Terlihat seorang gadis sedang duduk di sebuah batang pohon di pinggir pantai, sedang menikmati hembusan angin pantai dan suara dentuman ombak.
Sebenarnya saat ini pikirannya juga melayang entah kemana. Gadis itu adalah Wita saat ini ia sedang bersantai sambil menikmati dunia khayalannya.
Wita membayangkan seorang pria tampan baik hati datang menghampirinya dengan penuh senyuman setelah itu mereka tertawa bahagia dan berjalan-jalan bersama di pantai itu. Membayangkannya saja Wita tahu jika itu mustahil.
"Hei, kenapa lo disini sendirian?" tanya seorang pria yang tiba-tiba berada di sampingnya dan membuat lamunan Wita buyar seketika karena terkejut.
Aku pikir mustahil, memang sih yang datang pria tampan tapi ini tidak memiliki ekspresi sama sekali. Batin Wita menoleh ke arah pria yang menyapanya dengan tampang datar. Dia adalah Raka.
"Aku pikir siapa, tapi aku disini itu bukan urusanmu," kata Wita ketus pada Raka dan membuat Raka mengernyit heran.
Kemudian Raka duduk di sebelah Wita dan sontak membuat Wita langsung bergeser sedikit menjauh dari Raka, ia merasa risih tidak nyaman jika terlalu dekat dengan pria.
"Dan kamu, kenapa kamu ada disini?" tanya Wita.
"Bukan urusan lo," kata Raka datar membalas ucapan Wita barusan dan membuat Wita sedikit kesal.
Ia membalasku wah ternyata dia pendendam. Batin Wita berucap sambil menatap Raka heran.
Tak lama Wita merasa jengah karena hanya duduk berdua dengan Raka akhirnya Wita berniat pergi meninggalkan Raka.
"Lo mau kemana?" tanya Raka tidak ingin Wita meninggalkannya.
"Pulang," jawab Wita sekenanya kemudian membalikkan tubuhnya dan ingin meninggalkan Raka tapi tiba-tiba ada yang menarik lengan Wita dan Wita meronta ingin melepaskan cengkraman Raka karena ia tidak suka di sentuh pria tapi usahanya gagal.
"Raka lepas aku mau pulang dan jangan pegang-pegang tanganku," kata Wita dingin saat ini ia menahan emosinya karena Raka tidak mau melepaskan tangan Wita.
"Temani gue jalan-jalan di pantai ini," kata Raka dan membuat Wita melongo bingung.
"Kalau lo gak mau, gue gak bakalan lepasin tangan lo," kata Raka datar sebelum Wita sempat protes.
"Hhhh!! Baiklah-baiklah aku temanin kamu," ucap Wita menyerah.
"Tapi lepasin tanganku sekarang, kalau enggak kamu bakalan tau akibatnya," tegas Wita serius dengan ucapannya tapi Raka menganggapnya main-main dan malah mencengkramnya kuat tidak ingin melepaskan. Kesabaran Wita habis.
"Plak!!!" bunyi pukulan Wita pada tangan Raka.
"Buk!!" bunyi tendangan Wita pada kaki Raka.
"Tap!!" bunyi kaki Wita menginjak kaki Raka dan hasilnya cengkraman Raka terlepas.
"Itu akibatnya," kata Wita dingin.
"Oke, oke gue kalah. Please temani gue jalan-jalan," pinta Raka pada Wita dan akhirnya Wita menuruti Raka karena biar bagaimana pun ia merasa bersalah telah memukul Raka.
Kuat banget tenaganya ni cewek. Batin Raka mengelus tangannya yang di pukul Wita.
Kemudian Raka berjalan mendahului Wita. Katanya minta temenin tapi aku akhirnya ditinggal. Batin Wita heran dengan pria di depannya itu.
Nawa kamu kemana sih. Katanya mau kesini, seandainya kamu tau sekarang aku terjebak dengan cowok menyebalkan ini. Batin Wita menatap Raka.
.
.
.
Di tempat Nawa
Maaf Wit, aku gak bisa datang temuin kamu aku harus bantuin mamaku belanja. Batin Nawa terlihat ia sedang berada di samping ibunya membawa banyak barang belanjaan.
.
.
.
Di tempat Wita dan Raka...
Saat ini mereka berjalan di pinggir pantai lebih tepatnya Raka yang berjalan di pinggir pantai dan Wita saat ini sedang bermain gelombang di laut Wita melakukan hal itu karena dia tidak ingin dekat-dekat dengan Raka yang merupakan pria karena Wita enggan dekat dengan pria.
Kemudian Wita tidak sengaja menginjak lumpur yang dalamnya setengah tungkai bawah kakinya dan membuat celena panjangnya juga tenggelam.
"Aa!! Gimana ini," ucap nya panik sendiri kemudian tanpa basa basi Wita memasukan tangannya ke dalam lumpur itu untuk mengambil sandalnya yang terlepas karena tertarik oleh lumpur sehingga baju lengan panjangnya yang tidak sempat ia gulung akibat sangking paniknya terkena lumpur begitu juga dengan wajahnya yang sedikit terciprat lumpur.
Setelah berhasil mendapatkan sandalnya Wita buru-buru ke pinggir sambil menenteng sandalnya beserta pakaiannya yang sudah dipenuhi lumpur.
Raka yang melihat itu hanya meringis jijik .
"Jorok," kata Raka pada Wita dan membuat Wita menahan malu karena perkataan Raka barusan.
Tidak mau kalah dengan cacian Raka Wita pun membalas.
"Daripada kamu! Laki-laki aja baru kena lumpur kayak gini di bilang jorok. Padahal kalau dibersihin bekasnya juga gak ada lagi, lagi pula ini juga lumpur laut, gimana kalau kamu kubawain cacing bakalan lari deh kayaknya," balas Wita karena ucapan Raka barusan.
Kemudian tanpa memperdulikan ucapan Wita Raka mengambil sandal Wita yang penuh lumpur itu dan membersihkannya.
Wita malu sendiri dengan ucapannya barusan kenapa dia bisa jengkel dan membalas ucapan pria itu padahal sebelumnya bila ada pria yang berbicara padanya entah itu apa topiknya Wita tidak membalasnya tapi entah mengapa dengan pria ini dia bisa membalasnya, kata-kata itu terucap begitu saja dari mulutnya.
Kemudian ia merasakan sesuatu di dadanya .
Perasaan apa ini. Batin Wita. Apa jangan-jangan baperanku kumat, No..no...no. Batin Wita menolak.
"Dari pada lo ngelamun di situ lebih baik lo bersihin tuh baju kotor lo, apa lo gak gatel atau lo mau gue juga yang bersihin," tegur Raka sambil menggoda Wita yang sedang melamun dan membuat tubuh Wita menegang seketika seperti ada ribuan serangga yang berterbangan di perutnya dan dadanya.
"Aku bisa sendiri," kata Wita dingin pada Raka kemudian langsung menuju air tempat Raka membersihkan sandalnya dan kemudian ia membersihkan pakaiannya disitu sambil menggosok-gosok baju yang kotor ia berkata "Ka, maaf atas ucapan ku tadi." sesal Wita atas ucapannya.
"Hmm, udahlah gak papa," balas Raka datar seperti biasa.
"Wit," panggil Raka.
"Umm," balas Wita menoleh ke arah Raka tapi tangannya masih sibuk membersihkan lengan bajunya.
Saat itu Raka ingin menyentuh wajah Wita dan bodohnya Wita karena terkejut ia malah terduduk di air tempat mereka membersihkan bekas lumpur itu dan membuat celana yang Wita kenakan sekarang basah total.
Bodoh. Batin Wita merutuki kebodohannya itu.
Akhirnya Raka mengurunkan niatnya menyentuh wajah Wita karena ia tahu Wita terkejut ketika ingin disentuh olehnya.
"Muka lo berlumpur dan sekarang lo malah nambah masalah buat pakaian lo basah dasar ceroboh," kata Raka tertawa dan membuat Wita menahan malu.
Toh ini semua gara-gara kamu. Batin Wita berucap ia tidak berani mengeluarkan sepatah kata apapun karena malu.
Wita memerhatikan Raka yang sedang tertawa sambil membersihkan mukanya dengan kasar karena menahan malu dan Raka menghentikan tawanya.
"Kenapa lo liat gue begitu, terpesona hmm," kata Raka pada Wita dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi benar memang Raka tambah tampan dengan tertawanya barusan tetapi Wita tidak menilai hal itu.
"Ternyata orang kayak kamu bisa juga tertawa yah, aku kaget loh." terang Wita dan membuat Raka sedikit jengkel dengan ucapan Wita barusan.
"Lo pikir gue robot yang selalu pasang muka datar, gue juga manusia." balas Raka pada Wita.
"Oh kukira kamu manusia es," kata Wita pada Raka dan membuat Raka menatapnya tajam dan Wita hanya tersenyum lima jari dan membuat Raka kehabisan kata-kata.
Wita kemudian berdiri.
"Oh iya hari sudah sore, aku harus pulang sekarang," kata Wita.
"Ayo pulang!" kata Wita mengajak Raka dan Raka hanya menjawabnya dengan mengangguk mengiyakan sambil membalas senyuman Wita dan membuat Wita takjub karena Raka begitu tampan saat tersenyum.
Pantas cewek-cewek tergila-gila sama dia ternyata dia tampan banget saat tersenyum. Batin Wita memuji Raka.
"Nih sandal lo," kata Raka meletakkan sandal Wita di depannya.
"Ah iya, terimakasih ya," kata Wita tulus dan langsung mengenakan sandalnya.
Di perjalanan pulang mereka hanya berdiam saja tidak ada yang mengajak berbicara dan akhirnya mereka berpisah di arah yang berbeda tetapi saat itu mereka sempat mengucapkan salam perpisah sambil melemparkan senyum dan akhirnya benar-benar berpisah.
Di perjalanan pulang Wita tersenyum begitu saja mengingat senyuman yang diberikan Raka padanya dia merasa bahagia tetapi ia masih bingung dengan perasaannya.
Ini pertamakalinya Wita jalan dengan seorang pria seumurannya, kemudian Wita memegang dadanya yang menghangat dan berdebar tidak menentu.
Mungkin ini efek karena baru pertama kali jalan dengan seorang pria, malunya. Batin Wita kemudian ia menutup wajahnya dengan telapak tangannya.
Seandainya saat ini angin pantai tidak menerpa dirinya pasti saat ini ia akan basah kuyup karena keringatnya yang akan membasahi tubuhnya akibat gugup.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments