Penerus Pendekar Naga Putih.

Penerus Pendekar Naga Putih.

"Bab 1" ~ "Diusir & Difitnah"

Track!

"Ah! Hampir saja!" Lee berseru karena kaget. Wajah memerah menahan amarah, tiba-tiba ada anak panah hampir menusuk wajahnya. Han Zian dan Lee Hwan tengah asik menempa pedang dari besi bersama di halaman. Tiba-tiba datang lah Lio Feng bersama pasukannya, berjumlah lima belas orang. Mereka dituduh melakukan kesalahan yang tidak pernah mereka lakukan dan kini harus meninggalkan ibu kota Shogun.

"Ada apa ayah? Mereka menyerang kita!" tanya Han Zian melihat anak panah menancap di tanah, yang mengarah kerahnya.

"Aku tidak ingin melihat kalian lagi di kota ini, sekarang juga kalian angkat kaki." bentak Lio Feng mengancam Lee dan Han Zian, sambil mengacungkan pedang miliknya kearah mereka.

"Aku tidak mengerti maksud anda, Tuan Lio Feng?" tanya Lee kepada Lio Feng dengan tenang. Walaupun sudah diserang, Lee tidak terpancing amarah.

"Sampah!" bentak Lio Feng. Wajahnya memerah penuh amarah, dengan aba-aba itu, lima belas muridnya menyerbu Lee dan Han Zian. Pedang mereka berkilauan dibawah sinar matahari yang siap menghantam.

Lee dan Han Zian, meski kalah jumlah, tetap melawan dengan gagah berani. Pedang mereka beradu dengan cepat, menghalau serangan demi serangan. Namun, menghadapi jumlah lawan yang jauh lebih banyak, mereka mulai kewalahan. Terlebih, serangan mendadak Lio Feng membuat Lee terluka di lengan yang parah.

Melihat situasi yang semakin kritis, Lee dan Han Zian memutuskan untuk mundur. Dengan sisa tenaga yang ada, mereka melarikan diri kedalam hutan. Mereka tahu, jika terus bertahan nyawa mereka akan melayang.

Sang anak kaisar yang menyaksikan semuanya dari kejauhan tersenyum sinis. Ia tahu betul potensi kekuatan yang dimiliki Han Zian. Jika dibiarkan berkembang, Han Zian bisa menjadi ancaman besar bagi kekuasaannya. Oleh karena itu, ia tidak akan membiarkan Han Zian dan Lee hidup.

Kemudian di suatu hari, sebuah sekte dari Pulau Hindi yang mengagumi kekuatan "Naga Putih" datang menghadap Kaisar. Mereka percaya bahwa keturunan Pahlawan Pulau Askara memiliki kekuatan magis sama dengan kakeknya dan ingin membawanya untuk dilatih. Agar dirinya bisa menjaga diri dan bisa menjadi penerus sang Kakek dikemudian hari. Namun, Kaisar menolak permintaan mereka.

Alasannya sederhana, pemimpin sekte itu memiliki persaudaraan dengan pendekar Naga Hitam, musuh bebuyutan dari Pahlawan Pulau. Kaisar khawatir sekte tersebut hanya ingin memanfaatkan keturunan pahlawan untuk kepentingan pribadi, atau bahkan membahayakannya.

Perselisihan antara Kaisar dan sekte tersebut sampai ke telinga sang Pangeran. Merasa terancam posisinya sebagai pewaris tahta, Pangeran segera memerintahkan Lio Feng, pemimpin perguruan Elang Hitam, untuk menyingkirkan Han Zian dan Lee. Ia yakin bahwa keduanya adalah keturunan Pahlawan Pulau Askara yang dicari oleh sekte tersebut. Dengan kematian Han Zian dan Lee, tidak akan ada lagi yang bisa mengancam kekuasaannya di Pulau Askara.

Didalam tengah hutan, Han Zian dan Lee Hwan semakin terdesak. Dikejar oleh pendekar Elang Hitam bersama muridnya yang gesit dan terlatih. Napas mereka tersengal-sengal, keringat membasahi wajah, dan langkah kaki mereka mulai terasa berat. "Han Zian!" ucap Lee Hwan, suaranya serak karena kelelahan. "Kita harus segera mencari tempat persembunyian. Lukaku semakin parah."

Hutan belantara yang gelap dan sunyi menjadi satu-satunya pelarian mereka. Pepohonan yang menjulang tinggi dan semak belukar yang lebat seolah-olah ingin menelan mereka hidup-hidup. Suara dedaunan yang bergesekan dan kicauan burung waktu sore menambah rasa takut mereka. Lee Hwan, dengan luka menganga di lengannya, berusaha menahan rasa sakit.

Semakin jauh mereka masuk ke dalam hutan, rasa takut mereka semakin menjadi-jadi. Bayangan-bayangan aneh muncul di balik pepohonan, dan suara-suara misterius terdengar dari kesunyian alam. Han Zian menggenggam erat tangan ayahnya, berusaha memberikan semangat. Namun, dalam hati, ia juga merasa ketakutan.

"Ayah, kita tidak punya banyak waktu! Darahmu terus mengalir, dan kita dikejar oleh pasukan Lio Feng. Pohon besar itu bisa menjadi perlindungan sementara, tapi kita harus waspada dengan binatang buas yang mungkin mengintai di sekitar sini."

***

Sementara itu, pasukan Lio Feng semakin jauh masuk ke dalam hutan belantara. "Sialan! Mereka terlalu cepat," gerutu Lio Feng, frustrasi karena Han Zian dan Lee terus menghilang dalam rimbunan pepohonan.

"Guru, hutan ini sangat luas. Mereka pasti akan tersesat dan kelelahan," kata salah seorang muridnya.

"Benar, Guru. Apalagi salah satu dari mereka terluka. Bau darahnya pasti akan mengundang perhatian binatang buas," tambah murid lainnya, nada suaranya penuh kepuasan.

Lio Feng mengangguk setuju. "Mereka tidak akan bertahan lama di sini. Hutan ini akan menjadi kuburan mereka!" ucapnya, senyuman licik terukir di wajahnya.

"Tapi kita harus tetap waspada, Guru. Kita tidak boleh lengah," ingatkan murid lainnya.

"Tentu saja. Kita harus menemukan mereka dan menyelesaikan tugas ini," tegas Lio Feng.

"Tuan kita sudah memerintahkan untuk membunuh mereka. Kita tidak boleh gagal."

Dengan semangat membara, mereka terus menyusuri hutan belantara, tak gentar menghadapi segala bahaya yang mungkin mengintai. Senjata-senjata mereka siap digunakan untuk mengakhiri hidup Han Zian dan Lee.

Di tengah perjalanan, Lio Feng dan murid-muridnya tiba-tiba dihadang seekor harimau jantan yang menerjang keluar dari semak-semak. Murid-muridnya panik. "Guru, ada harimau!" teriak salah seorang murid.

Lio Feng, dengan nada memerintah, berkata, "Bunuh harimau itu!"

Tanpa ragu, seorang murid langsung menyerang harimau dengan pedangnya. Namun, harimau itu lebih cepat dan lebih kuat. Dengan satu lompatan, harimau itu menerkam murid tersebut dan menggigit kepalanya hingga putus.

Melihat kejadian itu, murid-murid lain ketakutan. Namun, Lio Feng malah semakin marah. "Jangan lemah! Bunuh harimau itu!" perintahnya, menunjuk seorang murid lainnya.

Murid yang ditunjuk gemetar ketakutan, tetapi karena takut pada gurunya, dia terpaksa maju. Namun, nasibnya sama seperti murid sebelumnya. Harimau itu dengan mudah mengalahkannya.

Lio Feng mulai panik. Dia tidak menyangka harimau itu sekuat ini. Dia dan sisa murid-muridnya berusaha melarikan diri, melemparkan senjata mereka ke arah harimau. Namun, harimau itu terus mengejar mereka hingga berhasil menangkap seorang murid lagi. Akhirnya, Lio Feng dan sisa muridnya berhasil lolos dari hutan itu. Mereka kembali ke perguruan Elang Hitam dengan keadaan babak belur.

Sementara itu, tiba-tiba, Han Zian melihat sebuah bayangan samar-samar melintas di hadapannya. Bayangan itu berbentuk seorang tua kehijauan yang pernah muncul dalam mimpinya. Orang tua itu menunjuk ke arah semak-semak, seolah memberikan petunjuk. Han Zian mengikuti petunjuk itu dan menemukan sebuah jalan setapak yang tersembunyi. Jalan itu membawanya dan Lee ke sebuah desa kecil di tepi hutan.

Sesampainya di desa itu, Lee terlihat sangat terkejut. "Ini Desa Jiang Hu," gumamnya dengan suara serak. Han Zian bertanya, "Kenapa Ayah? Ada apa dengan desa ini?"

Lee menceritakan tentang masa lalunya di desa itu. Dia menceritakan tentang ayahnya, kakek Han Zian, yang sangat dihormati oleh penduduk desa.

Han Zian semakin penasaran. Dia ingin tahu lebih banyak tentang kakeknya dan hubungannya dengan desa ini. Tiba-tiba, Lee batuk darah. Wajahnya pucat pasi. Han Zian panik dan memanggil bantuan.

Terpopuler

Comments

Mita Maharani

Mita Maharani

Keren ya masih kecil udah pintar seperti itu . Kaisar nya aja akan jadikan mereka bagian di kekaisarannya kalo sudah besar .!!

2024-11-27

2

Nanik S

Nanik S

Hadir....

2025-05-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!