usia lima belas tahun adalah usia remaja dimana seorang gadis tengah merajut cinta pertama bersama pria yang masih seumur dengannya, masa masa remaja adalah masa yang paling indah, dimana cinta yang terukir masih terasa murni dan suci, bukanlah cinta karena paras, jabatan, maupun kekayaan,bukan pula tentang keterpaksaan.
usianya lima belas tahun,dan orang tua yang berfikir menganggap hubungan itu cinta monyet, yang paling paling bertahan lamanya tiga bulan.
yang tak di sangkanya adalah kekasih anak gadisnya itu adalah anak dari keluarga yang telah menghina kakak dan keluarganya.
Anak gadis itu yang naif tak mengetahui kejamnya dunia jika menyangkut harta tahta dan kasta. Yang ia tau cinta yang di milikinya sangat indah dan bahagia.
Perasaan yang di anggap remeh oleh orang tuanya itu telah bertahan bertahun tahun yang pada akhirnya membuat orang tuanya resah terlebih mengetahui bahwa pria yang di cintai putrinya adalah anak dari musuhnya sendiri.
Mereka tak berfikir lagi bahwa itu cinta monyet, melainkan cinta yang terlanjur mendalam.
Dan pada ahirnya si gadis itu di paksa berulang kali untuk memutuskan hubungan di saat perasaan keduanya telah dalam terikat.
Berulang kali juga mereka putus nyambung perkara selalu ketahuan masih bersama dan orang tuanya bersikeras menyuruh putuskan hubungan itu dan berulang juga mereka kembali bersama secara sembunyi sembunyi, sampai pada suatu ketika sang pria mengalami dilema antara mempertahankan cintanya atau mempersiapkan diri untuk meneruskan bisnis keluarga yang saat itu sedang kolaps, namun beban yang di berikan keluarganya terlalu berat hingga mau tak mau sang pria harus pergi ke luar negri untuk melanjutkan studinya memperdalam ilmu bisnisnya dan sang wanita pun pada akhirnya menikah dengan pria lain pilihan orang tuanya.
Sejak saat ijab qobul di lantunkan, pria dengan kehancuran di hatinya hanya mampu mengintip dari kejauhan dengan menahan rasa pedih yang menyiksa batinnya 'tolong jangan sia siakan sakit ku,kau harus bahagia' batinnya berucap dan kemudian pergi meninggalkan acara pernikahan itu.
pengantin cantik itu menoleh ke arah luar,cinta yang dimilikinya masih terasa besar dan terikat,membuat nalurinya ingin menoleh ke arah pintu yang terbuka lebar penuh tamu undangan yang berdatangan silih berganti.
Kepedihan menyeruak dalah hatinya di sertai rasa takut akan orang yang di cintainya tersakiti dengan melihat pernikahannya.
Sungguh malang gadis yang tak berdaya itu tidak bahagia dalam acara pernikahannya sendiri dan malah mencemaskan pria lain yang bukan suaminya.
Pernah mendengan pepatah mengatakan 'kita bisa memilih menikah dengan siapa saja, tapi tidak bisa memilih cintanya untuk siapa' lalu bagaimana dengan cinta tapi bukan untuk suaminya melainkan mantan kekasihnya,apakah ayana mampu mengarungi bahtera rumah tangganya dengan bahagia?
Di malam pertama pernikahan wanita yang di cintainya bersama dengan pria lain, biantara tengah meluapkan rasa frustasinya dalam sebuah pesawat yang akan membawanya menempuh pendidikan di negri bambu China.
Air mata yang mengalir dari matanya menjadi saksi bisu atas cinta dan keikhlasan yang telah ia korbankan dalam hidupnya, melepas wanita yang di cintainya bersama dengan pria lain adalah siksaannya seumur hidup.
Dalam tangis itu ingatan biantara mengulas balik saat di mana kata kata kasar menancapkannya pada luka hati sang gadis pujaannya.
saat itu bian tengah frustasi setelah berdebat dengan keluarganya "seberapapun usahamu ingin membersamai wanita itu mama tetap tidak setuju kamu dengannya"
"ma bian hanya perlu waktu untuk membuktikan bahwa bian mampu jadi kebanggaan kalian berdua tanpa harus melibatkan ayana dalam masalah ini"
"papa tetap tidak setuju,baik sekarang maupun nanti, kau dengan anaknya si Tanuwijaya itu tetap bersama"bentak sang ayah
"lihatlah,kakakmu kini hidup bahagia sekarang setelah meronta ronta tak mau berpisah dengan kakanya si ayana itu dulu"
dan mama yakin kamu juga bisa bi"bujuk ibu biantara tengah meyakinkan anak pria semata wayangnya itu.
"kamu harapan keluarga bi, satu satunya" lanjut sang ibu seakan menegaskan posisinya bahwa biantara harus mendengarkan kedua orang tuanya agar menjadi pewaris yang tidak gagal.
"aku tak butuh jadi pewaris,aku hanya butuh ayana pa" biantara berteriak meluapkan emosi di hatinya, sampai kapan pikirnya, sampai kapan hidupnya harus di setir kedua orang tuanya hingga dirinya seolah merasa tak ber hak membuat pilihannya sendiri.
Kesal melihat anak lelakinya semakin keras kepala, ayahnya yang tersulut emosi tiba tiba serangan jantung "anak bodo....h........."
Pria paruh baya itu meremas baju dadanya kesakitan.
di rumah sakit
"kau tau kan bi resikonya jika kau terus egois, mama tidak mau kehilangan papa, jika itu terjadi mama tidak akan memaafkan mu selama nafas mama masih berhembus, camkan itu bi" melihat ibunya marah karena kalut dan ketakutan akan kehilangan pria yang di cintainya membuatnya semakin frustasi dan dilema
Bian mengintip jendela ruang ICU tempat dimana ayahnya terbaring koma saat ini, tatapan sendu dan kalut nampak jelas terukir di wajah tampannya.
Keesokan harinya
"kenapa tiba tiba ngajak ketemu di sini bi?"
oh ya aku punya sesuatu loh buat kamu"
Ayana si gadis ceria seperti biasanya belum menyadari situasinya
Bian hanya menatap lekat gerakan ayana dengan keceriaannya yang penuh antusias
"taraaaa"
"kamu tau apa ini?? " sebuah buku kecil yang terlihat seperti catatan "yap,seperti pikiranmu,ini memang buku, tapiiiii ini bukan buku biasa Lohh" melihat wajah sumringah ayana membuatnya tak tega mengatakan kata-kata yang mungkin akan menyakitinya.
Tanpa kecurigaan atas diamnya biantara, terulas senyum lebar dari bibir ayana"pacalku ini emang si kulkas tujuh pintu,dingin syekaliii" goda ayana yang memang biantara memiliki sifat yang pendiam dan kalem juga cuek, namun untuk cuek hanya berlaku bagi orang selain ayana.
Meski terkesan pendiam, bian adalah pria hangat dan act of service terhadap ayana seorang. Ayana selalu merasa bahwa dirinya di cintai dan di lindungi.
Namu perasaan itu hilang dalam sekejap saat kata kata tajam keluar dari mulut prianya itu
"aku harap suatu hari nanti ada pria yang jauh lebih baik dariku yang menjagamu"kata pertama yang lolos dari mulut bian
ayana memang gadis naif namun ia tak bodoh untuk mengartikan maksud dari perkataan yang baru saja bian ucapkan.
Perlahan senyuman indah itu menyusut menjadi senyuman hambar "ma maksudmu? "
bian mengangguk dengan ekspresi dingin ia menjawab"apa yang kau pikirkan benar"
Sekali lagi, sekali lagi ia ingin memastikannya bahwa bian sedang bercanda "gak lucu bi, salahku apa coba?" senyuman itu semakin hambar dan kecut, perasaannya tak enak.
"aku tidak sedang bercanda ayana" jarang, sangat jarang sekali bian memanggil namanya dengan lengkap kecuali saat saat serius.
"apa salahku?"
bian hanya diam
"bi jawab?" ayana mulai menangis dengan suara yang bergetar
Tubuh kecil mungil itu memegang lengan jacket bian dengan sesekali memukulnya"katakan apa salahku? Biii hikss""
bian tetap memilih diam,badan yang tinggi tegap itu lengannya tengah mengepal erat menahan emosi dan frustasi melihat wanita yang di cintainya,wanita yang susah payah ia buat bahagia setiap waktunya kini menangis dan itu karenanya.
"maaf"kata terahir sebelum ahirnya bian melepaskan cengkraman ayana di kerah jaketnya dan berbalik pergi tanpa menoleh pada ayana yang tengah menangisinya..
Di balik punggung tegap itu yang berjalan semakin menjauh, ayana sekali lagi berteriak "biiiiii,kali ini aku ga akan maafin kamu, kembali sekarang" teriaknya di tengah air mata yang terus membanjiri pipi putihnya..
Setelah beberapa saat kemudian ayana berbalik dan pergi ke arah yang berlawanan dengan arah pria itu, namun yang tak Ayana tau, bian tak benar benar meninggalkannya,bian tetap di sana,di sudut yang tak terlihat oleh ayana. Benar,bian masih sama, perasaannya masih sama dan cintanya masih sama.
Bian memerhatikan ayana dari kejauhan
Sejarah telah terulang
jika kau tau akan ada akhir cinta yang semenyakitkan ini ,akankah kau berani memulai?
Jika cinta yang jelas terlarang mengapa berani memulai jika tau pada akhirnya memungkinkan tak akan baik.
Namun cinta tak pernah salah,sekali lagi cinta tak pernah salah dalam memilih pemiliknya.
_________________________
Bian memungut buku kecil yang di jatuhkan ayana sebelum akhirnya ia mengikuti diam diam langkah kaki ayana dari kejauhan menyusuri sisi jalanan gelap yang masih ramai dari lalu lalang orang orang yang pulang dari pekerjaannya.
Waktu menunjukan pukul 21 wib, hujan pun mulai turun sedetik demi detik sampai ahirnya turun cukup lebat.
Namun hujan tak menghentikan ayana untuk berteduh, bagi ayana hujan malam ini adalah bentuk sorakan dari semesta bahwa akhir dari cinta terlarang selalu saja berakhir tidak baik.
Langkahnya berhenti,ayana menengadah dan tersenyum getir pada langit, selain di soraki langit, ayana juga bersyukur ternyata benar hujan membawa berkah, berkahnya menangis dalam hujan cukup membantu menutupi luka hatinya saat ini.
Selain ayana, di sisi lain bian pun menganggap hujan kali ini adalah berkah, karena ia pun tengah menutupi tangisannya di bawah guyuran hujan malam.
miris sekali kisah cinta mereka bukan?
tubuh ayana ambruk berlutut di tepi jalan "haaaaah" ayana menghela nafasnya yang terasa sesak sebelum ahirnya bergumam "bii apa salahku hiks hiks"
Sementara bian dari kejauhan menatapnya getir tak berdaya.
"kumohon ayana maafkan aku" suaranya bergetar menahan tangis.
Rasa hati ingin sekali berlari memeluk ayana, menenangkan raga ringkih itu yang tengah bergetar karena tangis,tangis yang terjadi karenanya sendiri, rasa tak mampu memaksanya untuk tetap terdiam di tempat.
satu bulan berlalu...
gadis cantik berusia 20 tahun tengah di dandani oleh seorang MUA dengan balutan gaun putih yang indah menghiasi tubuh rampingnya itu.
Ayana akan menikah, tepatnya di paksa menikah dengan pria lain pilihan dari orang tuanya.
air matanya tak berhenti mengalir membuat sang perias sedikit kesusahan mendandani pengantinnya ini
Satu bulan yang lalu saat dimana ayana pulang basah kuyup karena kehujanan, di depan rumahnya terparkir dua mobil milik orang lain, ayana mengenal mobil satunya adalah mobil sang kakak pertamanya yang mungkin tengah berkunjung bersama anak istrinya.
namun satu mobil lainnya terlihat asing bagi ayana, tak ingin terlalu di pikirkan,ayana bermaksud langsung masuk kamar dan istirahat.
Namun saat melewati ruang tamu ayana sedikit terkejut melihat seorang pria yang di dampingi kedua orang tuanya tengah berbincang"kita akan atur tanggalnya yang baik ya pak" suara dari sang ibu terdengar berbicara kepada orang tua si pria.
"deg..." perasaan ayana tak enak
"Astaga ayana dari mana aja kamu, ujan ujanan begini" tegur sang ibunda
"kok matamu merah,kamu abis nangis sayang?" tanya ayahnya khawatir
"ti tidak ko yah,mungkin karna kemasukan air hujan"tentu saja ayana beralasan,hidung dan matanya masih sembab.
"sudah sudah,kamu buruan ke kamar, ibu masakin air hangat buat mandi kamu"
Ayana pun berlalu pergi meninggalkan keramaian di dalam ruangan itu.
pertengahan malam tiba ayana masih terjaga membaringkan tubuhnya yang lelah, memandangi langit-langit kamar penuh hiasan kelap kelip bintang dalam kegelapan yang sunyi.
tanpa di inginkan air matanya meremang perlahan mengaliri sudut di ujung matanya.
Seluruh kenangan itu mengisi kepalanya yang tengah riuh menjerit jerit.
gemeletuk mulutnya getir ber getar lirih dalam tangis yang akhirnya pecah kembali.
Di keheningan tangisnya, perlahan pintu kamarnya terbuka.
kakak lelakinya berdiri di ambang pintu"dek, kakak boleh nyalain lampunya??" tanya sang kakak meminta pendapat adik perempuannya
Segera ayana menyusut air matanya dan beringsut duduk"gak perlu kak?" terlihat ayana tengah mencoba menetralkan suaranya berharap kakaknya tak menyadari dirinya menangis.
"kakak ketuk pintu kamarnya tp gak ada jawaban,kakak kira kamu udah tidur" tutur nadanya menenangkan bagi ayana yang kini tengah butuh sandaran.
"kakak masuk boleh?"lanjutnya kembali dengan meminta pendapat sang adik.
Bagi ayana raka adalah sosok kakak yang baik,penyayang juga bijaksana,sebelum kakaknya menikah, dulu kakaknya adalah tempat pelarian dalam mencari ketenangan,namun semenjak kakaknya menikah Ayana tak lagi mengadukan keluh kesahnya pada sang kakak.
Ayana berpikir sekarang masalah kakaknya sudah cukup rumit mengurus urusan pernikahannya,ayana hanya tak ingin membagi beban dirinya pada sang kakak.
"ada apa kak? Ka iris udah tidur?"
"udah sama rumi dari tadi"jawab raka yang kini duduk di samping tempat tidurnya
"dek, kamu oke?" pertanyaan itu membuat keheningan dari keduanya sebelum akhirnya ayana menjawab dengan bibir bergetar
"ayana baik"
"no, no, i know you're not good" raka paling tau tentang adiknya
"masih sama bian?" sambungnya lagi
Ayana hanya menggeleng dengan kepala menunduk memandangi seprai yang terlihat gelap
kakaknya menebak nebak sumber yang membuat adiknya menangis"putus lagi?"
dua tahun yang lalu sebelum kakaknya menikah ayana sering bercerita tentangnya dan bian kepada kakaknya, termasuk soal hubungannya yang berkali kali putus nyambung gegara di ketahui orang tuanya.
Raka tak pernah melarang langsung hubungan itu,namun raka selalu berusaha mengingatkan bahwa hubungannya dengan bian tidak akan berakhir baik jika di paksakan.
"ya,kali ini benar benar berakhir"jawab ayana dengan nada lirih.
raka langsung memeluk ayana dengan sendu, adik perempuannya kini tengah terluka dan mungkin sangat dalam. Terlebih dirinya baru saja selesai berdebat dengan kedua orang tuanya perihal perjodohan ayana yang notabene nya di paksakan tanpa ayana tau, mungkin tak terbayangkan akan sehancur apa perasaan adik kecilnya ini.
"seharusnya kakak mencegah mu sejak awal, seharusnya kakak tau dari awal hubungan kalian sebelum semuanya semakin jauh"
Raka tau kedua orang tua belah pihak memang berwatak sangat keras,dan ego yang tinggi,tak mungkin keduanya bisa bersama.
Meski dulu ia pun melalui hal yang sama seperti adiknya yang tak di restui orang tua si wanita karena ketidak kesetaraan harta dan tahta.
Namun sebagai lelaki yang pernah terluka pada ego nya karena sadar mereka memang tidak setara, raka menyerah pada cintanya yang baru berjalan dua tahun, cukup lama memang namun tidak selama yang di jalani adiknya.
Bagi raka mereka terlalu jauh melangkah pada perasaan yang mendalam, terlebih masing masing adalah cinta pertama.
Berbeda dengan dirinya kepada kakak perempuan bian yang bukan lagi cinta pertama,hingga tak begitu sampai membuat kesan cinta setengah mati. baginya wanita yang keluarganya setara masih banyak.
"baguslah kamu akhirnya benar benar berpisah, karna ibu sudah menjodohkan mu dengan pria baik" suara ibunya menimpali interaksi kakak beradik itu yang ternyata sudah mendengar sejak kakaknya bertanya kebersamaannya dengan biantara.
"BU"
Raka menegur ibunya yang terdengar tidak berperasaan.
juga mengingat perjodohan adiknya yang tanpa meminta keputusan dari Ayana terlebih dahulu membuatnya berpikir bahwa itu terlalu kejam.
"bukankah ibu sudah mengatakan sejak dulu, akhiri ayana. Tapi kamu yang bebal, masih saja berhubungan diam diam"
ibunya mulai berjalan mendekat ke tepian kasur "berulang kali ayana, itu terjadi berulang kali" tekan sang ibu.
Bukannya menenangkan justru memperumit keadaan,pikir raka kepada ibunya.
"bu sudah raka mohon" raka sungguh takut sikap ibunya justru mendorong putrinya sendiri pada keputusasaan.
"minggu depan keluarga hartanu akan berkunjung kembali menentukan tanggal pernikahanmu,ibu harap kamu sudah menata hati"
raka sangat frustasi menghadapi sifat ibunya yang keras dan tak suka di bantah. raka sangat menentang perjodohan ini karena hal itu akan melukai Ayana dan mendorongnya pada kehidupan yang terpaksa.
Namun usaha raka membujuk orang tuanya tak membuahkan hasil sekalipun.
"lihat tuk kakak mu, dia mampu bahagia bersama iris sekarang"
"cinta juga nanti akan datang dengan sendirinya setelah menikah " lanjut sang ibu, menurut ibunya alasan seperti itu sangatlah rasional dalam pernikahan.
"tapi ibu dan ayah menikah karena cinta kan? Lalu aku?
apakah ibu pernah sekalipun mendengar pendapatku?
selalu saja apapun tentangku harus berjalan sesuai keinginan kalian"
akhirnya kata yang selalu ingin terucapkan sejak dulu baru bisa di ucapkan sekarang.
"berani sekali kamu bicara begini sama ibu, ibu melakukannya demi kebaikanmu,kebaikan kalian" tak terima dengan perkataan putrinya ibu ayana sedikit tersulut.
"bu,tidak semua kebaikan yang ibu maksud mendatangkan kebahagiaan bagi ayana, cobalah sedikit peduli pada perasaan ayana, setidaknya biarkan ayana menyembuhkan luka hatinya dengan tidak memperpanjang perjodohan ini"
"tidak bisa, malu ibu sama keluarga hartanu kalo di batalkan"kekeh sang ibunda
"lebih baik malu bu, daripada menyiksa batinnya " keadaan kini semakin menegangkan dengan nada bicara raka yang sedikit tinggi, dan argumen dari keduanya membuat kepala ayana semakin pening di buatnya.
"sudahlah,pokonya siapkan hati kamu,keluarga hartanu akan berkunjung kembali setelah menentukan tanggal yang baik untuk kalian menikah"
rasa tak berdaya membuat tangisannya semakin terisak.
___________________
adakalanya hidup itu pilihan
dan pilihan terbaik dari mencintai terkadang bukanlah bersama melainkan memilih merindunya seumur hidup.
retak sudah bangunan istana dalam hati ayana hingga siapapun sepertinya tak akan sanggup memperbaikinya kembali.
pemuda itu mengintip dari kejauhan, menyaksikan gadisnya di pinang pria lain dan bukan dirinya.
Hancur hatinya memang tak bisa lagi ia tahan. Seolah dirinya telah menggali kuburannya sendiri.
saat ijab qobul di lantunkan, pria dengan kehancuran di hatinya hanya mampu mengintip dari kejauhan dengan menahan rasa pedih yang menyiksa batinnya 'tolong jangan sia siakan sakit ku,kau harus bahagia' batinnya berucap dan kemudian pergi meninggalkan acara pernikahan itu.
pengantin cantik itu menoleh ke arah luar,cinta yang dimilikinya masih terasa besar dan terikat,membuat nalurinya ingin menoleh ke arah pintu yang terbuka lebar penuh tamu undangan yang berdatangan silih berganti.
Kepedihan menyeruak dalam hatinya di sertai rasa takut akan orang yang di cintainya tersakiti dengan melihat pernikahannya.
Sungguh malang gadis yang tak berdaya itu tidak bahagia dalam acara pernikahannya sendiri dan malah mencemaskan pria lain yang bukan suaminya.
Pernah mendengan pepatah mengatakan 'kita bisa memilih menikah dengan siapa saja, tapi tidak bisa memilih cintanya untuk siapa' lalu bagaimana dengan cinta tapi bukan untuk suaminya melainkan mantan kekasihnya,apakah ayana mampu mengarungi bahtera rumah tangganya dengan bahagia?
Malam harinya di sebuah pesawat yang membawanya ke negri bambu china biantara menangis pilu memeluk buku yang satu bulan lalu ayana jatuhkan saat kata kata tajamnya menusuk hati gadis itu.
Buku yang berisikan sebuah diary dan impian masa depan yang ingin ayana wujudkan bersama dirinya.
Baginya bait demi bait dari isi buku itu bagaikan sebuah bilah pedang runcing mencabik-cabik batinnya setiap waktu, karena impian ayana yang tak akan pernah nyata bersama dirinya.
di sela kesedihannya,bibir biantara sedikit menarik garis lengkungan saat ketika kata kata manis yang tertulis untuknya meninggalkan rasa bahagia dan juga luka dalam bersamaan. Mengingat wanita yang di cintainya telah menjadi istri pria lain.
Baginya buku itu kini bagaikan mimpi mimpi indah yang tak pernah terbangun dan hanya menjadi sebuah mimpi tanpa kenyataan.
Tangisnya semakin pecah sesaat ketika sebuah lembaran terbuka yang hanya bertuliskan "jika tidak denganmu maka tidak mencintai siapapun".
_______
7 tahun berlalu. . .
Ayana menjalani aktivitas normalnya seorang istri, setiap harinya ia menyiapkan teh untuk suaminya di pagi hari, terkadang memasak menyiapkan bekal suaminya ke kantor.
Meski pekerjaan itu bisa di lakukan oleh asisten rumah tangganya,namun Ayana selalu ingin menyiapkannya sendiri.
bukan karena cinta,bukan pula karena ia telah menerima suaminya sebagai pengisi hati yang baru,melainkan sebagai rasa terimakasih karena pengertian dari suaminya yang tak pernah memaksanya untuk melayani kewajiban batinnya.
di saat malam pertama tujuh tahun lalu ayana tengah melakukan percobaan bunuh diri,namun berhasil di gagalkan pria yang telah menjadi suaminya beberapa jam yang lalu.
devano tidak mengerti apa permasalahanya sampai ayana melakukan hal mengerikan itu, namun devan pun tak berani bertanya pada sang mertua, dan akhirnya rakalah orang yang tepat untuknya mencari tau permasalahn dari wanita yang baru sehari jadi istrinya itu.
Mendengar cerita dari kakak iparnya, devano sungguh sangat merasa bersalah akan hal itu,tanpa sengaja devan telah memaksa seorang wanita yang hatinya tengah terluka dan memperistrinya tanpa mendengar pendapat dari wanita itu sendiri, bodoh memang devano tak berhenti merutuki dirinya sendiri.
Saat melamar mertuanya mengatakan bahwa Ayana gadis yang belum pernah berpacaran, jadi devan rasa ia tak pernah merebutnya dari siapapun.
Selintas devan mempertanyakan mengapa mertuanya bisa setega itu?
teringat pertama kali bertemu,devano melihat seorang gadis memasuki ruang tengah dengan basah kuyup,matanya sedikit merah mungkin terkena air hujan pikir devano.
gadis cantik dan gerlihat pemalu telah membuat devano jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Ayana.
mertuanya saat itu mengatakan bahwa ayana mungkin memang tidak akan mudah di ajak komunikasi karena sedikit pemalu,kelak mereka harus mengakrabkan diri setelah menikah.
setelah mengetahui depresi istrinya, devano membawa ayana tinggal di kota surabaya, meninggalkan jauh dari jakarta,dengan harapan bisa memulihkan depresi yang di alami ayana.
usahanya ternyata tak membuahkan hasil, meskipun kini ayana di surabaya, namun yang bermasalah ada dalam hatinya bukan tempatnya.
hari hari ayana hanya menghabiskan waktunya di kamar.
Sesekali pergi ke halaman untuk merawat bunga mawar hitamnya yang bertebaran di halaman belakang mansion nya.
Baginya mawar hitam melambangkan dirinya dalam kehidupan yang terlihat indah namun sebenarnya suram.
Sejak menikah ayana selalu menghindari pertemuan dengan orang tuanya,devano juga menjaga hal tersebut,bukan tidak menghormati kedua mertuanya namun demi menjaga kestabilan emosi istrinya sendiri.
Raka dan anak istrinya seringkali berkunjung dari jakarta ke surabaya untuk menengok adiknya yang di boyong sang suami ke surabaya.
usaha yang di rintis devano di surabaya cukup merintis, ayana tinggal di rumah megah dengan beberapa maid.
Jika ingin ayana hanya perlu menjentikkan jari,semuanya akan di siapkan oleh maid nya langsung. Namun ayana lebih suka melakukannya sendiri, seperti memasak maupun merawat tanaman bunganya sendiri.
"bagaimana?" dengan antusias ayana menatap devano yang tengah mencicipi masakan menu baru istrinya
dengan lembut devano tersenyum "seperti biasa, ini sangat enak ay" senyum devano selalu memberikan kenyamanan seperti yang di miliki raka kakaknya.
Secara tak sadar, Ayana mulai nyaman dengan perlakuan devano yang baginya seperti raka kedua.
Meski pernikahan tanpa di dasari cinta ayana,namun devano tak mempermasalahkan cinta nya yang kini bertepuk sebelah tangan.
prioritas devano hanyalah kebahagiaan ayana dan mentalnya yang tetap stabil.
"oh ya, besok sepulang dari dokter kamu ada rencana kemana?
kebetulan besok saya senggang" jeda devano di sela makan malamnya
"tidak ke kantor kak?"
"tidak ay" devan tersenyum lembut
"hmmm biar aku pikir dulu semalam"
"apa? Lamwa syekalii" candaan devan dengan mulut di penuhi makanannya membuatnya tersenyum manis
"iya nunggu hilalnya dulu" timpal ayana demgan senyum manisnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!