Saat memasuki Desa Jiang Hu, Han Zian harus menghadapi kenyataan pahit. Ayahnya kini terbaring lemah di tanah, tubuhnya terkulai oleh sakit yang tak tertahankan, Racun mematikan telah menjalar.
Dengan lembut anak bertubuh kuat itu menyokong tubuh ayahnya. Menatap wajah pucat yang pernah penuh semangat, dan darah hitam yang mengalir dari mulut sang ayah. Han Zian begitu terpukul, hatinya dibalut kesedihan mendalam.
Dengan cepat, Han Zian mengambil air sungai dan membersihkan darah dimulut ayahnya. "Ayah, bertahanlah!" ucapnya, suaranya terputus oleh kesunyian desa. Saat ia memandang Desa Jiang Hu yang sepi.
Malam mulai menyelimuti Desa Jiang Hu, membuat pandangan pemuda bermata hijau jadi putus harapan. Jalan-jalan tampak kosong, tak terdengar suara langkah kaki. Kedua pria itu terus berjalan, mencari tempat berlindung. Namun, rumah-rumah di desa Jiang Hu tampak tertutup dan tak ada seorangpun. Dengan hati berat, Han Zian memapah ayahnya yang semakin lemah, melanjutkan perjalanan tanpa tujuan yang jelas.
Dari kejauhan, saat kunang-kunang terbang mendekati sungai, tampak seorang wanita cantik hendak menggapai serangga bercahaya itu. Wanita itu bernama Hu Rong, salah satu warga Desa Jiang Hu. Namun, perhatiannya kini teralihkan kepada dua pria yang terlihat lelah, berdiri di tepian dekat sungai dan mencari pertolongan. Hu Rong pun berjalan mendekati mereka dengan penasaran, ingin mengetahui yang terjadi dan membantu mereka.
"Apa yang terjadi?" Hu Rong bertanya dengan lembut, mencoba memahami situasi mereka.
Han Zian menatapnya dengan ragu, tetapi Lee yang lemah tersenyum menatap Hu Rong.
"Kami ... membutuhkan bantuan," kata Han Zian, dengan suara lembut.
Hu Rong memahami kondisi ini tampak berbahaya bagi nyawa Lee, ia segera mengajak mereka ke rumahnya untuk diberikan pertolongan. Ayahnya adalah seorang Tabib, bernama Cii Xian. Seorang ahli pengobatan dan sekaligus pendekar terkenal di Desa Jiang Hu.
Sesampainya di rumah Hu Rong. Han Zian meletakkan Lee di tempat tidur. Sementara itu, wanita bermata jernih pergi mencari ayahnya dengan panik. Dilihatnya sang ayah yang berada di belakang rumah tengah Membelah kayu bakar, ia pun menghampiri dengan tergesa.
"Ayah, cepat! Ada orang terluka parah." Hu Rong menarik tangan ayahnya.
Tanpa ragu, Tabib Cii segera mengikuti Hu Rong. Hingga ia melihat kondisi seorang pria yang terkulai lemah di rumahnya.
Sang tabib mengusap darah di sudut bibir Lee, dan mengetahui kejanggalan. "Ini Racun mematikan!" ucapnya seraya mengernyit. "Kita harus bertindak cepat!"
Denga segera Tabib Cii mendudukkan Lee dan memulai pengobatan untuk mengeluarkan racun dari tubuhnya. Ia memfokuskan tenaga dalamnya, memukul pundak Lee dengan tepat. Racun mematikan akhirnya keluar dari tubuh Lee bersama darah dan cairan.
"Racun ini sangat berbahaya," katanya serius. "Racun murni yang mematikan. Beruntung bisa mengeluarkan tepat waktu."
Lega melihat ayahnya pulih, tetapi khawatir akan dampak racun tersebut. Han Zian mendengar penjelasan Tabib Cii dengan cemas. "Apakah ayahku bisa disembuhkan?" tanyanya penuh harap.
Tabib Cii menarik napas dalam-dalam, lalu ia berkata. "Tidak ada obat yang bisa menyelamatkan nyawanya. Aku memiliki ramuan, hanya bisa untuk bertahan beberapa jam saja."
Lee terlihat pasrah, namun Han Zian tidak menyerah. "Tidak ada harapan?" tanyanya lagi.
Sang tabib menggelengkan kepalanya, matanya menunjukkan rasa hibah. "Maaf, anak muda kita telah berusaha maksimal."
Lalu sang tabib bertanya kepada Han Zian karena penasaran. "Mengapa ayahmu terluka dan ada racun yang mematikan?"
Han Zian mengepal tinju, matanya memerah. "Kami diusir oleh Perguruan Elang Hitam dari ibu kota Shogun. Mereka tidak ingin melihat kami lagi disana, dan langsung menyerang kami secara bertubi-tubi."
Tabib Cii terkejut, lalu dirinya teringat masa lalunya, tentang kisah pilu gurunya yang meninggal karena racun mematikan.
"Setelah guruku meninggal, para guru di ibu Kota Shogun mengucapkan bela sungkawa. Tetapi Perguruan Elang Hitam hanya berucap melalui muridnya, dengan alasan gurunya sibuk di kekaisaran Ryu Jin.
Tabib Cii menatap jauh, kenangan pahit muncul. "Guruku, seorang pendekar tak terkalahkan. Dia memiliki kekuatan Naga Putih. Namun, dia dibunuh oleh istrinya yang dipengaruhi Pendekar Naga Hitam. Setelah itu, mereka melarikan diri, meninggalkan kesedihan yang tak terhenti."
Lee menatap Tabib Cii dengan mata terkesiap. "Apakah gurumu bernama Gun Yoga?" tanyanya lemah.
Tabib Cii terkejut, keningnya mengkerut. "Kau kenal beliau?"
"Dia ... ayahku." Lee berucap lemah.
Tabib Cii terguncang, matanya berkaca-kaca. "Kau anak Guru Gun Yoga?!"
Tabib Cii menghampiri Lee dan memeluknya, air matanya tumpah tak tertahankan.
"Aku titip anakku padamu," bisik Lee. Napas terakhir Lee menghilang di pelukan Tabib Cii.
"Tuan Lee! Tuan Lee!" Tabib Cii memanggil dengan panik. Memastikan hembusan napasnya dan urat nadi Lee. Ia pun semakin pasrah ketika tidak ada lagi embusan napas tersisa dan menangis histeris di atas tubuh Lee Hwan anak kandung gurunya.
"Ayah!" Han Zian berteriak, hatinya hancur. Teriakannya membangunkan warga desa. Matanya berlinang air mata dan hatinya seakan pecah.
Han Zian memeluk ayahnya erat, menangis terisak. Sementara itu, Tabib Cii turut terguncang, kesedihan membalut hatinya.
Hu Rong, yang sering mendengar cerita Guru Gun Yoga dari ayahnya, tidak dapat menahan air mata. Ia pun menangis melihat kematian seorang keturunan pahlawan di rumahnya.
***
...Keesokan harinya, warga Desa Jiang Hu berkumpul untuk menguburkan Lee Hwan di samping kuil Desa Jiang Hu. Upacara pemakaman berlangsung khidmat, sesuai adat istiadat desa....
...Setelah upacara pemakaman selesai, warga Desa Jiang Hu kembali ke rumahnya masing-masing. Tinggallah Han Zian, Hu Rong, dan Tabib Cii Xian berada di depan pemakaman Lee Hwan. ...
"Aku akan balas semuanya!" Han Zian berjanji dalam hati, amarah memancar di matanya.
"Mari kita pulang, Anakku." Tabib Cii mengelus pundak Han Zian.
Mereka berjalan perlahan, meninggalkan persemayaman Lee. Tabib Cii merasa dirinya harus membantu Han Zian, untuk memulihkan kekuatan yang berada didalam tubuhnya, kekuatan Naga Putih, kekuatan sang Kakek.
Setelah sampai di rumah, Tabib Cii menatap Han Zian dengan mata bijak. "Aku melihat semangat kakekmu dalam dirimu. Aku akan mengajarkanmu ilmu Kultivasi dan memulihkan kekuatan Naga Putih. Bersiaplah, Han Zian, perjalanan panjang menanti."
Tabib Cii memimpin Han Zian ke sebuah taman, dekat kolam air jernih. "Minum air ini dan fokuskan pikiranmu. Biarkan aura kakekmu bangkit dalam dirimu."
Han Zian meminum air tersebut, menutup matanya, dan memusatkan pikiran. Tubuhnya Han Zian bersinar, terlihat oleh Tabib Cii yang mampu melihatnya.
"Membersihkan aura, adalah langkah awal. Kau harus mengurangi emosi dan fokus pada kekuatan sejati." Tabib Cii menatap Han Zian dengan serius, berkat la dengan penuh wibawa seorang Guru.
Han Zian membuka mata secara perlahan, dengan ekspresi tenang dan fokus. "Aku merasakan energi hangat mengalir dalam tubuhku, seperti kekuatan bangkit kembali."
"Air ini memulihkan tenagamu." Tabib Cii mengangguk pelan dan tersenyum, berkata kepada Han Zian dengan lembut. "Baik, Han Zian! Jika kau siap. Kita mulai tahap selanjutnya melatih kultivasi tahap awal pada dirimu."
"Semangat lah Han Zian! Kau penerus pendekar Naga Putih yang terakhir!" ucap Hu Rong yang mengikuti mereka, menyambut kekuatan Naga Putih yang pulih didalam tubuh Han Zian dengan senyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Nanik S
Semoga Mcnya tdk mudah terjebak oleh wanita
2025-05-09
1
Nanik S
Lanjutkan
2025-05-09
1