Arsen Dan Lavina
Arsen Mahendra, anak pertama dari keluarga Mahendra. Ia anak laki-laki yang baik dengan senyum menawan. Ia memiliki seorang adik bernaman Lavina Mahendra, cantik dan pintar. Lavina juga jago sekali memasak. Arsen juga sangat suka dengan masakan Lavina.
"Kak tolong ambilin aku minum aku haus."
Lavina memang sangat manja pada kakaknya itu, Arsen membawakan Lavina sebodol air meniral.
"Capek ya habis olahraga? Sini kakak pijiti."
"Enggak usah, kakak bantuin ayah saja sana."
Hedra Mahendra, beliau adalah ayah Arsen dan juga Lavina. Bekerja sebagai dokter bedah disalah satu rumah sakit ternama. Dan di sebalahnya Susi Amirana, istri Hendra atau ayah dari Lavina dan juga Arsen.
"Yah, Arsen boleh bantuin Ayah?"
"Boleh, kamu potong rumput di halaman belakang."
Arsen 21 tahun mahasiswa tingkat akhir di salah satu universitas di Indonesia. Sudah cukup dewasa namun belum memiliki kekasih. Karena perasaan anehnya pada sayang adik. Perasaan yang sebenarnya tak boleh ada, karena diam-diam Arsen jatuh cinta dengan adiknya.
"Senyummu Lavina, tawamu dan juga candamu semua yang ada di dirumu aku suka. Memang aneh, tapi diam-diam aku jatuh cinta padamu." Batin Arsen.
Makan siang Arsen selalu menyisakan kulit ayam untuk Lavina karena Lavina sangat suka dengan kulit ayam. Meski dulu ketika mereka masih kecil sering berebut ayam goreng. Arsen memberikan kulit ayam ke piring Lavina.
"Kakak tahu aja apa yang Vina suka."
Arsen memandangi Lavina, Lavina jadi gugup entah seperti ada getaran aneh juga yang melanda jiwa Lavina.
"Nanti sore kita jalan-jalan ke taman ya?"
"Siap bos."
Sore itu Arsen dan Lavina jalan-jalan ke taman, Arsen membelikan Lavina es krim dan mereka kini duduk di bangku taman. Menikmati pemandangan sore yang indah.
"Vin mungkin ini salah tapi aku jatuh cinta sama kamu. Aku sudah tak bisa menyembunyikan perasaanku ini."
Lavina sedikit terkejut mendengar pengakuan kakaknya itu. Meski sebenarnya ia juga merasakan hal itu. Dan persaan itu selalu menghatui mereka, perasaan cinta yang mengebu-ngebu. Antara Lavina dan juga Arsen.
"Ini salah kak, kita salah. Kita tak boleh seperti ini."
Arsen memeluk Lavina adiknya sendiri, Lavina mencoba melapaskan pelukan Arsen namun tidak bisa.
"Tapi Vi, bukanya cemburu kalau aku dekat dengan Aluna."
Lavina termenung ia tak tahu harus menjawab apa. Dalam hati kecilnya ia juga ingin bersama dengan kakaknya tapi ini terlalu tidaklah mungkin.
"Tapi kak, ini tidak benar kak, kita tidak mungkin bisa bersama."
Lavina yang kini telah meneteskan air matanya itu.
Aresn mengusap air mata Lavina, Arsen sedikit merasa bersalah karena telah mengungkapkan perasaannya ini pada adiknya. Karena pastinya nanti akan membuat Lavina kepikiran. Perasaan yang tidak seharunya ada namun malah mereka rasakan.
"Aku takut kak, Aku takut rasa ini terlalu dalam dan kita tak akan pernah bisa bersama."
Isak tangis Lavina semakin menjadi saja. Arsen memeluk Lavina dan berbisik "kita jalani saja semua ini" sambil mengusap rambut Lavina.
Lavina melepaskan pelukan Arsen, ia tak ingin melakukan kesalahan yang besar. Meski sebanarnya ia juga merasakan perasaan yang sama.
"Mungkin kita memang tak bisa bersama, tapi asal kamu tahu Vin. Aku hampir gila karena memikirkan semua ini, apa kamu tahu Aluna kekasihku yang aku anggap kamu, sama seperti kamu hanya menjadikan Arkan pelampiasan saja."
Lavina memang tak benar-benar cinta dengan Arkan, namun ia juga tak mau bersama dengan kakaknya. Karena pastinya nanti mereka tak akan bisa besama. Hari semakin gelap Arsen mengajak adiknya pulang, karena pastinya jika mereka pulang terlambat ayah dan ibu mereka akan memarahinya. Dan Arsen tidak mau dimarahi, jadi mereka segera bergegas pulang.
Sejak kecil sampai sekarang, Arsen selalu merasa jika kasih sayangnya kedua orang tuanya tertuju pada Lavina. Arsen berfikir karena Lavina anak bungsu, ditambah Lavina juga sangat manja sekali.
Arsen menyentuh tangan Lavina, bahkan Arsen mengenggam tangang adiknya itu. Seakan ia tak mau melepaskan tangan itu, dan jantung Lavina berdetak lebih kencang.
Ponsel Arsen berdering ia menerima pesan dari Aluna. Setelah menerima pesan dari Aluna, Arsen menyuruh Lavina untuk pulang duluan karena Arsen ada urusan. Lavina hanya menurut saja.
Arsen menuju ketempat Aluna, Aluna adalah kekasihnya. Hanya karena kesalah pahaman mau tak mau ia harus menjadi kekasih Aluna. Karena ayah Aluna adalah pemegang saham tertinggi diperusahaan ayahnya. Aluna menyuruh Arsen datang kesebuah hotel, entah apa yang sebenarnya direncanakan oleh Aluna. Arsen telah sampai di depan kamar tempat Aluna menginap.
Dan Aluna membukakan pintu kamarnya, setelah Arsen mengetuk pintu kamarnya.
"Ada apa katakan sekarang, aku enggak punya banyak waktu."
"Kamu bilang, kamu akan selalu ada untukku dan kapan pun."
"Itu dulu sebelum aku menyadari perasaan ku sama orang lain."
Aluna hanya diam saja menatap Arsen. Dan ia menarik Arsen masuk ke dalam kamarnya itu. Dan mereka terjatuh sehingga Arsen jatuh menimpa Aluna, Arsen segera bangun. Ia tak mau melanggati orang gila seperti Aluna. Aluna menjadi ambisius seperti ini setelah ia ditinggal pergi oleh kekasihnya, yang lebih memilih bersama dengan sahabatnya sendiri. Itu memang sakit, dan sekarang ia jatuh cinta lagi, dan ia jatuh cinta pada Arsen. Maka dari itu ia tak akan pernah membiarkan Arsen lari darinya.
Lavina sampai di rumah sendirian, ayah menanyakan Arsen. Dan Lavina menjawab jika Arsen ada urusan. Lavina mandi, ia memikirkan ungkap perasaan Arsen. Namun ia juga tak bisa menyakiti Arkan yang tulus mencintainya.
Aluna lebih tua satu satu di atas Arsen. Dan ia juga berambisi segera menikah dengan Arsen. Meski Arsen sudah menolaknya, dan hanya ingin menjadi kekasihnya saja.
"Arsen, Aku mau kita tidur bersama malam ini."
"Dasar gila."
"Prak.." Aluna melempar ponselnya ke wajah Arsen. Arsen merasakan sakit di pipinya, yang kini terlihat memar berwarna merah kehitam-hitaman itu. Arsen tak membalas perbuatan Aluna, dan ia hanya memilih untuk diam saja.
"Kamu itu bawahan, dan bawahan harus nurut sama atasan."
"Maaf saya harus pergi," ucap Arsen yang langsung keluar dari kamar Aluna.
Arsen magang di kator Aluna, dan menjadi bawahan Aluna. Arsen pulang ke rumahnya, ia tak sabar melihat keadaan Lavina. Lavina pasti marah karena ia tinggal begitu saja.
"Dasar gila, kamu cantik Aluna tapi rasaku untuk Lavina." Batin Arsen.
Aluna akan membuat perhitungan, karena perbuatan Arsen hari ini. Ia tak terima akan perlakuan Arsen hari ini padanya. Karena Arsen itu harusnya menurut denganya.
"Awas saja Arsen kamu akan mendapatkan balasan untuk semua ini."
-Tbc-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
@✿€𝙈ᴀᴋ hiat dulu⦅🏚€ᵐᵃᵏ⦆🎯™
beri like❤
mapir balik
2020-12-04
0
Kiva trepes
aku mampir kakak
2020-11-30
1
Dian Anggraeni
Hai tor baru mendarat nih 👏👏 mampir di karya Iyoy kesayangan Aa ya
2020-11-10
2