Arsen mampir toko kue, ia terlihat tengah membungkuskan hadiah untuk Lavina lewat jasa pembungkusan kado. Kue kesukaan Lavina tentunya, trik jitu Arsen untuk melumpuhkan hati Lavina. Pasti Lavina tak akan marah jika diberi hadiah. Arsen segera naik taksi dan pulang ke rumah.
Arsen telah sampai rumah, langsung ditanyai ibunya.
"Arsen, kenapa meninggalkan Lavina? Kenapa Lavina kamu biarkan pulang sendirian?"
"Sekarang Lavinanya di mana Yah?"
"Pergi ke toko buku."
Arsen masuk kamar Lavina dan menaruh bingkisan kue di laci Lavina. Ia segera mandi, dan berniat menyusul Lavina. Arsen menduga jika Lavina marah padanya.
Sudah satu jam Lavina berada ditoko buku itu. Ia membeli sebuah novel, dan kemudian pulang. Ketika ia hendak membayar, Lavina mencari dompernya ia lupa tak membawa dompet. Akhirnya ie memgambil ponselnya dan menelfon Arkan.
"Kan, jemput aku, ditoko buku biasa."
Belum sempat menjawab Lavina langsung menutup ponselnya dan ia juga tak memberi kesempatan untuk Arkan bicara. Arkan langsung saja memakai jaketnya dan menuju toko buku yang dimaksud oleh Lavina. Arkan memang sering mengantarkan Lavina ke toko buku itu. Arkan sendiri heran, karena setiap membeli buku tak pernah di baca Lavina dan palingan yang baca Steffi atau teman-temanya yang lain.
Arkan adalah kekasih Lavina, mereka sama-sama masih kuliah tingkat pertama. Keduanya menjalin cinra sejak SMA. 10 menit kemudia Lavina melihat Arkan diseberang jalan. Dan Lavina langsung saja menuju ke tempat Arkan. Arkan memberikan bebrapa uang lembaran seratus ribu untuk Lavina. Lavina segera membayar dan pulang diatarkan oleh Arkan.
Arkan sangat mencintai Lavina, sejak dulu hingga saat ini. Namun cinta Lavina pudar setelah ia menyadari rasa sayangnya pada Arsen kakaknya sendiri. Rasanya aneh saat ini, entah mengapa Lavina menjadi merasa enggak enak sama Arkan. Ia tak mau membawa Arkan terlalu dalam masuk kedalam hidupnya. Intinya Lavina tak ingin Arkan sakit hati nantinya. Karena jujur saja Lavina tak punya perasaan apa-apa sekarang. Rasanya untuk Arkan mulai memudar.
Arsen hanya penutup agar tak ada yang tahu jika Lavina mencintai kakak kandungnya itu. Perasaan yang sebenarnya tak boleh ada itu. Arsen yang menyusul Lavina melihat Lavina diboceng Arkan. Entah mengapa Arsen sedikit kesel melihat Lavina dibonceng sama Arkan. Arkan si cowok kalem yang memiliki pesona bintang.
Akhirnya sampai juga didepan rumah Lavina, Lavina turun dari motor Arkan.
"Makasih yah Kan.".
"Sama-sama, bukanya biasanya begini ya? Lavina yang manja dan merepotkan tapi aku cintai." Ucap Karel yang tiba-tiba saja mencium kening Lavina. Lavina sedikit kaget, dan Arkan langsung saja pamit, karena ia tak mau mendengar ocehan Lavina. Perlahan Lavina membuka pintu rumahnya itu. Dan ternyata ada ayahnya di sana.
"Darimana aja kamu? Katanya ke toko buku kok lama sekali?"
"Dari rumah temen ngerjain tugas Yah."
"Tadi kamu diantar sama siapa, pacar ya!" goda Ayahnya.
"Apaan sih Yah, dia itu anak om Roy teman Ayah itu loh."
Lavina menaiki tangga dan menuju kamarnya, ia melihat hadiah dari Arsen. Lavina tersenyum, karena ia tahu pasti Arsen mau menyogoknya dengan kue itu.
Arsen juga sudah sampai rumah, ia langsung saja naik menuju kamarnya. Saat ini Arsen masuk kedalam kamarnya. Kamar Arsen dan Lavina memang berdapingan. Arsen bersandar di tembok yang merupakan pembatas kamar Mereka.
"Vin, Lavina." suara Arsen.
Lavina yang mendengar suara Arsen langsung bersandar juga di tembok pembatas kamar mereka. Kini hanya dinding yang mengahalangi mereka.
"Maaf kakak enggak maksud ninggalinkamu tadi. Kakak ada urusan."
"Udahlah kak, kakak tadi ketemu sama kak Aluna kan?".
"Tadi kakk malah lihat kamu di cium Arkan."
Lavina terdiam sejenak, "Jadi kakak tahu tadi ketika Arkan menciumku? Apa kakak cemburu?" Batin Lavina.
"Sudahlah Kak, kita memang saling cinta tapi ingat kita ini sedarah. Kita tidak ditakdirkan bersama."
Air mata Lavina terjatuh seketika, ia tak ingin Arsen tahu jika saat ini ia sedang menangis.
"Tapi aku hampir gila dengan perasaan aneh ini, rasa ingin memilikimu Vin."
Mereka sama-sama bersadar ditembok, batin mereka sama-sama tersiksa. Rasanya seperti berperang tapi bukan dengan pistol, atau senjata lainnya. Tapi rasanya ini lebih sakit, berperang dengan hati. Saat kisah cinta mereka tak dapat bersatu. Karena hubungan darah sebagai kaka adik.
"Kenapa Vin, kenapa kita harus dilahirkan sebagai kakak adik kenapa? Kenapa kita harus lahir di hamin yang sama?"
Suara isak tangis Lavina terdengar ditelinga Arsen. Suara yang Lavina tutupi, malah didengar Arsen.
"Jika bisa memilih kak, aku enggak ingin hidup kaya gini."
Suara Lavina terdengar parau, karena ia menangis. Dan mereka hanya terdiam, Lavina berbaring di kasurnya itu. Sementar Arsen keluar kamarnya dan menuju kamar mandi. Kamar mandi di kamar Arsen memang sedang rusak.
Arkan memegangi bibirnya yang tadi ia gunakan untuk mencium kening Lavina. Memang bukan rahasia umum lagi kalau Arkan sangat mencintai Lavina. Dan banyak pihak yang berpendapat jika mereka telah pacaran. Arkan senyum-senyum sendiri saat membayangkan ketika ia mencium Lavina tadi. Arkan sangat bahagia, meski banyak wanita yang mengejarnya namun hanya Lavina yang Arkan cintai.
Arsen baru saja selesai mandi, ia tak mendengar suara apa pun dari dalam kamar adiknya itu. Memang biasanya Lavina sering sekali memutar musik. Dan kali ini tidak terdengar musik sama sekali.
"Apa dia sedang belajar yah? Aku takut ketika kitq saling tahu rasa ini kita malah berjauh-jauhan." Batin Arsen.
Lavina tengah memikirkan perasaanya itu. Perasaanya pada Arsen perasaan yang tak seharusnya ada. Tapi kenapa ada, jadi serba salah. Apalagi sekarang ia tahu jika Arsen juga merasakan hal yang sama dengannya. Sungguh cinta menyiksa mereka, jika orang tua mereka tahu akan hal ini tak tahu apa yang akan mereka lakukan pada Arsen dan Lavina.
Lavina sering pergi ke bar bersama dengan Aldo dan juga Steffi. Mereka adalah sahabat Lavina, dan ditambah Arkan. Lavina yang melihat ponselnya penuh dengan panggilan tak terjawab dari Aldo dan Steffi. Lavina membalas dengan pesan jika dirinya masih dalam keadaan tidak baik.
Aluna merasa ada yang aneh dari hubungan
Arsen dan Lavina. Aluna sempat mengambil ponsel Arsen, dan didalam galeri Arsen banyak sekali foto Lavina. Dan ini tak seharusnya ada, itulah yang ada dalam fikiran Aluna. Karena terlalu aneh saja seorang kakak menyimpan foto adiknya begitu banyak seperti ini.
"Aku harus cari tahu, apa yang sebenarnya terjadi!"
Aluna mulai curiga jika Arsen menaruh hati dengan Lavina, dan itu bisa jadi senjata Aluna agar bisa bersama dengan Arsen.
-Tbc-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Sri Banyu Bening
Hemmm ada apa sebenarnya ya
2020-10-20
1
Fitria Berkisah
semangaaat
2020-10-19
1
Anonim
like, rating.. semangat thor 🤩
2020-10-06
1