"Dasar tidak waras kalian, saling jatuh cinta padahal kalian adalah saudara." Batin Aluna yang sebenarnya juga sama gilanya.
Arsen keluar dari kamar Lavina, dan ia membantu steffi membawa barang-barangnya. Mereka akan menginap selama satu minggu di villa keluarga Lavina. Steffi sebenarnya juga sudah curiga jika Lavina dan Arsen memiliki hubungan khusus. Tapi menurutnya itu bukan urusanya. Karena yang penting baginya Lavina adalah sahabatnya.
Aluna mencegat Arsen, dan Arsen berhenti di depan Aluna.
"Apa yang kamu mau?"
Aluna malah tersenyum devil dan menatap jam Arsen.
"Dasar enggak tahu diri, adik sendiri kamu sosor."
"Maksud kamuapa?"
Aluna memperlihatkan rekaman vidio yangrekam tadi. Sambil tersenyum penuh kemenangan.
"Aluna hapus enggak,"
Arsen berusaha merebut ponsel yang dibawa Aluna, namun tidak bisa.
"Kamu mau ponsel ini, ambil aja. Tapi aku sudah copy filenya di laptopku, ponselku yang satunya juga."
"Sekarang apa yang kamu inginkan?"
Aluna kembali tersenyum penuh kemenangan, Aluna yang gila itu Arsen sekarang karena telah membuat Iqbaal tak berdaya.
"Aku mau kamu jadi kekasihku seutuhnya, dan lupakan Lavina."
"Tidak sudi, aku hanya mencintai Lavina, walau status kita pacaran."
"Jadi kamu mau rekaman ini dilihat sama om Indra sama tante Lina?"
Arsen dan Aluna hanya saling pandang, Arsen berfikir pastinya ia akan dipisahkan dengan Lavina jika sampai kedua orang tua tahu. Tapi ia juga tak bisa menjadi kekasih Aluna seutuhnya. Bingung dan bimbang Arsen tak bisa berfikir jernih.
"Jawab Sen, kamu mau yang mana, pacaran sama aku dan perlakukan aku layaknya kekasih sejatimu atau rekaman ini dilihat sama orang tua kamu?"
Aluna mempertegas kembali, Arsen hanya bisa pasrah. Masalah jadi kekasih Aluna masih biasa ia siasati. Dan kini yang terpenting bagaimana rekaman itu tidak dilihat ayah dan ibunya.
"Terserah kamu, aku bersedia."
Arsen meninggalkan Aluna, Aluna tersenyum karena rencananya berhasil. Arkan dan Lavina tengah berada diluar Villa menikmati indahnya pemandangan. Tak ada kata yang terucap diantara mereka berdua. Arkan hanya bisa memandangi Lavina, meski ia baru beberapa tahun kenal dengan Lavina, namun rasanya ia sudah kenal lama dengan Lavina. Arkan tidak pernah tahu jika dirinya hanyalah kekasih bayangan saja.
Steffi dan Aldo sibuk dengan dapur, Aldo dan Steffi memang sangat suka memasak. Masakan mereka berdua memang juara rasanya. Dan mereka adalah pasangan yang klop. Arsen melihat Aluna dengan Arkan. Ia tak jadi menemui Lavina setelah tahu Lavina bersama dengan Arkan. Arsen berfikir sebaiknya Lavina dengan Arkan saja. Arsen melihat jika Arkan ada pria yang baik.
"Kan."
"Em..iya Vin, ada apa?"
Arkan menatap Lavina, menunggu ucapan yang akan diucapkan Lavina. Dan Lavina malah hanya menggelengkan kepalanya.
"Status kita pacaran, tapi rasaku ke kamu sudah pudar kan? Aku jatuh cinta sama orang lain. Maafin aku Kan."
"Aku ingin dekat dengan kamu meski kini kamu bukan milikku, terimakasih untuk selama ini. Tapi aku masih ingin di sini, di dekatmu menjadi temanmu."
Angin sepoy-sepoy menerpa mereka, dan menambahkan suasana menjadi dramatis. Arkan yang tulus, tak akan membiarkan Lavina tak bahagia dengannya.
"Aku masih ingin melihat senyummu, karena tawamu adalah canduku. Biarkan aku hanya menjadi figuran dihidupnya. Setidaknya aku masih bisa melihatmu."
-Arkan-
Arsen menyuruh Kiki untuk menghapus Vidio dirinya dan Lavina yang ada di laptop Aluna . Kalau di ponsel Arsen yang akan mengurusnya sendiri. Jika Aluna ingin bermain-main dengan Arsen, maka Arsen akan ikuti permainan Aluna itu. Dan Arsen akan membuat Aluna terjebak dalam permainannya sendiri.
"Terimakasih Kan, tapi aku ingatkan jangan menungguku, kamu harus cari orang lain yang mampu membuatmu bahagia."
Arkan hanya tersenyum, bagi Arkan tak ada orang lain selain Lavina. Meski Dira selalu saja mengejarnya, memberinya surat cinta dan juga cokelat. Tapi cinta memang selalu tak bisa dipaksakan. Arkan tetap memilih bertahan dengan Lavina, meski ia tahu cinta Lavina mulai pudar.
Arkan mencintai Lavina dan Lavina encintai Arsen. Tapi apakah mampu Arsen dan Lavina melawan takdir jika mereka itu adik kakak.
"Jalan-jalan yuk."
Aluna mengajak Arkan jalan-jalan, Lavina dan Arkan masuk kedalam hutan. Diam-diam Arsen mengikuti mereka, Arsen hanya takut Lavina kenapa-napa. Karena Lavina memang tak bisa kecapean. Arsen hanya tak ingin melihat Lavina sakit, jatuh pingsan lagi.
Arkan berlari-lari dan Lavina mengejarnya.
"Kan, tunggu-tungguin aku, jangan lari-lari."
Lavina terlihat kehabisan nafas, Arkan panik dan kembali mendekat ke arah Lavina yang terlihat sesak nafas.
"Vin, kamu kenapa? Aku harus apa?"
"Dadaku sesak. Bawa aku kembali ke Vila."
Arkan menggendong Lavina menuju vila kembali, Arkan terlihat cemas. Dan ternyata Arsen tidak mengikuti mereka lagi, mendung tiba-tiba terlihat.
"Kita harus sampai sebelum hujan."
Arkan tidak tahu apakah mereka akan sampai sebelum hujan. Karena Karel sendiri lupa jalan untul kembali ke vila. Hujan turun tak begitu deras, Arkan dan berteduh dibawah pohon. Arkan melepas jaketnya untuk memayungi Lavina dan Arkan membiarkan dirinya kehujanan. Arsen sangat cemas karena hujan begini Lavina dan Arkan belum juga kembali. Arsen menyusul Lavina dan Arkan ke dalam hutan. Meski hujan Arsen tetap saja masuk ke dalam hutan untuk mencari Lavina.
Bibir Lavina terlihat sangat biru dan wajahnya juga sangat pucat sekali. Tangannya juga terasa sangat dingin sekali.
"Kamu kedinginan?"
Lavina hanya mengangguk saja, tapi Arkan juga tak bisa berbuat apa-apa lagi. Arsen menemukan Arkan dan Lavina yang berteduh di bawah pohon. Arsen langsung melepas jas hujanya dan juga jaket yang ia kenakan. Ia melepas jaket Lavina dan menggantinya dengan jaketnya itu. Arsen juga mengenakan jas hujan ditubuh Lavina. Dan kini ia mengendong Lavina dipunggungngya.
"Kak, kok tahu kalo aku disini."
Arsen hanya diam saja dan terus berjalan, dan diikuti Arkan di belakangnya. Rambut Arsen yang basah karena kehujanan, begitu pula dengan tubuhnya. Akhirnya mereka sampai juga di vila, Steffi dan Aldo terkeht saat melihat keadaan Lavina.
"Dia Kenapa kak?" tanya Steffi.
"Sudah, jangan banyak tanya ganti pakaiannya."
Arsen menurunkan Lavina di ranjang, Arsen keluar dari kamar Lavina. Steffi segera mengerjakan apa yang disuruh oleh Arsen barusan. Arsen melihat Arkan telah berganti . Arsen menatap Arkan dengan tatapan yang sulit diartikan itu.
"Kenapa kak?"
"Kamu itu harusnya bawa Lavina pulang."
"Aku lupa jalan pulang kak."
"Aku harap kamu enggak buat Lavina seperti ini, jaga dia dengan baik."
Arkan mengangguk, ia terlihat menunduk dan Arsen meninggalkan Arkan sendiri. Arsen segera menuju kamar Lavina, Lavina terlihat lemah tak berdaya disana. Arsen ingin memarahi habis-habisan
Arkan tapi ia tak bisa melakukanya disini. Karena pastinya Lavina akan membela Arkan.
-Tbc-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Ishiba Aoi
like.. semangat thor!
2020-12-01
0
سافيرا ريسكا
nextt nextt
2020-11-02
0
Salak
Hai kak jangan lupa mampir di karyaku yah
2020-10-22
1