Pagi itu semua anak murid di kelas XI IPA 5 sibuk menggosip karena guru mata pelajaran mereka hari ini tidak masuk akibat sakit jadinya kelas itu menjadi ramai.
Semua siswa dan siswi di kelas itu sibuk membicarakan cerita masing-masing. Kecuali Wita dan Raka mereka sibuk dengan kesibukan mereka masing-masing.
Raka yang sedang membaca buku dengan memasang headset dikupingnya agar tidak mendengar keramaian kelas itu.
Wita yang sedang menenggelamkan kepalanya di meja berusaha untuk tidur karena tidak ada teman yang diajaknya untuk mengobrol.
Biasanya Wita di saat seperti ini selalu berbicara dengan Nawa tetapi karena pisah duduk akhirnya mereka tidak berbicara seperti biasanya lagi.
Nawa terlihat sedang berbicara dengan Ansal mereka tampaknya mulai akrab di tambah lagi dua orang yang duduk di belakang mereka juga ikut dalam perbincangan itu.
Wita adalah seorang gadis yang enggan berdiri dari kursinya ketika itu sudah waktunya jam pelajaran meskipun itu tidak ada guru ia tetap akan duduk di tempatnya tanpa berdiri kecuali ketika jam istirahat.
Serunya. Batin Wita hanya dapat memerhatikan Nawa yang sedang asik berbincang-bincang dengan temannya yang lain.
Sedangkan Raka ia sama sekali tidak perduli dengan sekitarnya ia benar-benar sibuk membaca buku yang tengah di pegangnya itu, ketenangannya mulai terusik ketika Wita menyenggol siku Raka dengan sikunya.
Wita saat ini tersentak kaget ia merasa bersalah karena mengganggu ketenangan Raka dan akhirnya ia menarik mejanya sedikit menjauh dari meja Raka.
Krieett! Bunyi seretan meja yang di tarik menjauh oleh Wita. Kemudian Wita melanjutkan tidurnya lagi tanpa menoleh ke arah Raka yang sedang menatapnya. Ia benar-benar merasa tidak enak hati.
Raka melepaskan headsetnya dan menutup bukunya.
"Wit, kenapa lo tarik mejanya menjauh?" tanya Raka di samping Wita dan Wita tersentak kaget bangun dan langsung menyenderkan dirinya di kursi.
"Ah, itu aku hanya gak mau ganggu konsentrasimu kamukan lagi baca buku tapi aku malah nyenggol kamu. Maaf yah," kata Wita gelagapan ia takut Raka merasa terganggu karenannya.
"Udalah gak papa, rapatkan lagi mejanya." suruh Raka pada Wita dan Wita entah bagaimana menurut saja.
Siswi-siswi penggosip di kelas itu mulai bergosip siapa lagi kalau bukan Rima, Diva dan Elda sambil menatap ke arah Raka dan Wita. Sedangkan yang ditatap tidak perduli sama sekali.
"Wit, kenapa lo gak ngumpul sama teman-teman lo?" tanya Raka.
"Gak papa, hanya malas." ucap Wita tapi tampak dari raut wajahnya dia berbohong.
Raka mengernyitkan dahinya,
"Tapikan biasanya lo selalu sama Nawa terus," kata Raka lagi.
"Gak papa biar aja Nawa berteman dengan yang lainnya sifat Nawa itu mudah akrab gak kayak aku, lagipula aku gak ada hak buat ngatur dia. Aku senang bisa liat dia berbaur kayak gitu sama orang-orang gak selalu kayak aku yang selalu .... Sendiri," kata Wita memperkecil suaranya dikata 'sendiri' nyaris tak terdengar oleh Raka
"Kenapa?" tanya Raka lagi ia masih tidak mengerti maksud Wita tentang penjelasannya barusan karena ia tidak tahu menahu masalah yang dihadapi gadis itu.
"Gak papa," kata Wita tersenyum ke arah Raka yang masih menyimpan banyak pertanyaan di kepalanya kemudian Wita mengalihkan pandangannya ke depan.
Kenapa aku bisa aja curhat sama cowok disampingku ini. Batin Wita bingung ia mulai terbiasa dekat dengan pria walaupun terkadang ia masih saja grogi.
"Memangnya kamu sendiri kenapa gak nyari teman?" tanya Wita asal walaupun sebenarnya dia tidak terlalu perduli dengan urusan orang lain dan tidak terlalu ingin tahu tapi entah kenapa ia penasaran karena ini berhubungan dengan dirinya juga.
"Ah, itu gue hanya gak suka bersosialisasi dengan orang lain," kata Raka beralasan.
"Oh gitu," kata Wita tidak menatap ke arah Raka.
Tidak suka bersosialisasi kenapa. Batin Wita bertanya tapi ia enggan bertanya dengan Raka secara langsung.
"Tapi kenapa mau berteman denganku aneh," gumam Wita dan yang didengar Raka hanyalah kata 'aneh'
"Apa maksud lo dengan kata 'aneh' itu?" tanya Raka pada Wita dan membuat Wita terkejut.
Apa dia dengar semuanya tadi gawat. Batin Wita panik.
Tiba-tiba Raka di serang oleh tiga orang gadis yang terkenal di kelasnya itu yang mulai ribut di samping Raka dan Wita bersyukur akan hal itu.
Kenapa yah rasanya ada yang Raka sembunyiin, trus perhatiannya selama ini itu ada yang ganjil, gak tulus atau apalah aku rasa semuanya bersifat negatif, apa cuma perasaanku aja yah. Batin Wita berbicara tentang penilaiannya pada Raka.
Ada yah cewek berisik kayak gini, tapi memang sih kebanyakan cewek itu berisik tapi. Batin Raka kemudian menatap ke arah Wita yang sedang sedikit menjauh menarik kursinya agar tidak mengganggu ketiga gadis itu.
Gak kayak cewek itu. Batin Raka melanjutkan kemudian Raka tersenyum dan ketiga cewek yang mengerumuni Raka langsung berteriak histeris karena melihat senyum Raka yang hampir tidak pernah mereka lihat.
"Wah Raka tersenyum untuk gue, kyaaa!" teriak Rima.
"Mana ada itu untuk gue," kata Elda.
"Ih itu untuk gue kali." ucap Diva tidak mau kalah.
"Berisik kalian! Gue gak ada senyum buat kalian, cepat pergi jangan ganggu gue!!" usir Raka sambil membentak dan bersikap dingin membuat ketiga wanita itu menciut takut dan menjauh dari tempat itu Wita juga kaget dan ingin meninggalkan tempat itu terserah mau ke mana yang jelas ia menjauh karena ia tidak suka melihat seseorang yang sedang marah di dekatnya. Ia tidak perduli akan sesuatu ketidaksukaannya meninggalkan kursi saat jam pelajarannya itu.
Semua mata tertuju ke meja Raka dan Raka membalas dengan tatapan tajam. Kemudian semua orang beraktivitas seperti sebelumnya seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
"Lo mau kemana?" tanya Raka kepada Wita yang ingin pergi dari tempat duduknya.
"A-aku gak suka melihat dan mengganggu orang yang sedang marah. Ja-jadi aku menjauh aja biar kamu gak marah lagi kamu kan gak mau diganggu," kata Wita gugup sebenarnya kata-kata itu terucap begitu saja karena terlalu grogi dan sedikit takut dengan ekspresi Raka itu.
"Lo sebaiknya duduk aja lagi, tetap di situ menurut gue cuma lo cewek atau orang yang gak berisik di kelas ini, maaf membuat lo takut," kata Raka pada Wita datar dan lagi-lagi Wita menurut.
Kenapa aku harus nurut lagi sih. Batin Wita protes saat ini ada perasaan aneh yang melandanya.
Kenapa lagi ini, kok rasanya dadaku menghangat jangan-jangan baperan ku kambuh lagi nih, ah masa bodo. Batin Wita kemudian ia menelungkupkan kepalanya lagi ke atas meja dan berusaha untuk tidur tidak memperdulikan apa yang terjadi.
Kemudian Raka memasang headsetnya lagi dan melanjutkan acara membaca bukunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments