Ternyata Lukar bisa menemukan tempat persembunyian Reysha yaitu ... perpustakaan! Gadis itu sedang membaca buku di pojok ruangan. Enggak aneh sih. Untuk cewek penyendiri seperti dia, tempat seperti ini merupakan benteng yang bagus. Enggak perlu denger cewek cewek penggosip yang menyebalkan atau cowok-cowok rese. Semua pada diam sambil baca buku. Kalaupun ada yang ngobrol, itupun bisik-bisik dan enggak lama. Karena bakal banyak mata menatap mereka karena itu berisik dan mengganggu.
Lukar duduk tepat di depan Resyha. Merasa ada yang datang, dia mendongak.
"Hai," sapaan khas Lukar.
"Hai," balas Reysha datar seperti biasanya.
"Kau ada acara malam ini?" tanya Lukar sambil berbisik. Reysha menutup buku bacaannya.
"Ada."
"Eemm ... gimana kalau pulang sekolah nanti."
"Gak bisa," jawab Reysha cepat. Lukar menahan diri untuk tidak menunjukkan rasa sebalnya.
Ini cewek apa-apaan sih nolak terus. Di ajak kencan juga.
"Apa boleh buat kalau begitu. Lain kali aja ya." Lukar mengalah. Reysha mengangguk. Lalu Lukar keluar ruangan yang di sambut oleh Bimo dan Rega di luar.
"Jadi kencan kemana nih?"
"Gak kemana-mana," jawab Lukar sedikit kesel.
"Wow, dia menolakmu?" Rega surprise.
"Apakah ini akhir dari pesona seorang Lukar Ananta?" Bimo berlagak seperti host.
"Tidak perlu se-senang itu, ini hanya percobaan pertama." Rupanya Lukar masih bisa tersenyum sombong.
***
Pulang sekolah tadi Rega ngajak nongkrong. Makanya sore ini mereka lagi ada di cafe daerah kampus. Diko sama Satya ada jadwal latihan basket sore ini jadi enggak bisa ikut. Tinggal tiga cowok ini yang lagi nganggur enggak ada kegiatan di sekolah. Masih dengan seragam sekolah mereka asyik nge-jus, alias minum jus. Namanya anak muda minum jus aja kudu jauh-jauh dari rumah.
Dan lagi karena di depan cafe ada SMA 21, mungkin aja bisa nemu kenalan. Karena kelihatannya masih ada kegiatan di dalam sekolah. Buktinya ada banyak murid yang keluar dari pintu gerbang.
"Banyak cewek-cewek, Ga." Bimo antusias
Lukar memfokuskan matanya di pintu gerbang. Ada seseorang yang familiar dimatanya. Meski enggak jelas, tapi dia yakin kalau mengenal sosok itu.
"Liatin siapa Kar? Nemu cewek oke nih? Yang mana?" Bimo membombardir Lukar dengan pertanyaan, tapi Lukar enggak jawab. Dia diam sambil mikir. Lalu keluar dan berdiri di depan dinding kaca cafe.
"Siapa sih, bikin penasaran juga." Bimo hendak ikut pergi tapi di cegah Rega.
"Tunggu aja disini ... Ada mereka tuh," kata Rega sambil nunjuk kearah dua cewek yang masuk sambil ketawa. Masih pake seragam juga. Sepertinya murid SMA 21.
Sementara itu Lukar yang berdiri diluar mulai melangkahkan kakinya mengikuti seseorang. Dia berjalan sendirian menuju ke arah timur. Lukar mengikutinya dari seberang jalan.
Seperti seorang detektif handal yang sedang mengintai incarannya, sesekali Lukar melihat ke seberang guna memastikan apakah dia masih ada di sana atau tidak. Rupanya orang itu menghilang. Lukar menyeberangi jalan dan berhenti di depan gedung yang diyakini tempat hilangnya seseorang itu.
Rumah arcade. Semacam tempat main game. Tapi bukan game online melainkan mesin video game. Seperti kurang yakin Lukar memasuki ruangan dengan pintu geser itu pelan-pelan.
Di dalam banyak mesin-mesin video game yang bisa di mainkan. Lukar melewati satu persatu orang yang asyik main game. Banyak cowok SMA yang ada di situ. Mungkin anak SMA 21 karena memang dekat dengan letak sekolah mereka.
Lukar sempat mau keluar karena enggak yakin itu orang ada disini. Dan akhirnya bisa menemukan sosok familiar itu. Dia asyik maen game di dekat mesin penggesek cek saldo kartu anggota. Sendirian.
Lukar enggak berani mendekat. Ragu. Dia hanya memandanginya yang terlihat beda hari ini. Memakai atasan kaos oblong putih dan celana warna hitam semata kaki. Sneakers kuning, ransel hitam mengkilat dan tak lupa topi warna kuning. Rambutnya yang panjang ikal di biarkan terurai.
"Jadi kamu ada disini, Rey?" Lukar menegurnya. Rupanya dia melupakan keraguan yang sempat muncul tadi dan memilih menyapa. Dengar namanya di sebut, cewek itu noleh. Tangannya yang tadi asyik bergerak jadi berhenti. Rupanya dia sedikit terkejut dengan kemunculan Lukar. Bola matanya melirik kanan kiri dengan seksama.
"Aku sendirian." Lukar seperti paham apa yang di pikirkan oleh gadis ini. Terlihat gadis itu lega mendengarnya. "Ternyata kamu enggak bisa menerima ajakanku karena ini ...," gumam Lukar pelan sambil mendekat dan melirik ke arah mesin video game.
Dia memainkan ini? Unik. Cewek penyendiri ini ternyata memang suka main game.
Rupanya aku dikalahkan sama permainan ini. Diajak kencan dia menolak, malah pergi main game.
Reysha membuka botol minuman di sebelahnya dan meminumnya perlahan. Sudah ketahuan nolak dengan alasan gak bisa tetapi malah main game, Reysha tenang-tenang aja. Memang inilah alasan menolak ajakan Lukar atau yang lain, tidak ada penjelasan.
Reysha menggesek ulang kartu membernya. Karena permainan tadi sempat berhenti berkat kedatangan Lukar.
"Kamu mengikuti ku?" tanya Reysha sambil main game lagi.
"Enggak juga." Lukar memandangi cewek di sampingnya. Banyak pertanyaan yang ingin dia lontarkan. Seperti mengapa ada disini? Kenapa bisa dia muncul dari gedung SMA 21 bareng dengan murid sekolah itu? Dan dengan pakaian seperti ini pula.
Jelas sekali tadi dia melihat cewek ini masih berseragam di depan gerbang SMA 27. Namun sepertinya saat ini otak Lukar hanya bisa berpikir, Reysha terlihat beda. Mungkin karena ini pertama kali dia melihat si penyendiri ini dengan pakaian selain seragam sekolah. Atau mungkin sikap cueknya yang bikin penasaran.
What?!! Penasaran? Jangan mikir yang aneh-aneh Lukar.
"Bisa kau mainkan ini?" tanya Reysha membuyarkan lamunan Lukar. "Lebih baik kau ikut main daripada berdiri di situ kalau memang enggak mau pergi." Asli nada suara Reysha dingin, tapi entah kenapa Lukar malah menyanggupinya.
"Oke. Tapi aku perlu membuat member card dulu."
Tanpa ngomong Reysha menggesek kartunya di mesin gesek video game milik Lukar.
"Sekarang sudah bisa main," ujarnya mempersilahkan. Lukar agak takjub sama sikapnya. Gak banyak ngomong, sekali bertindak langsung mengena.
Mereka berdua larut dalam permainan. Lukar lupa kalau dia sedang nongkrong bersama Rega dan Bimo. Mereka berdua heboh Lukar enggak muncul.
Rega : Kemana aja Kar?!!!!
Lukar : Sorry ... pulang dulu deh aku masih ada perlu
Rega : Seenaknya sendiri!!!
Dari tadi neh nungguin situuuu!!
Lukar : Beneran
Ada hal penting nih...
Gak boleh di tinggal
Rega : Motor kamu gimana entar?
Lukar : Kalau aku sudah selesai
kau bisa jemput aku kan
Rega : Semprul nih si boss
okelah
ntar chat, Kar
Lukar : Oyi
Chat di handphone berhenti di situ. Akhirnya Rega dan Bimo pulang sendiri. Sementara Lukar masih di rumah arkade.
Satu jam sudah berlalu sejak Lukar menemukan Reysha dan bermain game di rumah arkade. Akhirnya mereka berhenti juga. Lalu mereka berdua keluar dari gedung.
"Pulang naik apa, Sha?"
"Angkot."
Lukar bisa saja menyuruh Rega bawa motor kesini jadi bisa nganterin Reysha pulang, tapi sepertinya cewek ini enggak nyaman ada Rega dan Bimo. Mereka berdiri di pinggir jalan nunggu angkot lewat.
Lukar melirik cewek yang punya tinggi badan pas di bawah telinganya itu sedang membenahi topinya. Dari samping, Lukar bisa melihat dengan jelas wajahnya. Ekspresinya tenang dan tegas. Reysha menggigit bibir bawahnya. Ekspresinya bukan gugup mungkin itu hanya semacam kebiasaan.
Seperti ini sosok dia. Manis juga. Aahhh ... aku terbawa suasana nih. Bahaya! Bahaya!
"Kau enggak pergi?" tanya Reysha mengejutkan.
"Ya?" Lukar heran.
"Dia menunggumu." Reysha menunjuk ke seberang. Lukar noleh. Ternyata ada Rega di seberang. Dia lagi menonton mereka berdua. Lalu nyengir saat tahu Reysha dan lukar balik ngeliat.
Aduh, itu anak udah nongol aja. Semoga dia enggak lihat aku sibuk memperhatikan Reysha.
Lagi lagi Reysha menghilang. Sepertinya dia segera naik angkot saat Lukar lengah tadi.
Benar-benar itu cewek ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus sabar
2023-05-07
0
Siti Khotimah
yup
2022-03-02
0
Zuly Purwanti
nah lo
mulai ada rasa lukar
2022-01-26
0