Bab 5: Rasa yang Terpendam

Malam itu, suasana pesantren terasa sunyi. Hanya gemerisik angin yang terdengar di antara pepohonan di halaman. Di kamar Zahra, sebuah doa panjang mengalir dari bibirnya. Tangannya yang tergenggam erat memohon petunjuk kepada Allah, berharap mendapatkan kekuatan untuk menghadapi semua cobaan ini.

"Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, Ya Allah," gumam Zahra di sela-sela doanya. "Jika ini ujian, kuatkanlah aku untuk tetap istiqamah."

Di sudut lain pesantren, Zidan duduk di perpustakaan kecil yang jarang dikunjungi santri pada malam hari. Tumpukan kitab terbuka di depannya, tetapi pikirannya melayang jauh. Bukan kepada Maya, seperti yang diharapkan keluarganya, melainkan kepada Zahra. Setiap senyum, kata-kata lembut, dan ketulusan Zahra membuatnya tak mampu menyangkal perasaan yang mulai tumbuh di hatinya.

Namun, Zidan tahu posisinya sebagai Gus, anak dari pemimpin pesantren, membuat langkahnya tidak mudah. Nama baik keluarganya, hubungan pesantren dengan keluarga Kiai Mahfud, dan pandangan masyarakat adalah beban yang tidak bisa ia abaikan begitu saja.

"Apakah aku salah jika mencintai seseorang yang bukan pilihan keluarga?" Zidan bergumam pada dirinya sendiri.

Keesokan harinya, Zahra berusaha menjalani harinya seperti biasa. Ia mengikuti semua jadwal mengaji, belajar, dan kegiatan pesantren lainnya dengan penuh semangat. Namun, bisik-bisik yang ia dengar di antara para santriwati mulai semakin jelas.

"Katanya Gus Zidan sering memperhatikan Zahra," ujar seorang santriwati dengan nada sinis.

"Ah, masa iya? Zahra kan cuma santriwati baru," balas yang lain.

Zahra berpura-pura tidak mendengar, tetapi hatinya terasa sakit. Ia tidak pernah berniat menarik perhatian Gus Zidan, apalagi menciptakan masalah.

Di sisi lain, Maya mulai mengambil langkah untuk memastikan posisinya. Ia datang ke pesantren siang itu, dengan alasan ingin menemui Ummi Halimah. Zahra yang tidak sengaja bertemu Maya di lorong utama merasa ada sesuatu yang aneh dari tatapan Maya kepadanya.

"Zahra, ya?" sapa Maya dengan senyum tipis.

"Iya, Mbak," jawab Zahra sopan.

"Saya Maya," Maya memperkenalkan diri. "Calon istri Gus Zidan."

Kalimat itu terasa seperti petir di siang bolong bagi Zahra. Ia menunduk, tidak tahu harus menjawab apa.

"Saya dengar kamu santriwati yang berbakat," lanjut Maya. "Semoga kamu betah di sini. Dan ingat, kita semua ada di sini untuk belajar, bukan untuk hal-hal lain."

Zahra hanya mengangguk, mencoba menyembunyikan rasa terkejut dan bingungnya.

Setelah Maya berlalu, Zahra langsung menuju kamar. Air matanya mulai mengalir tanpa ia sadari. "Kenapa aku harus berada di tengah situasi ini?" gumamnya dengan suara bergetar.

Malam itu, Zidan dipanggil ke ruang keluarga. Ummi Halimah dan Abi Idris duduk di sana, terlihat lebih serius dari biasanya.

"Zidan," Abi memulai. "Hari ini nak Maya datang ke sini. Dia ingin memastikan bahwa semuanya berjalan sesuai harapan."

Zidan mengangguk pelan. "Abi, Ummi… saya tidak ingin menyakiti siapa pun. Tapi perasaan saya sudah jelas. Saya tidak mencintai Ning Maya."

Ummi Halimah menatap Zidan dengan lembut. "Nak, Ummi tahu ini sulit untukmu. Tapi keputusan ini bukan hanya tentang kamu. Ini juga menyangkut hubungan keluarga kita dengan Kiai Mahfud."

"Ummi," Zidan menatap ibunya, mencoba menahan emosinya. "Apakah menjaga hubungan itu harus mengorbankan kebahagiaan saya?"

Abi Idris terdiam, tampak memikirkan sesuatu. Setelah beberapa saat, ia berkata, "Kami akan bicara dengan Kiai Mahfud. Tapi, Zidan, jika kamu serius tentang Zahra, kamu harus memastikan dia juga merasa yang sama. Jangan sampai ini hanya perasaan sepihak."

Zidan mengangguk. Ia tahu apa yang harus ia lakukan.

Di keheningan malam, Zidan memutuskan untuk menemui Zahra. Ia tahu ini mungkin melanggar aturan pesantren, tetapi ia harus berbicara langsung dengannya.

Di taman kecil dekat asrama putri, ia menunggu dengan harapan Zahra akan lewat. Tidak lama kemudian, Zahra muncul, membawa buku catatannya. Ia tampak terkejut melihat Zidan di sana.

"Gus Zidan?" Zahra bertanya, bingung.

"Maaf jika ini mengganggumu, Zahra," Zidan memulai. "Tapi ada sesuatu yang ingin saya bicarakan."

Zahra menatapnya dengan ragu. "Apa itu, Gus?"

Zidan menarik napas dalam-dalam. "Zahra, saya tahu situasi ini tidak mudah untukmu. Tapi saya ingin kamu tahu… perasaan saya tulus. Saya tidak pernah berniat membuatmu tidak nyaman."

Wajah Zahra memerah. Ia tidak tahu harus berkata apa.

"Gus Zidan," Zahra akhirnya berbicara, dengan suara lembut. "Saya hanya seorang santriwati biasa. Saya tidak pantas berada dalam situasi seperti ini."

"Jangan bilang begitu, Zahra," Zidan menatapnya dengan serius. "Kamu lebih dari sekadar santriwati biasa. Kamu seseorang yang membuat saya melihat hidup dari sudut pandang yang berbeda."

Zahra terdiam. Kata-kata Zidan terasa tulus, tetapi ia juga tahu bahwa jalan mereka tidak akan mudah.

"Gus, saya… saya butuh waktu untuk memahami semua ini," ujar Zahra akhirnya.

Zidan mengangguk. "Saya akan menunggumu, Zahra. Sebanyak apa pun waktu yang kamu butuhkan."

Malam itu, Zahra kembali ke kamarnya dengan hati yang campur aduk. Di satu sisi, ia merasa ada sesuatu yang indah tumbuh di hatinya. Tetapi di sisi lain, ia tahu bahwa keputusan ini akan membawa banyak konsekuensi.

Keesokan harinya, Abi Idris dan Ummi Halimah memutuskan untuk menemui Kiai Mahfud. Mereka tahu ini adalah langkah besar yang harus diambil dengan hati-hati.

"Kiai Mahfud, kami ingin berbicara tentang perjodohan antara Zidan dan Maya," Abi memulai dengan nada hati-hati.

Kiai Mahfud mendengarkan dengan tenang. Setelah Abi selesai berbicara, beliau tersenyum tipis. "Saya sudah mendengar desas-desus tentang Zidan dan seorang santriwati. Jika memang hati Zidan tidak untuk Maya, saya tidak ingin memaksanya. Tapi, tentu saja, kita harus menyelesaikan ini dengan baik."

Ucapan Kiai Mahfud membuat Abi Idris dan Ummi Halimah sedikit lega. Namun, mereka tahu perjalanan ini masih jauh dari selesai.

Sementara itu, Zahra semakin tenggelam dalam doanya, berharap Allah menunjukkan jalan terbaik untuk semua pihak.

Bab ini menggambarkan semakin kompleksnya konflik yang dihadapi Zidan dan Zahra. Dengan keterlibatan langsung Kiai Mahfud dan Maya yang mulai mengambil tindakan, akankah jalan mereka semakin sulit? Ataukah ada keajaiban yang akan mengubah segalanya?

To Be Continued...

Episodes
1 Bab 1: Cahaya di Tengah Kerumitan
2 Bab 2: Patah dan Dilema
3 Bab 3: Antara Hati dan Tradisi
4 Bab 4: Jalan yang Terjal
5 Bab 5: Rasa yang Terpendam
6 Bab 6: Pilihan di Ujung Jalan
7 Bab 7: Titik Temu di Persimpangan
8 Bab 8: Gemuruh di Balik Pintu
9 Bab 9: Langkah di Atas Api
10 Bab 10: Langkah di Persimpangan
11 Bab 11: Atap Dalam Kebisuan
12 Bab 12: Langkah Baru
13 Bab 13: Jalan yang Tak Terduga
14 Bab 14: Titik Balik
15 Bab 15: Keteguhan Hati
16 Bab 16: Ketulusan di Tengah Badai
17 Novel: Jodoh Jalur Ummi
18 Bab 17: Ombak di Tengah Layar
19 Bab 18: Badai di Tengah Tenang
20 Bab 19: Titik Balik
21 Bab 20: Menentukan Hari Bahagia
22 Bab 21: Langkah Awal Menuju Mimpi
23 Bab 22: Hari yang Ditunggu
24 Bab 23: Menapak Jejak Baru
25 Bab 24: Memperkuat Ikatan
26 Bab 25: Keindahan Cinta dalam Setiap Langkah
27 Bab 26: Kejutan-kejutan Kehamilan Zahra
28 Bab 27: Kejutan-kejutan Zahra yang Manis
29 Bab 28: Kegembiraan dan Tantangan Baru
30 Bab 29: Ketegangan Menjelang Kelahiran
31 Bab 30: Kelahiran yang Dinanti
32 Bab 31: Menapaki Langkah Baru
33 Bab 32: Cinta yang Tumbuh di Pesantren
34 Bab 33: Merawat Zafran dengan Cinta
35 Bab 34: Langkah Baru Bersama Zafran
36 Bab 35: Taman Kota
37 Bab 36: Kabar Duka
38 Bab 37: Langkah Baru Zahra
39 Bab 38: Pertemuan Singkat, Kenangan Panjang
40 Bab 39: Kebahagiaan di Hari Pernikahan
41 Bab 40: Harapan di Tengah Kehidupan Baru
42 Bab 41: Menatap Hari Esok
43 Bab 42: Perjalanan Cinta yang Tak Pernah Pudar
44 Bab 43: Kembalinya Masa Lalu
45 Bab 44: Keputusan Berat
46 Bab 45: Perpisahan yang Tidak Terduga
47 Bab 46: Duka yang Menyelimuti
48 Bab 47: Menghadapi Maya
49 Bab 48: Menghadapi Keputusan
50 Bab 49: Dukungan Sahabat
51 Bab 50: Cahaya di Tengah Kegelapan
52 Bab 51: Jalan Pulang yang Panjang
53 Bab 52: Momen Haru
54 Bab 53: Di Pondok Pesantren
55 Bab 54: Tamu
56 Bab 55: Syukuran di Pondok Pesantren
57 Bab 56: Dalam Dekapan Baitullah (Tamat)
Episodes

Updated 57 Episodes

1
Bab 1: Cahaya di Tengah Kerumitan
2
Bab 2: Patah dan Dilema
3
Bab 3: Antara Hati dan Tradisi
4
Bab 4: Jalan yang Terjal
5
Bab 5: Rasa yang Terpendam
6
Bab 6: Pilihan di Ujung Jalan
7
Bab 7: Titik Temu di Persimpangan
8
Bab 8: Gemuruh di Balik Pintu
9
Bab 9: Langkah di Atas Api
10
Bab 10: Langkah di Persimpangan
11
Bab 11: Atap Dalam Kebisuan
12
Bab 12: Langkah Baru
13
Bab 13: Jalan yang Tak Terduga
14
Bab 14: Titik Balik
15
Bab 15: Keteguhan Hati
16
Bab 16: Ketulusan di Tengah Badai
17
Novel: Jodoh Jalur Ummi
18
Bab 17: Ombak di Tengah Layar
19
Bab 18: Badai di Tengah Tenang
20
Bab 19: Titik Balik
21
Bab 20: Menentukan Hari Bahagia
22
Bab 21: Langkah Awal Menuju Mimpi
23
Bab 22: Hari yang Ditunggu
24
Bab 23: Menapak Jejak Baru
25
Bab 24: Memperkuat Ikatan
26
Bab 25: Keindahan Cinta dalam Setiap Langkah
27
Bab 26: Kejutan-kejutan Kehamilan Zahra
28
Bab 27: Kejutan-kejutan Zahra yang Manis
29
Bab 28: Kegembiraan dan Tantangan Baru
30
Bab 29: Ketegangan Menjelang Kelahiran
31
Bab 30: Kelahiran yang Dinanti
32
Bab 31: Menapaki Langkah Baru
33
Bab 32: Cinta yang Tumbuh di Pesantren
34
Bab 33: Merawat Zafran dengan Cinta
35
Bab 34: Langkah Baru Bersama Zafran
36
Bab 35: Taman Kota
37
Bab 36: Kabar Duka
38
Bab 37: Langkah Baru Zahra
39
Bab 38: Pertemuan Singkat, Kenangan Panjang
40
Bab 39: Kebahagiaan di Hari Pernikahan
41
Bab 40: Harapan di Tengah Kehidupan Baru
42
Bab 41: Menatap Hari Esok
43
Bab 42: Perjalanan Cinta yang Tak Pernah Pudar
44
Bab 43: Kembalinya Masa Lalu
45
Bab 44: Keputusan Berat
46
Bab 45: Perpisahan yang Tidak Terduga
47
Bab 46: Duka yang Menyelimuti
48
Bab 47: Menghadapi Maya
49
Bab 48: Menghadapi Keputusan
50
Bab 49: Dukungan Sahabat
51
Bab 50: Cahaya di Tengah Kegelapan
52
Bab 51: Jalan Pulang yang Panjang
53
Bab 52: Momen Haru
54
Bab 53: Di Pondok Pesantren
55
Bab 54: Tamu
56
Bab 55: Syukuran di Pondok Pesantren
57
Bab 56: Dalam Dekapan Baitullah (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!