Bab 4: Jalan yang Terjal

Abi Idris tidak langsung memberikan keputusan setelah percakapannya dengan Zidan malam itu. Ia lebih banyak merenung di ruang kerjanya, memikirkan jalan terbaik untuk menyelamatkan nama baik keluarga sekaligus menjaga kebahagiaan anaknya. Sebagai seorang kiai, ia memahami pentingnya menjaga hubungan baik dengan Kiai Mahfud. Tapi sebagai seorang ayah, ia juga tidak ingin memaksa putranya menjalani pernikahan tanpa cinta.

Keesokan harinya, saat sarapan, Ummi Halimah menyadari bahwa suaminya tampak lebih pendiam dari biasanya. Ia meletakkan cangkir tehnya dengan perlahan, menatap wajah Abi yang penuh dengan kerut kekhawatiran.

“Ada apa, Abi?” tanya Ummi lembut.

Abi Idris menghela napas, lalu menjelaskan percakapannya dengan Zidan malam sebelumnya. Mata Ummi membesar sejenak, tetapi ia tidak langsung berbicara. Ia tahu Zidan anak yang bijak, meskipun terkadang sulit dibaca.

“Menurut Ummi, apa yang harus kita lakukan?” tanya Abi akhirnya.

Ummi tersenyum tipis, berusaha menenangkan suaminya. “Abi, Zidan sudah cukup dewasa untuk memahami konsekuensi dari pilihannya. Kalau hatinya memang tidak untuk nak Maya, memaksa mereka menikah hanya akan menyakiti semua pihak.”

“Tapi hubungan kita dengan Kiai Mahfud?” Abi Idris terdengar cemas.

“Kiai Mahfud adalah orang yang bijaksana. Jika kita bicara dengan baik-baik, insya Allah beliau akan memahami,” jawab Ummi.

Abi Idris mengangguk, meskipun raut wajahnya masih menunjukkan keraguan.

Sementara itu, di pesantren, Zahra mulai merasa ada sesuatu yang berubah. Beberapa santriwati mulai berbisik-bisik setiap kali ia lewat. Ia tidak tahu apa yang sedang dibicarakan, tetapi hatinya mulai gelisah.

Saat istirahat siang, Zahra memutuskan untuk berbicara dengan Ustazah Nisa, salah satu pengajar yang sangat ia hormati.

“Ustazah, apakah ada sesuatu yang terjadi belakangan ini?” tanya Zahra hati-hati.

Ustazah Nisa menatapnya dengan senyum lembut, tetapi ada sedikit keraguan di matanya. “Kenapa kamu bertanya begitu, Zahra?”

“Saya merasa… banyak santriwati yang mulai membicarakan saya. Saya tidak tahu kenapa,” jawab Zahra jujur.

Ustazah Nisa terdiam sejenak, lalu berkata, “Zahra, kamu adalah santriwati yang cerdas dan berbakat. Wajar jika banyak orang memperhatikanmu. Tapi kalaupun ada yang membicarakan hal yang tidak baik, abaikan saja. Fokuslah pada niatmu untuk belajar.”

Zahra mengangguk, meskipun jawaban itu tidak sepenuhnya memuaskan rasa penasarannya.

Di tempat lain, Ning Maya duduk sendirian di taman belakang rumahnya. Ia baru saja berbicara dengan ibunya yang mencoba meyakinkan bahwa Gus Zidan hanya butuh waktu untuk menerima perjodohan ini.

“Maya, laki-laki memang sering ragu di awal. Tapi begitu menikah, mereka akan berubah,” kata ibunya tadi pagi.

Tapi Maya tidak yakin. Ia merasakan ada sesuatu yang berbeda dalam sikap Zidan. Bukan hanya keraguan, melainkan jarak yang tidak pernah ia tembus.

Sebuah pesan masuk ke ponselnya. Dari nomor yang tidak dikenal.

"Maya, hati-hati dengan Zahra. Dia mungkin terlihat polos, tapi dia tahu cara merebut hati Gus Zidan."

Maya membaca pesan itu dengan dahi berkerut. Siapa yang mengirim pesan ini? Dan apa maksudnya?

Hari itu, Abi Idris memanggil Zidan ke ruangannya. Zidan duduk dengan gugup, tetapi ia berusaha terlihat tenang.

“Zidan, Abi sudah memikirkan apa yang kamu katakan,” ujar Abi.

Zidan menatap ayahnya dengan penuh harap.

“Abi tidak akan memaksamu menikah dengan Maya jika hatimu memang tidak untuknya,” lanjut Abi. “Tapi kamu harus siap menghadapi konsekuensi dari pilihanmu. Tidak hanya dari keluarga Maya, tetapi juga dari lingkungan pesantren ini.”

“Terima kasih, Abi,” ujar Zidan dengan suara penuh kelegaan.

“Tapi, Zidan,” Abi melanjutkan, “Abi ingin kamu memastikan bahwa Zahra adalah orang yang tepat. Jangan sampai keputusan ini hanya berdasarkan emosi sesaat.”

“Saya paham, Abi,” jawab Zidan yakin.

Di pesantren, desas-desus tentang kedekatan Zidan dan Zahra mulai menyebar semakin luas. Zahra merasa tertekan dengan semua bisikan yang ia dengar, tetapi ia tidak tahu harus berbuat apa.

Suatu sore, ia mendapati Zidan sedang berjalan menuju masjid. Zahra ragu-ragu sejenak, tetapi akhirnya memberanikan diri menghampirinya.

“Gus Zidan,” panggil Zahra pelan.

Zidan berhenti dan menoleh. Wajahnya terlihat lelah, tetapi ia tersenyum ketika melihat Zahra. “Ada apa, Zahra?”

“Maaf, Gus. Saya hanya ingin bertanya… apakah ada sesuatu yang terjadi belakangan ini? Saya merasa banyak santriwati yang mulai membicarakan saya,” ujar Zahra dengan suara gemetar.

Zidan terdiam sejenak. Ia tahu apa yang sedang terjadi, tetapi ia tidak ingin Zahra merasa terbebani.

“Jangan khawatir, Zahra. Semua itu hanya omongan orang yang tidak penting. Fokus saja pada belajar,” jawab Zidan akhirnya.

“Tapi, Gus...”

“Zahra,” Zidan memotong dengan suara lembut tetapi tegas. “Kalau kamu merasa tertekan, bicaralah dengan Ustazah Nisa atau Ummi. Mereka akan membantumu.”

Zahra mengangguk, meskipun hatinya masih penuh dengan pertanyaan.

Malam itu, Zahra berdoa lebih lama dari biasanya. Ia memohon petunjuk kepada Allah, berharap semua kegelisahannya segera berakhir.

Di tempat lain, Zidan juga merenung. Ia tahu perasaannya kepada Zahra semakin kuat, tetapi ia juga menyadari bahwa jalannya tidak akan mudah.

Abi Idris, yang diam-diam memperhatikan putranya dari kejauhan, menghela napas. Ia tahu bahwa Zidan sedang menghadapi ujian besar dalam hidupnya. Sebagai ayah, ia hanya bisa berdoa agar anaknya diberikan kekuatan untuk membuat keputusan yang benar.

Pada bab ini semakin menyoroti tekanan yang dirasakan oleh Zidan dan Zahra di tengah rumor yang mulai berkembang. Meskipun Abi Idris telah memberi lampu hijau kepada Zidan, perjalanan menuju kebahagiaan mereka masih penuh dengan rintangan. Akankah cinta mereka mampu bertahan menghadapi segala tantangan?

To Be Continued...

Episodes
1 Bab 1: Cahaya di Tengah Kerumitan
2 Bab 2: Patah dan Dilema
3 Bab 3: Antara Hati dan Tradisi
4 Bab 4: Jalan yang Terjal
5 Bab 5: Rasa yang Terpendam
6 Bab 6: Pilihan di Ujung Jalan
7 Bab 7: Titik Temu di Persimpangan
8 Bab 8: Gemuruh di Balik Pintu
9 Bab 9: Langkah di Atas Api
10 Bab 10: Langkah di Persimpangan
11 Bab 11: Atap Dalam Kebisuan
12 Bab 12: Langkah Baru
13 Bab 13: Jalan yang Tak Terduga
14 Bab 14: Titik Balik
15 Bab 15: Keteguhan Hati
16 Bab 16: Ketulusan di Tengah Badai
17 Novel: Jodoh Jalur Ummi
18 Bab 17: Ombak di Tengah Layar
19 Bab 18: Badai di Tengah Tenang
20 Bab 19: Titik Balik
21 Bab 20: Menentukan Hari Bahagia
22 Bab 21: Langkah Awal Menuju Mimpi
23 Bab 22: Hari yang Ditunggu
24 Bab 23: Menapak Jejak Baru
25 Bab 24: Memperkuat Ikatan
26 Bab 25: Keindahan Cinta dalam Setiap Langkah
27 Bab 26: Kejutan-kejutan Kehamilan Zahra
28 Bab 27: Kejutan-kejutan Zahra yang Manis
29 Bab 28: Kegembiraan dan Tantangan Baru
30 Bab 29: Ketegangan Menjelang Kelahiran
31 Bab 30: Kelahiran yang Dinanti
32 Bab 31: Menapaki Langkah Baru
33 Bab 32: Cinta yang Tumbuh di Pesantren
34 Bab 33: Merawat Zafran dengan Cinta
35 Bab 34: Langkah Baru Bersama Zafran
36 Bab 35: Taman Kota
37 Bab 36: Kabar Duka
38 Bab 37: Langkah Baru Zahra
39 Bab 38: Pertemuan Singkat, Kenangan Panjang
40 Bab 39: Kebahagiaan di Hari Pernikahan
41 Bab 40: Harapan di Tengah Kehidupan Baru
42 Bab 41: Menatap Hari Esok
43 Bab 42: Perjalanan Cinta yang Tak Pernah Pudar
44 Bab 43: Kembalinya Masa Lalu
45 Bab 44: Keputusan Berat
46 Bab 45: Perpisahan yang Tidak Terduga
47 Bab 46: Duka yang Menyelimuti
48 Bab 47: Menghadapi Maya
49 Bab 48: Menghadapi Keputusan
50 Bab 49: Dukungan Sahabat
51 Bab 50: Cahaya di Tengah Kegelapan
52 Bab 51: Jalan Pulang yang Panjang
53 Bab 52: Momen Haru
54 Bab 53: Di Pondok Pesantren
55 Bab 54: Tamu
56 Bab 55: Syukuran di Pondok Pesantren
57 Bab 56: Dalam Dekapan Baitullah (Tamat)
Episodes

Updated 57 Episodes

1
Bab 1: Cahaya di Tengah Kerumitan
2
Bab 2: Patah dan Dilema
3
Bab 3: Antara Hati dan Tradisi
4
Bab 4: Jalan yang Terjal
5
Bab 5: Rasa yang Terpendam
6
Bab 6: Pilihan di Ujung Jalan
7
Bab 7: Titik Temu di Persimpangan
8
Bab 8: Gemuruh di Balik Pintu
9
Bab 9: Langkah di Atas Api
10
Bab 10: Langkah di Persimpangan
11
Bab 11: Atap Dalam Kebisuan
12
Bab 12: Langkah Baru
13
Bab 13: Jalan yang Tak Terduga
14
Bab 14: Titik Balik
15
Bab 15: Keteguhan Hati
16
Bab 16: Ketulusan di Tengah Badai
17
Novel: Jodoh Jalur Ummi
18
Bab 17: Ombak di Tengah Layar
19
Bab 18: Badai di Tengah Tenang
20
Bab 19: Titik Balik
21
Bab 20: Menentukan Hari Bahagia
22
Bab 21: Langkah Awal Menuju Mimpi
23
Bab 22: Hari yang Ditunggu
24
Bab 23: Menapak Jejak Baru
25
Bab 24: Memperkuat Ikatan
26
Bab 25: Keindahan Cinta dalam Setiap Langkah
27
Bab 26: Kejutan-kejutan Kehamilan Zahra
28
Bab 27: Kejutan-kejutan Zahra yang Manis
29
Bab 28: Kegembiraan dan Tantangan Baru
30
Bab 29: Ketegangan Menjelang Kelahiran
31
Bab 30: Kelahiran yang Dinanti
32
Bab 31: Menapaki Langkah Baru
33
Bab 32: Cinta yang Tumbuh di Pesantren
34
Bab 33: Merawat Zafran dengan Cinta
35
Bab 34: Langkah Baru Bersama Zafran
36
Bab 35: Taman Kota
37
Bab 36: Kabar Duka
38
Bab 37: Langkah Baru Zahra
39
Bab 38: Pertemuan Singkat, Kenangan Panjang
40
Bab 39: Kebahagiaan di Hari Pernikahan
41
Bab 40: Harapan di Tengah Kehidupan Baru
42
Bab 41: Menatap Hari Esok
43
Bab 42: Perjalanan Cinta yang Tak Pernah Pudar
44
Bab 43: Kembalinya Masa Lalu
45
Bab 44: Keputusan Berat
46
Bab 45: Perpisahan yang Tidak Terduga
47
Bab 46: Duka yang Menyelimuti
48
Bab 47: Menghadapi Maya
49
Bab 48: Menghadapi Keputusan
50
Bab 49: Dukungan Sahabat
51
Bab 50: Cahaya di Tengah Kegelapan
52
Bab 51: Jalan Pulang yang Panjang
53
Bab 52: Momen Haru
54
Bab 53: Di Pondok Pesantren
55
Bab 54: Tamu
56
Bab 55: Syukuran di Pondok Pesantren
57
Bab 56: Dalam Dekapan Baitullah (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!