"Nak jangan terlalu terburu-buru, lagipula untuk Seseorang dengan kekuatan Batin penunduk bahkan ada yang harus menjalani meditasi selama puluhan tahun sebelum bertemu dengan Hewan Mistis nya"
"Tapi Guru.. aku tidak mau mengecewakan guru dan juga kedua orang tua ku"
"Rahendra, kamu memang murid yang berbakti" Ki Reksa menepuk pundak Rahendra.
"Guru.. sebenarnya dari semua Jenis Kekuatan Batin manakah yang terkuat?"
"Nak... Kekuatan Batin tidak bisa diukur seperti itu, karena perkembangan setiap individu pasti berbeda. Saat sudah waktunya kamu menjadi prajurit kamu akan mengerti"
"Tapi Guru.. bukankah aku sudah mengalahkan para prajurit? mengapa aku tidak kemudian menjadi seorang prajurit Maganta?"
"Hahahah! muridku memang penuh rasa keingin tahu an"
"Guru..." Rahendra memasang wajah murung.
"Apa kamu rela menjadi prajurit biasa?"
"Maksud Guru?"
"Nak... sebelum kamu pergi ke ibu kota untuk mendaftar sebagai prajurit dan kemudian bertarung di medan tempur, kamu haruslah kuat atau kalau tidak nyawa mu akan melayang di awal pertempuran. saat ini barulah 10 prajurit Satria Bumi yang mampu kamu tahlukan, di pertempuran nanti akan ada lebih dari ratusan ribu Satria yang berperang."
"Maaf Guru... aku terlalu gegabah"
"Nak... Gurumu ini hanya memiliki satu murid, sebagai penerusku Guru berharap kamu lebih bisa sabar dalam menjalani Jalan Satria"
"Baik Guru..."
Ki Reksa kemudian menjelaskan bahwa saat ini yang berperang adalah beberapa kerajaan kecil yang saling ingin berebut kekuasaan dan 2 kekaisaran yang netral. Antara lain kerajaan kecil itu adalah Maganta yang saat ini ditinggali oleh Rahendra, Rudania dibagian timur, Medoh dibagian barat, Naboris di utara dan masih banyak yang lain. Di kondisi yang kacau saat ini para Satria saling bertaruh nyawa satu sama lain di medan pertempuran sebuah bayaran yang mahal untuk kedamaian penduduk nya, melahirkan Dendam tiada akhir di antara kerajaan dan juga para Satria yang konon harusnya ada untuk menjaga perdamaian.
"Guru... apakah ada akhir untuk perang yang berkelanjutan ini?"
Ki Reksa diam sejenak sebelum mulai bercerita.
"Dulu sekali seorang Satria berhasil menyatukan seluruh kerajaan dan kekaisaran dan kemudian dinobatkan sebagai seorang kaisar. semua orang tahu bukan soal cerita ini?"
"Guru.. bukannya itu hanya dongeng?"
"Hahahah! lalu kalau sudah tau bahwa menyatukan semuanya adalah dongeng kenapa kamu bertanya?"
"Guru...." Rahendra sedikit merasa jengkel dengan gurunya.
"Tidak nak... itu bukanlah dongeng"
"Bagaimana guru tau bahwa itu bukanlah dongeng?"
"Hahahah! ya pokoknya itu bukan dongeng"
"Guru..." Rahendra memasang wajah kesal.
"Hahahah" Ki Reksa merasa senang mengerjai muridnya.
Setelah selesai dari pembicaraan mereka, Rahendra akhirnya kembali ke kamarnya dan memulai kembali meditasi rutinnya.
Tiba-tiba di tengah malam dalam meditasinya Rahendra melihat seorang wanita yang luar biasa cantik yang terlihat berusia sedikit lebih muda dari dirinya, Berpakaian kain putih bak bangsawan sedang menangis di tengah tengah kepungan api, Tapi anehnya wanita ini memiliki ekor seperti Kera.
"Ayah!! Ibu!!" Rintihan wanita muda itu terngiang difikiran Rahendra.
Saat Rahendra membuka mata ternyata hari sudah pagi, Ki Reksa mengetuk pintu kamar Rahendra.
"Guru..."
"Nak hari ini guru akan segera berangkat ke istana Maganta atas titah sang Raja, untuk semua urusan kepala Desa akan ku beri pada Rukmana, Guru harap kamu rajin berlatih"
Rukmana adalah tangan kanan Ki Reksa yang selama ini juga mengawasi perkembangan Rahendra.
"Dan untuk kamu Rukmana... Awasi bocah nakal ini"
"Baik Jenderal" Rukmana yang berada di sisi Ki Reksa menjawab.
Ki Reksa pun segera berangkat menuju Istana Maganta dengan selusin pasukan Ruhsuci, menggunakan kuda berzirah emas kecokelatan miliknya butuh waktu 1 minggu untuk sampai ke Istana, belum lagi akan berapa lama Ki Reksa tinggal di Istana untuk sementara. maka dari itu posisi kepala Desa di Ruhsuci tidak bisa untuk dibiarkan kosong.
"Tuan muda... aku harap tuan tidak menimbulkan masalah untuk ku kali ini..."
"Heheh... paman Rukmana, apakah aku yang berbakti ini tega melakukan hal semacam itu"
"Kau ini, didepan guru kau sangat sopan kenapa padaku kau begini?"
"Heheh... Ampun paman"
"Ah sudahlah... paman akan pergi ke balai Desa untuk menyampaikan pada warga perihal kepergian Ki Reksa"
"Baik paman..."
"Oh iyah Rahendra... sesekali istirahat lah jangan terlalu memaksakan diri"
"Tidak mau.. memang aku paman yang sering malas-malasan di atas pohon melihatku berlatih dengan prajurit?"
"Kau ini..." Rukmana memukul kepala Rahendra.
"Aduh sakit paman"
"Sudah.. paman pergi dulu"
"Baik paman..."
Setelah Rukmana pergi Rahendra memutuskan untuk menuju perpustakaan kuil Ruhsuci karena merasa penasaran dengan petunjuk dari meditasinya, namun karena ki Reksa pergi terburu-buru Rahendra pun merasa tidak ingin mengganggu gurunya bahkan untuk bertanya masalah yang sangat merisaukan hati Rahendra.
"Hmm... dimana aku bisa menemukan informasi tentang wanita cantik berekor kera itu yah? aduh aku jadi kefikiran karena kecantikannya"
Rak demi rak, buku demi buku, gulungan demi gulungan Rahendra sisir untuk menemukan informasi yang ia cari, sampai akhirnya menemukan buku tentang Siluman Kera.
Dikatakan dalam buku bahwa siluman kera adalah jenis hewan mistis yang memiliki kecerdasan seperti manusia, hanya saja keberadaannya sangat tersembunyi di hutan larangan. konon katanya siluman kera memiliki kerajaan seperti manusia berpakaian seperti manusia dan mampu berkomunikasi seperti manusia, sekilas tidak ada bedanya antara manusia dan siluman kera hanya saja siluman kera memiliki ekor dan sangatlah periang dan lincah. sedangkan untuk kekuatan dari siluman kera sendiri masihlah sebuah misteri karena hanya ada sebagian orang yang pernah berkunjung ke negeri siluman kera itupun ratusan tahun yang lalu.
"Hmm... kalau petunjuk dalam meditasi ku ini benar apakah aku memang memiliki ikatan Takdir dengan wanita yang digambarkan dalam meditasiku?"
"Hoii!!!" seorang pemuda mengagetkan Rahendra dari belakang, Sang pemuda tak lain adalah prajurit Ki Reksa yang dikalahkan oleh Ilmu Tongkat Naga milik Rahendra beberapa waktu silam.
"Kampret kamu Jun, mengagetkan aku saja!"
"Hahahah, Ayolah Rahendra masa murid Jenderal Reksa kaget cuma dengan itu"
"Junta... Junta... aku juga manusia tau"
"hahahah, ngomong-ngomong apa yang kamu lakukan disini Rahendra?"
"Bukan urusanmu Junta..." Rahendra menjulurkan lidah.
"Ya ampun.. sungguh merepotkan Jenderal Reksa menyuruhku untuk mengawasi mu, padahal aku sangat ingin ikut ke istana"
"Lah ya sudah kan.. lagipula siapa yang mau untuk kamu awasi"
"Hahahah, Ayolah Rahendra akui saja.. kamu tidak memiliki teman seumuran disini selain aku. kamu pasti kesepian kan kalo aku nggak ada"
"Katakan saja apa yang kamu inginkan Jun.."
"Hahahah, Hey Rahendra mumpung Jenderal Reksa sedang pergi. bagaimana kalo kita kesana?"
"Apa maksudmu kesana?"
"Ayolah jangan pura-pura gk tau, sekarang air sungai sedang jernih-jernihnya loh..."
"hah??"
"Heheheh... Kamu tau kan pepatah dimana ada sungai disitu ada gadis-gadis" Junta secara tidak sadar memasang wajah mesum.
"Kampret kamu Jun dasar cabul.. aku sedang sibuk pergilah"
"Ah gk asik kamu Rahendra"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments