Bab 4 ~ Perjodohan Han Zian & Hu Rong.

Seperti biasa di waktu sore Tabib Cii mencari kayu bakar untuk menambah bahan bakar. Dikala senja menampakan dirinya di langit, memberikan pesonanya pada Desa Jiang Hu. Malam pun tiba ditemani suara binatang dari sawah dan bulan yang menerangi malam. Hari berganti pagi menyongsong hari yang indah seperti biasa. Membuat semangat warga Desa Jiang Hu termasuk penghuni rumah sang tabib.

Seperti biasa, Zian mulai melakukan rutinitasnya mengambil air dari sungai. Setelah selesai ia mempersiapkan dirinya untuk latihan dan melakukan pemanasan didepan rumah Tabib Cii. Dari kejauhan Tabib Cii memandang Zian prediksikan kembali kekuatan pemuda kota shogun dengan sorotan tajam. Ia sedang membaca kekuatan magis didalam tubuh Zian lebih detil lagi dari, untuk memastikan apakah kekuatan yang ia miliki ada hubungannya dengan Guru Gun Yoga.

Ia mulai melakukan kekuatannya matanya agar dapat melihat dengan jelas, kekuatan tersebut. Mata menyala berwarna kehijauan, kekuatan itu mulai terpancar dengan jelas. Aura positif kehijauan sedang terdiam, di sanubari Zian. Terlihat Naga Putih seperti di sebuah lembah sedang jalan perlahan, menelusuri keindahan lembah tersebut.

"Ternyata benar dugaanku, ia memiliki kekuatan Naga Putih!" Sang tabib berkata dalam hati di balik pepohonan. "namun, apakah ia adalah keturunan dari Guruku?"

Lalu Tabib Cii teringat perkataan gurunya, jika seseorang memiliki kekuatan sama seperti diriku didalam dirinya, ia seperti kekuatan tersebut. Tak ada yang bisa menghalangi drinya walaupun lalat sekecil apapun, ia pasti kena dengan serangannya.

Sang tabib langsung menghampirinya dan membawanya kebelakang rumahnya. Dengan santun pemuda bermata hijau itu mengikuti Tabib Cii kebelakang, setelah sampai ia perintah Zian memegang pisau kecil dari dapurnya untuk menyerang lalat kecil yang terbang di hadapannya.

Zian kaget dan bimbang wajah lugunya terlihat jelas, keringat dingin timbul di wajahnya. Namun ia hanya bisa menggelengkan kepalanya, tetapi ia merasa harus mencoba, ia pun penasaran dengan kekuatan yang ada pada dirinya. Dengan mata menatap lalat tersebut, tanpa ragu ia melempar pisau kecil dari tangannya. Ia menutup matanya takut tidak kena sasaran, ketika matanya ia buka perlahan, ternyata pisau kecil itu menancap lalat tersebut di pohon tebu. Yang membuat ia terkejut, seakan tidak percaya, kalau dirinya lah yang melakukan hal tersebut.

Tabib Cii terpukau, melihat hasil tes pemuda kota yang lugu itu. Membuat dirinya kagum dan terpesona dengan lemparan jitu yang berada disampingnya.

"Ternyata benar ia adalah keturunan Guru Gun Yoga," gumamnya dalam hati. Mata sang tabib langsung berkaca-kaca memandang keturunan gurunya. Lalu ia berkata. "Kau adalah keturunan Guruku, pendekar Naga Putih."

Kerisauan sang Tabib mulai tertutup dan pertanyaan-pertanyaan dalam hatinya yang membuat dirinya risau sudah terjawab.

"Kau! Murid kakekku?!" tanya Zian yang kaget dengan nada tinggi.

"Benar! Kau harus membuatnya bangga dengan latihan gigih, agar dapat menjaga dirimu, karena kau lah sisa keturunan guru Gun satu-satunya!"

Mata sang tabib berkaca-kaca dan ia menarik napas sehelai memandang langit yang cerah di pagi tersebut. Dengan pakaian jubah putih dan rompi kehijauan, raut wajah sedikit keriput dan tubuhnya masih kekar. Terlihat seperti pendekar sepuh, di Desa Jiang Hu.

Tabib Cii yang tidak mau menyia-nyiakan kesempatan tersebut, ia menyambut tekat Zian, yang mulai membara.

"Paman aku ingin menjadi penerus kakek yang tangguh!" serunya dengan suara bergetar.

"Bagus Han Zian, jadilah penerus yang membanggakan!"

Tabib Cii mulai mengatakan penjelasan dengan wajah serius dan berwibawa kepada Zian. Dalam kultivasi, Q bukan hanya energi. Ia adalah kekuatan hidup yang mengalir di setiap makhluk. Tanpa memahami alirannya, ia tak akan pernah melampaui batas tubuh.

Dengan fokus ia memahami yang di utarakan oleh Tabib Cii, Ketika ia bermeditasi, ia tidak boleh fokus pada kecepatan atau kekuatan Q. Sebaliknya, rasakan arahnya. Apakah ia mengalir dengan kehangatan didalam tubuh dan Jika ada hambatan, itu berarti meridian nya masih tertutup.

Han Zian seketika tampak ragu. Namun, walaupun ia pemuda kota yang lugu dan polos, ia tidak mau menyerah dalam belajar.

Dengan ketenangan dan konsentrasi. Sedikit--demi--sedikit, ia mulai memahami maksud dan tujuan perkataan Tabib Cii dengan pikiran fokus kedalam tubuhnya. Pikirannya terpusat pada aliran Q yang mengalir didalam tubuhnya. Jika ia tergesa-gesa akan ada hambatan yang menutupi aliran Q pada dirinya

Tabib Cii memperagakan meditasi yang ampuh, dengan ucapannya yang mudah dimengerti. Membuat Han Zian dapat menangkap maksud dan tujuannya. Zian kembali merasakan aliran yang mengalir didalam tubuhnya dengn hangat. Setelah ia mulai mengikuti meditasi yang diperagakan oleh Tabib Cii yang ada di hadapannya.

Meditasi ini inspirasi Guru Gun Yoga, yang membuat mudah merasakan aliran Q mengalir dalam tubuh. Dengan gerakan perlahan dan pikiran fokus pada gerakan. Agar menyatu padu pikiran dan gerakan, lalu pusatkan ke dalam tubuh lewat pikiran. Agar dapat membuka meridian yang menutupi aliran Q dan Q akan mengalir didalam tubuh. Setelah merasakan ada yang mengalir, pusatkan gerakan, berhenti dengan berdiri tenang.

"Jangan menyerah. Kekuatan sejati bukanlah pada seberapa cepat kau mencapai puncak, tapi seberapa kokoh dasar yang kau bangun," ucapnya dengan bijak. "Sekarang, duduklah dengan bermeditasi. Fokuskan pikiranmu pada aliran Q mengalir perlahan, mengisi tubuhmu. Jangan pikirkan apa pun selain rasa aliran itu."

Han Zian duduk bersila, memfokuskan diri seraya memejamkan mata. Napasnya perlahan menjadi teratur dan wajahnya menunjukkan keseriusan. Sang tabib mengamati dengan penuh perhatian, tersenyum kecil saat melihat aura kehijauan samar mulai menyelimuti tubuh pemuda itu.

Sang tabib senang dengan perjuangan Zian yang mulai memahami penjelasan barusan. Dan membiarkan Q mengalir dengan alami didalam tubuhnya. Dengan waktu yang singkat, ia akan mencapai tingkatan yang bahkan tak ia bayangkan sebelumnya.

Latihan berlangsung hari demi hari. Han Zian perlahan memahami bagaimana memvisualisasikan energi Q dan mengintegrasikannya dengan gerakan tubuh. Ia melewati tahapan--demi--tahapan, dari pembentukan jindan, pengaktifan meridian, hingga akhirnya mencapai tahap tinggi bernama Ling Kai yang memakan 3 tahun lamanya.

Hari berganti pagi, embut lembut membasahi sawah yang luas. Yang diapit dua gunung besar, yang bernama Pangeran dan Permaisuri seperti Han Zian dan Hu Rong.

Sang tabib berniat ingin menjodohkan anak wanitanya dengan Zian, ia merasa pemuda yang baru saja masuk tahap Ling kai, pantas menjadi pendamping anak wanitanya yang sudah dewasa.

Tabib Cii memberi tahu kalau niatnya itu kepada Zian, untuk mempererat tali persaudaraannya. Ia berharap Zian dan Hu rong menyetujui perjodohan tersebut dan bijak dalam mengambil keputusan.

Akhirnya sang tabib memberanikan diri untuk bicarakan perjodohan mereka. Dengan malu-malu mereka menjawab niatan Tabib Cii Xian dengan wajah mesem. Akhirnya mereka menyetujui perjodohan tersebut, karena tidak mau menyia-nyiakannya. karena mereka sebenarnya dari pandangan pertama, mereka sudah merasakan suatu getaran didalam hati mereka.

Sang tabib senang mendengar mereka menyetujui perjodohan itu dan ia akan menjadi wali pernikahan anak wanitanya, Hu Rong bersama Han Zian nanti.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!