Keesokan harinya....
Wita memasuki gerbang sekolah dengan Nawa tapi hanya Nawa yang terlihat semangat, Wita juga semangat namun terlihat dari wajahnya ia begitu lemas karena penasaran dari tadi Nawa akhirnya bertanya
"Wit kamu kenapa? Wajahmu lemas banget kaya gitu," tanya Nawa.
"Hmm, tadi malam aku susah tidur Wa kamu tau aku tadi malam tidur jam 3 subuh," kata Wita berusaha semangat.
"Loh kok bisa Wit?" tanya Nawa lagi.
"Lah kamukan tau kalau aku ini memang sering mengalami susah tidur," jawab Wita lagi.
"Iya Wit tapi setahuku selama ini kalau kamu susah tidur itukan paling lama jam 12 malam, ini kamu tidur sampai jam 3 subuh pasti ini ada yang dipikirin deh," kata Nawa dengan tebakan yang tepat.
"Eh iya, sebenarnya memang ada sih yang aku pikirin aku keingetan terus soal kerja kelompok yang kemarin kamu tahu untuk pertamakali aku seneng banget bisa sosialisasi sama pria terutama sama dia. Gimana aku mau lupa, kan kamu tau aku orangnya baperan. Hah!! Rasanya aku kayak orang gila tadi malam mejamin mata keinget lagi terus aku senyum-senyum gak jelas, jujur aja Wa aku malu kalo keinget rasanya kalau bisa aku mau lempar mukaku ini malu banget aku Wa," kata Wita mencurahkan seluruh isi pikirannya pada Nawa dengan ekspresi yang tidak bisa dijelaskan.
"Kamu ini Wit ada-ada aja deh, mikirin dia sampai kayak gitu," kata Nawa sambil tersenyum.
"Sebenernya bukan dia aja sih yang kupikirin ada yang lain juga tapi sudahlah aku males bahas itu lagi. Nanti ntar malem, gak bisa tidur lagi jadinya," kata Wita menghentikan pembahasannya itu.
Kemudian Nawa hanya tersenyum melihat kelakuan sahabatnya itu dan membicarakan hal yang lain dan pergi menuju kelas sambil bergandengan tangan sambil sesekali tertawa bersama karena pembicaraan mereka.
Tepat ketika sampai di kelas bel masuk pun berbunyi.
Saat pelajaran di kelas berlangsung sesekali Wita menguap tetapi ia berusaha tahan sehingga matanya sedikit berair tapi tidak diketahui oleh guru yang sedang menjelaskan di depan. Wita duduk dibarisan nomor 3 paling ujung dan dekat jendela walupun yang duduk didekat jendela adalah Raka.
Ternyata orang yang berada di samping Wita sedang memerhatikannya, Wita menyadari akan hal itu.
Sebenarnya dia sangat malu kalau diperhatikan begitu tapi mau di apa dia sungguh mengantuk saat ini di tambah lagi guru yang mengajarinya saat ini seolah-olah membacakan dongeng untuk dia tidur.
"Lo kenapa? Apa lo ngantuk?" tanya Raka bertanya pelan.
Wita yang di tanya begitu hanya menatap bingung baperannya kambuh saat ini hatinya memanas seandainya dia tidak bisa mengendalikan diri pasti saat ini dia akan membuat hal yang memalukan.
Wita memang berbeda dengan gadis lain dimana semua gadis mukanya akan memerah bila merasa diperhatikan cowok tapi Wita berbeda dia hanya mengeluarkan keringat seolah-olah sedang kepanasan dan tepat saat ini keringat Wita mengucur dengan deras.
"Hello, kenapa? Kok ngelamun dan sekarang keringetan lagi, apa lo kepanasan?" tanya Raka.
"Eh, iya panas (kemudian ia mengambil sapu tangannya kemudian megelap keringatnya), sebenarnya bener katamu aku ngantuk, karena tadi malam aku susah tidur," lanjut Wita dengan senyum polosnya.
"Kenapa lo susah tidur?" tanya Raka lagi.
"Memang biasanya aku mengalami kesulitan tidur itu sudah biasa dan itu kebiasaanku. Tapi tadi malam susah banget tidur nyenyak," kata Wita canggung hatinya saat ini benar-benar memanas tak pernah ia mendapat perhatian seperti itu ditambah lagi cowoknya ganteng pula.
"Apa sudah lama? Apa sudah pernah periksa ke dokter?" tanya Raka sok perhatian lagi.
"Se-sebenarnya aku belum pernah periksa ke dokter, lagipula menurutku itu hal biasa," ucap Wita agak tergagap.
Lagi pulakan kalau aku susah tidur ada yang kupikirin beda dengan orang susah tidur gara-gara penyakit. Lagian ini kan gara-gara kerja kelompok kemarin aku gak bisa lupa kejadian-kejadian apa yang telah terjadi kemarin sebenarnya itu yang buat aku susah tidur. Batin Wita menjelaskan.
"Oh begitu ya tapi sebaiknya lo harus periksa ke dokter deh, oh iya istirahat nanti lo mau ke kantin bareng gak." ajak Raka.
Sedangkan yang di tanya saat ini sedang menahan perasaannya bukan main. Namun hanya tampak sedikit karena ia bisa menyembunyikan perasaan itu kalau seandainya dia seperti gadis lainnya mungkin saat ini mukanya semerah tomat.
"Ta-tapi..." ucap Wita terpotong.
"Masa lo nolak sih, kan gue anak baru disini jadi gak bakalan kenal tempat banget," ucap Raka sok lugu.
Kriiinggggg......
Bel istirahat pun berbunyi semua anak keluar kelas setelah guru memberi salam untuk mengakhiri pelajaran.
Setelah membereskan buku Wita langsung berdiri dari kursinya.
"Ma-maaf tapi aku sudah janji dengan sahabatku jadi aku gak bisa nemenin kamu, lebih baik kamu cari orang lain kan banyak cowok di kelas ini. Kamu jangan sama aku, ntar orang salah sangka lagi. Nanti jadi masalah dan aku gak mau punya masalah atau tidak kamu cari orang lain yang mau nemenin kamu soalnya aku sama Nawa sudah bawa bekal," kata Wita mengambil bekalnya dan meninggalkan Raka.
Kemudian Wita mendatangi Nawa lalu membawanya keluar kelas bersama untuk makan siang.
Hah rasanya jantungku mau copot aku gugup banget, aku gak boleh kepincut sama dia biar pun dia tampan dan kayaknya dia cuma mau mempermainkan aku. Hah!! Malunya. Batin Wita.
"Eh Wit kenapa kamu keringetan kayak gitu dan kenapa lagi tanganmu dingin kayak gini? Apa jangan-jangan kamu-." ucapan Nawa keburu dipotong Wita.
"Gini Wa entah perasaan atau apa tapi yang jelas tadi Raka kayak sok perhatian gitu Wa sama aku, aku malu trus tuh dia juga ngajakin aku ke kantin sama dia dan aku menolak," kata Wita salah tingkah.
"Apa jangan-jangan dia suka sama kamu lagi Wit? Ciee!!" tanya Nawa menggoda Wita.
"Mana mungkinlah Wa, yang pasti aku bakalan berusaha untuk gak suka sama dia, aku merasa kalau dia cuma mau mainin perasaan aku." kata Wita menjelaskan.
"Denger yah Wita, cinta itu buta. Kalau dia mau deketin kamu biarin aja, kan kamu katanya mau move on. Lagi pula diakan ganteng dan kamu gak boleh so uzon," ucap Nawa meceramahi Wita
"Iya Wa aku tau tapi... Justru karena dia tampanlah yang menjadi masalahnya, kebanyakan dari orang seperti mereka itu cuma modus apalagi sama cewek kayak aku yang bisa di bilang biasa aja,"
"Aku takut kalau dia cuma mempermainkanku, aku bukan orang bodoh yang percaya gitu aja, aku sudah terbiasa dengan keadaanku yang mudah tertarik dengan pria ini, belum lagi Wa aku takut kalau suatu saat akan sakit hati dan membuat aku terpuruk."
"Seperti katamu Wa aku akan biarin dia dekat denganku tapi aku juga berusaha sekuat hatiku gak akan tertarik sama dia, belum lagi kamu sadar gak Elda aja cewek cantik di kelas kita aja yang berusaha dapetin hatinya Raka gak pernah dia hirauin," kata Wita berucap panjang lebar.
"Terserah kamu aja sih Wit tapi gimana kamu tau kalau Elda suka sama Raka?" tanya Nawa.
"Aku melihat dari ekspresi Elda saat kerja kelompok kemarin terlihat jelas kalau dia itu suka sama Raka belum lagi dia seneng banget deket-deket sama Raka, pernah ketika itu aku ingin bertanya sama Raka."
"Tatapan mata Elda mengatakan jangan dekati dia dan akupun yah gak jadi deh nanya sama Raka, padahalkan aku bener-bener cuma niat mau nanya."
"Dan setelah itu berusaha mati-matian nahanin jantungku yang dag-dig-dug tidak karuan buat nanya sama Dava tapi tetap saja Elda kayak gak suka saat aku nanya sama Dava."
"Tapi sudahlah Wa gak usah gosipin orang mungkin itu cuma prasangka burukku," kata Wita merasa bersalah menyadari ia telah menceritakan keburukan seseorang.
"Ih cewek itu mentang-mentang cantik jadi belagu dan sok berkuasa gimana di antara keduanya mau tertarik sama dia kalau sikapnya kayak gitu gak bisa milih salah satu, serakah amat," kata Nawa jengkel.
Wita yang mendengar hal itu hanya mengangkat bahu kalau dia malas melanjutkan perbincangan mereka itu.
"Kalau gitu ayo kita makan siang, aku udah laper nih," kata Wita memegang perutnya.
"Ayo!" ajak Nawa kemudian ia membuka kotak bekal makan siangnya.
"Kamu bawa apa?" tanya Wita.
"Aku bawa kue bolu asli buatanku sendiri, kamu?" jawab Nawa serta balik bertanya.
"Aku bawa nasi goreng dan aku buat sendiri juga," kata Wita kemudian mereka saling mencicipi masakan buatan mereka.
"Wah kayaknya keahlianmu membuat kue hebat banget yah, kue buatanmu rasanya enak." puji Wita.
"Hehe, aku hanya sering membuatnya ngomong-ngomong nasi gorengmu enak juga rasanya aku pengen belajar dari kamu untuk membuatnya," kata Nawa.
"Kalau gitu kita tentuin harinya aja buat belajar masak bareng, gimana?" tanya Wita.
"Oke," jawab Nawa mengangguk kemudian melanjutkan makannya.
"Eh Wa kamu tahu gak anime kesukaan kita ada cerita barunya aku udah tau loh kisahnya," ucap Wita tersenyum senang setelah selesai makan siang.
"Hah masa? Ih aku belum dapat kabarnya tau, kamu ceritain deh, aku penasaran," kata Nawa antusias dan sangat ingin tahu.
"Begini ceritanya......bla bla bla~~~
Dan akhirnya dia ngalahin musuhnya dengan sisa kekuatan yang dia miliki. Gimana seru kalau kamu mau tau lagi katanya itu bakalan ada serial animenya dan bukan hanya cerita komiknya aja," kata Wita antusias.
"Beneran nih. Kalau gitu aku bakalan cari CDnya deh," senyum Nawa mengembang.
"Nanti kalau kamu sudah punya CDnya aku bakalan pergi kerumahmu, aku nonton disana yah!!" kata Wita.
"Oke!!" ucap Nawa mengancungkan jempol.
"Yey!!" girang Wita karena diizinkan.
Inilah kisah yang paling banyak mereka berdua ceritakan bila bertemu dimana semua gadis remaja sibuk bicara tentang masalah pacar mereka, tetapi mereka berdua tidak lebih seperti masih anak SD yang sangat tertarik dengan anime ditambah lagi anime yang mereka sukai sebagian besar penggemarnya adalah laki-laki.
Terkadang dimana para gadis baper akan kisah cinta drama korea tetapi mereka akan baper dikisah cinta anime.
Bel masuk pun akhirnya berbunyi seluruh siswa siswi pun memasuki kelas mereka masing-masing.
"Lo dari mana?" tanya Raka.
"Eh aku, aku dari belakang sekolah sama Nawa," jawab Wita sambil menetralkan perasaan dan dia mulai sedikit terbiasa ketika berbicara dengan Raka.
"Mau gak nanti kita pulangnya bareng-bareng," ajak Raka dan membuat Wita sedikit tercegang.
"Eh iya ayo, lagi pula rumah kita searah. Nanti juga aku pulang sama-sama Nawa jadi rame deh kamu gak bawa kendaraankan?"
"Nggak," jawab Raka.
"Baguslah, ayo kita pulang bareng!!" ucap Wita semangat karena baginya ia mendapat teman baru walaupun ia tidak tau tujuan sebenarnya dari Raka.
Kemudian guru di kelas itu memasuki ruang kelasnya saat ini pelajaran bahasa Inggris dan pelajaran yang paling tidak Wita mengerti karena Wita sangat lemah di pelajaran bahasa Inggris.
Setelah guru menerangkan, guru itu pun memberi soal untuk langsung dikumpulkan hari itu juga. Wita kebingungan, biasanya ia akan berdiskusi dengan Nawa, tetapi kali ini Nawa tidak berada disampingnya.
Raka saat ini mengetahui kalau Wita sedang kebingungan.
"Lo kenapa? Apa lo gak ngerti, padahalkan soalnya mudah," ucap Raka kepada Wita.
"Mudah bagimu, sulit bagiku." ucap Wita dan membuat Raka kehabisan kata-kata.
Wita tetap bersikeras ingin mengerjakan tugas itu sendiri dan berhasil mengerjakan beberapa tugas, itu pun ia sudah beberapa kali membolak-balik kamus yang saat ini ia pegang sedangkan Raka ia sudah selesai dari tadi.
"Akhhh!" frustasi Wita karena tidak juga dapat jawabannya.
"Yakin lo bisa sendiri?" tanya Raka dan Wita menatap Raka dengan tampang frustasinya dan Wita kemudian menghadap buku tulisnya lagi berusaha konsentrasi.
"Anak-anak waktu kalian tinggal 15 menit lagi," ucap guru kelas itu dan malah membuat Wita tambah frustasi.
"Sini biar gue bantu," tawar Raka ingin membantu Wita.
"Beneran?" tanya Wita dan Raka mengangguk mengiyakan dan ketika itu Raka menjelaskan dan Wita pun akhirnya mengerti .
Wita adalah orang yang cepat paham pada penjelasan yang jelas dan karena itu ia dapat menyelesaikan tugasnya dengan cepat.
"Yey! akhirnya selesai juga, terimakasih Raka atas bantuanmu," ucap Wita dan Raka hanya menatapnya datar.
"Apa lo memang selalu kayak gini sulit mengerti?" tanya Raka.
"Sebenarnya aku cuma susah mengerti di pelajaran ini aja selebihnya enggak ada masalah," jelas Wita.
"Lo gak pernah ikut les bahasa Inggris gitu?" tanya Raka dan Wita menggeleng kemudian Raka mengangguk paham.
"Kalau begitu jika ada waktu gue ajarin lo bahasa Inggris," ucap Raka.
"Beneran?" tanya Wita dan Raka mengangguk.
"Oke, waktu habis semua tugas harap dikumpul," ucap guru di kelas itu dan semuanya pun mengumpulkan tugasnya.
Bel pulang sekolah pun akhirnya berbunyi mereka pulang saat kelas sudah sunyi karena kata Raka bakalan repot kalau orang tau dia pulang bersama Wita dan Nawa.
Akhirnya Wita menyetujui hal itu dan memberitahukan kepada Nawa ketika Nawa mengajaknya pulang.
Ketika di perjalanan pulang mereka bertiga saling beriringan dan berbincang, namun sebenarnya yang berbincang hanya Nawa dan Wita mereka berdua seolah tidak perduli dengan Raka.
"Ekhm! Ekhm! Apakah kalian lupa kalau ada orang selain kalian disini," kata Raka merasa terkacangi.
"Hehe maaf kami lupa," kata Nawa karena disaat seperti inilah Wita tidak akan dekat dengan pria ia lebih memilih berada di kanan Nawa dan Raka berada di kiri Nawa dan tidak akan berbicara sepatah kata apapun karena itu memang kebiasaan Wita saat berada disisi Nawa ketika ada pria ia hanya akan membiarkan Nawa yang berbicara karena katanya dia malu dan Nawa tahu akan hal itu.
Namun saat itu Wita bertindak ceroboh karena terlalu asik bercanda dengan Nawa ia berjalan ke tengah jalan dan tanpa ia sadari kalau ada motor yang melaju ke arahnya, dengan sigap Raka langsung menarik tangan Wita dan Wita membentur dada bidang Raka saat itu Wita kaget bukan main karena ia baru pertamakali melakukan hal semacam itu berada di dada bidang milik seorang pria otomatis tubuh Wita menjauh dan memaksa Raka melepaskan tangan yang memegang Wita.
"Lo kalau jalan hati-hati, mulai sekarang lo jangan pernah lagi bercanda di tengah jalan kalau kenapa-napa bisa repot," kata Raka dia benar-benar khawatir.
"Ma-maaf aku tidak akan lakukan itu lagi janji," kata Wita mengangkat kedua jarinya dengan simbol v kemudian tersenyum penuh arti.
Nawa yang melihat kejadian itu langsung memeluk Wita karena khawatir bukan main.
"Wit, kamu gak papakan? Hampir saja kamu celaka gara-gara aku maafin aku yah Wit," kata Nawa penuh penyesalan.
"Ya ampun Wa gak perlu segitunya juga kali. Ini tuh bukan kesalahan kamu tadi itu aku yang ceroboh, lihat sekarang aku gak papakan," kata Wita dengan senyum tulus sebenarnya Nawa tahu kalau Wita sebenarnya syok dan kaget tapi begitulah Wita dia tidak bisa marah dengan orang terdekatnya kalaupun itu marah paling cuma sebentar.
Hhh, kenapa gue begitu khawatir tadi sama dia yah? Tapi bener gila nih cewek apa gak marah. Dia kan tadi hampir celaka gara-gara temannya gak sayang nyawa apa. Batin Raka berucap.
"Makasih yah Ka kamu udah nolong sahabatku ini, kalau gak ada kamu gak tau deh kayak mana nasib Wita," kata Nawa tulus.
"Hmm sama-sama," kata Raka.
Akhirnya karena kejadian itu Wita di suruh jalan di pinggir dan sekarang berada di tengah dia dihimpit oleh dua orang yang dia anggap teman.
Segitu khawatirnya mereka, maaf teman-teman aku membuat kalian jadi khawatir. Batinnya berucap merasa bersalah.
Dan karena kejadian itu tidak ada perbincangan sama sekali setelah itu karena Wita sudah janji tidak akan bercanda di jalanan lagi.
Kemudian sampailah di persimpangan jalan ke rumah Nawa.
"Wit kamu harus hati-hati yah! Kamu Raka jagain sahabatku, jangan biarkan dia bersikap ceroboh." kemudian Nawa berbelok dan melambaikan tangan dan Wita membalas dengan senyuman penuh arti dan membalas lambainnya.
Tidak ada pembicaraan di antara keduanya mereka sibuk dengan pemikiran mereka masing-masing dan sampailah mereka di pertigaan yang akan memisahkan mereka.
"Lo bisa pulang sendirikan?" tanya Raka tulus.
"Bisa kok gak usah khawatir aku bakalan baik-baik aja, dah!" pamit Wita langsung berlari meninggalkan Raka karena ia tidak mau merepotkan lagi sedangkan Raka saat itu tersenyum simpul.
Apa perhatiannya nyata. Batin Wita diperjalanan pulangnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments