(3)Kecurigaan Aluna

Arsen baru saja ingat jika ponselnya dibawa oleh Aluna. Ia takut Lavina chat macam-macam dan akhirnya semuanya terbongkar. Tiba-tiba saja Arsen masuk kedalam kamar, dan Lavina seperti ingin berteriak. Tapi saat tahu yang masuk adalah Arsen, Lavina mengatur nafasnya kembali. Menarik nafasnya agar lebih tenang.

"Ada apa kakak kemari?"

"Jangan keras-keras."

"Kakak cuma mau ngomong jangan chat nomor kakak, soalnya ponsel kakak ada sama Aluna."

Lavina tengah mencerna ucapan Arsen kakanya itu. Ia berfikir kenapa ponsel kakaknya ada pada Aluna, apakah kakaknya itu tukeran ponsel dengan Aluna. Lavina cemburu karena kini Arsen lebih mementingkan Aluna daripada dirinya. Melihat expresi Lavina, Arsen langsung menjelaskan jika dirinya dan Aluna tak ada hubungan apa-apa.

Mereka hanya sebatas atasan dan bawahan, dam Arsen juga harus menerima Aluna sebagai kekasihnya. Aresen menjelasakan jika Aluna yang mengambil paksa ponselnya itu. Lavina mengangguk, tanda jika ia mengerti. Mereka berdiri berhadap-harapan dan saling pandang. Arsen menjauh dari Lavina dan berjalan meninggalkan Lavina, namun langkahnya terhenti saat Lavina menarik tanganya.

Dan tiba-tiba saja Lavina memeluk Arsen dengan sangat erat, seakan tak ingin melepaskan kakaknya itu.

"Aku percaya sama kakak, tapi aku rasa kakak harus menerima Aluna sebagai kekasih kakak."

Arsen melepaskan pelukan Lavina, dan menatap sang adik.

"kakak enggak akan sama siapa pun, karena kakak maunya sama kamu. Status kakak dengan Aluna hanyalah pura-pura saja."

"Tok..tok..tok." suara pintu diketuk dan suara ibu memanggil nama Lavina.

"Kak ngumpet."

Arsen langsung saja masuk ke kolong kamar Lavina agar tidak ketahuan oleh sang ibunya

"Iya bu, ada apa?"

Lavina kemudian membuka pintu kamarnya.

"Itu ibu nyari rollan rambut kok enggak ada."

Lavina pura-pura seperti berfikir, di mana rollan rambut ibunya.

"Em, aku juga tidak tahu."

"Ya udah mama tunggu di meja makan."

Lavina mengangguk, ibu Lavina turun meja maka. Setelah situasi aman Arsen keluar dari kolong tempat tidur Lavina.

"Kok kamu doang yang dipanggil Vin ? Kenapa aku enggak? Akukam juga anak mereka?"

Lavina hanya diam saja, ia tak mengerti apa maksud Arsen. Karena memang sejak dulu anak bungsu lah yang dimanja.

"Kenapa ya mungkin karena aku sakit kak, kamu tau kan gue harus minum obat tepat waktu."

Suara Lavina berat, ia kembali ingat jika dirinya sedang sakit dan harus rajin minum obat.

Arsen merasa bersalah telah bertanya seperti itu pada Lavina. Lavina sakit jatung, jantung Lavina mempunyai kelainan sejak lahir. Dan karena itulah ibu lebih sayang dengan Lavina ketimbang Arsen. Lebih perhatian dengan Lavina, karena Arsen sehat-sehat saja. Dan Arsen juga bisa melakukan segalanya sendiri.

Sedangkan Lavina ia berlari saja tidak sanggup, selalu absen saat pelajaran olahraga saat masih sekolah. Jantungnya sering terasa sesak apa lagi jika musim dingin. Dari kecil Arsen lah yang selalu menjaga Lavina. Bahkan dulu Lavina pernah pingsan dijalan, dan Arsen juga yang mengendong Lavina sampai rumah. Dan sampai rumah Arsen juga yang dimarahi ibu dan ayahnya.

"Bukan itu maksud kakak, mungkin saja kakak bukan anak kandungan mereka."

Senyum Lavina mengembang saat mendengar ucapan Arsen tadi. Namun ia juga tak mau berharap yang bukan-bukan dan yang hanya sebuah harapan kosong saja.

"Dan itu tandanya kita bisa bersama kak?"

"Tapi kita harus cari tahu dulu, jangan terlalu berharap. Takutnya hanya bikin hati kita sakit."

Arsen keluar dari kamar Lavina dan menuju meja makan. Mereka menuruni tangga secara bergantian dan duduk di kursi.

"Sen, gimana dengan magangmu di kantor Aluna?"

"Beres kok Yah, oh ya Yah kapan kita liburan?"

Ayah hanya tersenyum saja, karena menurutnya liburan tidaklah penting. Karena pekerjaan kantor sangatlah banyak, dan harus diselesaikan.

"Iya Yah, aku juga ingin liburan, pusing tahu mikir mulu." Ucap Lavina dengan gaya manjanya itu.

"Kamu nanti liburan sama kakak aja yah."

"Berdua sama kak Arsen gitu?"

"Iya, Ibu yakin Arsen bisa menjaga kamu dengan baik."

Dalam hati Lavina ia senang sekali bisa berduaan dengan Arsen.

"Oh ya Vin, kamu boleh ajak Steffi sama Aldo."

"Dan kamu Sen jangan lupa ajak Aluna, tapi kalau ada Aluna jangan lupa tanggung jawab kamu sama adikmu."

Seketika saja wajah Lavina berubah muram saat mendengar nama Aluna. Dan mereka akhirnya menyantap hidangan makan malam mereka.Selesai makan Lavina dan Arsen langsung naik ke kamar mereka masing-masing. Arsen menarik tangan Lavina sebelum Lavina masuk kedalam kamarnya.

"Tenang saja, aku enggak akan ngajak Aluna."

Lavina senang karena Arsen tidak akan mengajak Aluna, namun kini Lavina jadi bingung kalau ia tidak mengajak Arkan pasti Steffi dan Aldo curiga.

" Entah ini jalan yang salah atau benar, jika memang Lavina adik hamba. Tolong tuhan, tolong hilangkan perasaan ini dari hati saya dan juga hati Lavina. Rasanya saya gila, saya punya kelainan karena saya mencintai adik saya sendiri. Seharusnya ini tidak terjadi, dan seharusnya cinta ini tak ada. Saya berdosa karena mencintai adik saya sendiri."

-Arsen-

Sang fajar telah menampakkan sinarnya, Lavina terbangun dari mimpi indahnya itu. Ia melihat barang-barang sudah tertata rapi.

"Eh anak ibu yang cantik udah bangun."

"Ibu, ini ada apaan sih?"

"Katanya mau liburan, ibu udah siapin semua dan ibu juga udah kasih tahu Aldo sama Steffi, dan kamu tinggal berangkat saja."

"Kak Arsen dimana?"

"Kak Arsen sudah ada di villa mama, dan kamu tinggal nyusul sama temen-temen kamu."

Lavina langsung saja mandi. Setelah siap, ia melihat Steffi dan Aldo telah datang kerumah. Lavina sedikit bingung saat melihat Arkan juga ikut. Aldo yang menyetir mobil, Lavina dan Arkan duduk dibelakang.

Akhirnya sampai juga di villa keluarga Lavina dan ternyata disana sudah ada Arsen, Aluna dan juga Kiki. Kiki adalah teman Arsen, Arsen sengaja mengajak Kiki agar kiki bisa membatunya mengahadapi cewe gila seperti Aluna itu. Arsen sedikit kaget saat mekihat Arkan, ia ingat saat Arkan mencium kening Lavina kemaren.

Arsen mengantarkan Lavina kekamarnya, ia membawakan barang-barang Lavina masuk. Arsen tak mau sang adik kecapean.

"jangan cemas," Bisik Arsen saat berada didalam kamar.

Dan pada saat itu juga Aluna menguping pembicaraan Arsen dan Lavina. Lavina hanya memandangi Arsen,

"Jangan biarkan liburan kita rusak."

"Tidak tenang saja."

Arsen memeluk Lavina, dan diam-diam Aluna merekam kejadian itu. Aluna mulai yakin jika Arsen menaruh hati pada Lavina.

"Aku sayang sama kamu Vin, kakak tidak akan biarkan siapun merusak momen bahagia kita ini."

Aluna mendengar percakapan Arsen dan juga Lavina.

-Tbc-

Terpopuler

Comments

سافيرا ريسكا

سافيرا ريسكا

lanjutt

2020-11-02

0

Sri Banyu Bening

Sri Banyu Bening

Ahay ada Aluna

2020-10-21

1

Fitria Berkisah

Fitria Berkisah

ratiing ya thor

2020-10-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!