalur Ummi
18 Bab 17: Ombak di Tengah Layar
19 Bab 18: Badai di Tengah Tenang
20 Bab 19: Titik Balik
21 Bab 20: Menentukan Hari Bahagia
22 Bab 21: Langkah Awal Menuju Mimpi
23 Bab 22: Hari yang Ditunggu
24 Bab 23: Menapak Jejak Baru
25 Bab 24: Memperkuat Ikatan
26 Bab 25: Keindahan Cinta dalam Setiap Langkah
27 Bab 26: Kejutan-kejutan Kehamilan Zahra
28 Bab 27: Kejutan-kejutan Zahra yang Manis
29 Bab 28: Kegembiraan dan Tantangan Baru
30 Bab 29: Ketegangan Menjelang Kelahiran
31 Bab 30: Kelahiran yang Dinanti
32 Bab 31: Menapaki Langkah Baru
33 Bab 32: Cinta yang Tumbuh di Pesantren
34 Bab 33: Merawat Zafran dengan Cinta
35 Bab 34: Langkah Baru Bersama Zafran
36 Bab 35: Taman Kota
37 Bab 36: Kabar Duka
38 Bab 37: Langkah Baru Zahra
39 Bab 38: Pertemuan Singkat, Kenangan Panjang
40 Bab 39: Kebahagiaan di Hari Pernikahan
41 Bab 40: Harapan di Tengah Kehidupan Baru
42 Bab 41: Menatap Hari Esok
43 Bab 42: Perjalanan Cinta yang Tak Pernah Pudar
44 Bab 43: Kembalinya Masa Lalu
45 Bab 44: Keputusan Berat
46 Bab 45: Perpisahan yang Tidak Terduga
47 Bab 46: Duka yang Menyelimuti
48 Bab 47: Menghadapi Maya
49 Bab 48: Menghadapi Keputusan
50 Bab 49: Dukungan Sahabat
51 Bab 50: Cahaya di Tengah Kegelapan
52 Bab 51: Jalan Pulang yang Panjang
53 Bab 52: Momen Haru
54 Bab 53: Di Pondok Pesantren
55 Bab 54: Tamu
56 Bab 55: Syukuran di Pondok Pesantren
57 Bab 56: Dalam Dekapan Baitullah (Tamat)
Episodes

Updated 57 Episodes

1
Bab 1: Cahaya di Tengah Kerumitan
2
Bab 2: Patah dan Dilema
3
Bab 3: Antara Hati dan Tradisi
4
Bab 4: Jalan yang Terjal
5
Bab 5: Rasa yang Terpendam
6
Bab 6: Pilihan di Ujung Jalan
7
Bab 7: Titik Temu di Persimpangan
8
Bab 8: Gemuruh di Balik Pintu
9
Bab 9: Langkah di Atas Api
10
Bab 10: Langkah di Persimpangan
11
Bab 11: Atap Dalam Kebisuan
12
Bab 12: Langkah Baru
13
Bab 13: Jalan yang Tak Terduga
14
Bab 14: Titik Balik
15
Bab 15: Keteguhan Hati
16
Bab 16: Ketulusan di Tengah Badai
17
Novel: Jodoh Jalur Ummi
18
Bab 17: Ombak di Tengah Layar
19
Bab 18: Badai di Tengah Tenang
20
Bab 19: Titik Balik
21
Bab 20: Menentukan Hari Bahagia
22
Bab 21: Langkah Awal Menuju Mimpi
23
Bab 22: Hari yang Ditunggu
24
Bab 23: Menapak Jejak Baru
25
Bab 24: Memperkuat Ikatan
26
Bab 25: Keindahan Cinta dalam Setiap Langkah
27
Bab 26: Kejutan-kejutan Kehamilan Zahra
28
Bab 27: Kejutan-kejutan Zahra yang Manis
29
Bab 28: Kegembiraan dan Tantangan Baru
30
Bab 29: Ketegangan Menjelang Kelahiran
31
Bab 30: Kelahiran yang Dinanti
32
Bab 31: Menapaki Langkah Baru
33
Bab 32: Cinta yang Tumbuh di Pesantren
34
Bab 33: Merawat Zafran dengan Cinta
35
Bab 34: Langkah Baru Bersama Zafran
36
Bab 35: Taman Kota
37
Bab 36: Kabar Duka
38
Bab 37: Langkah Baru Zahra
39
Bab 38: Pertemuan Singkat, Kenangan Panjang
40
Bab 39: Kebahagiaan di Hari Pernikahan
41
Bab 40: Harapan di Tengah Kehidupan Baru
42
Bab 41: Menatap Hari Esok
43
Bab 42: Perjalanan Cinta yang Tak Pernah Pudar
44
Bab 43: Kembalinya Masa Lalu
45
Bab 44: Keputusan Berat
46
Bab 45: Perpisahan yang Tidak Terduga
47
Bab 46: Duka yang Menyelimuti
48
Bab 47: Menghadapi Maya
49
Bab 48: Menghadapi Keputusan
50
Bab 49: Dukungan Sahabat
51
Bab 50: Cahaya di Tengah Kegelapan
52
Bab 51: Jalan Pulang yang Panjang
53
Bab 52: Momen Haru
54
Bab 53: Di Pondok Pesantren
55
Bab 54: Tamu
56
Bab 55: Syukuran di Pondok Pesantren
57
Bab 56: Dalam Dekapan Baitullah (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!