"Arghhhh!!!" Rahendra masih terus kesakitan selama lebih dari 3 jam berlalu, menggeliat kesana kemari. membuatnya hampir merasa lebih baik mati.
"Tidak mudah menempuh jalan seorang Satria, rasa sakit yang kamu lalui sekarang hanyalah awal dari segala yang akan di lewati oleh seorang Satria"
2 jam kemudian berlalu barulah rasa sakit ditubuh Rahendra menghilang perlahan, hingga akhirnya pulih dalam 1 jam selanjutnya. pandangan matanya memudar, tubuhnya tidak lagi bertenaga hingga akhirnya kesadarannya pun mulai berkurang dan kemudian tumbang.
Setelah beberapa lama Rahendra mulai membuka mata perlahan, melihat ke sekelilingnya sebeleum kemudian merasakan ada yang berbeda dari dirinya.
"Wahai Satria muda, kekuatan Batin mu telah bangkit. akan ada ciri yang berbeda di setiap Kebangkitan kekuatan Batin."
Suasana hening sejenak sebelum Penjaga Pohon Kebangkitan kembali menjelaskan.
Untuk kekuatan Batin senjata biasanya perubahan nya terlihat di fisik yang bertambah kuat dan lebih berotot. sedangkan Kekuatan Batin Alam biasanya terletak pada perubahan warna rambut yang mengikuti unsur alam, seperti misalnya orang yang memiliki penguasaan terhadap Petir akan memiliki warna rambut kuning emas dan yang memiliki kuasa pada tumbuhan memiliki rambut berwarna hijau. kemudian yang terakhir adalah kekuatan Batin Penunduk yang memiliki perubahan di bentuk dan warna Mata yang menjadi merah, hijau dan sebagainya tergantung pada kebangkitannya masing masing pada hewan mistis yang ditakdirkan.
"Sebaiknya kau melihat dirimu sendiri sekarang nak"
Tiba-tiba sebuah cermin besar keluar dari dalam tanah dari ruangan hampa tepat di depan mata Rahendra.
"ini..." Rahendra melihat kedua bola mata nya yang mengalami perubahan, kornea matanya yang dulu berwarna hitam kini menjadi sebiru lautan, dan seperti terdapay kristal es didalamnya jika dilihat dengan lebih teliti.
"Wahau Satria muda ku anugerahkan lambang Satria Bumi padamu"
Berbagai tulisan bahasa Maganta melayang ke tubuh Rahendra yang telanjang. mengelilingi tubunya sebelum akhir nya menempel ke bagian punggung lengan nya bertuliskan "Bangkit" .
"Sebelum pergi akan sulit bagimu menjelajahi Dunia ini sebagai prajurit, untuk Seorang Satria dengan kekuatan Batin penunduk tidaklah bisa langsung berbagung dengan prajurit Maganta"
"Mohon petunjuk ki" Rahendra berlutut dengan sebelah kaki.
"Untuk Batin penunduk kamu harus menemukan Hewan Mistis, kekuatan ini sangatlah lambat kemajuannya. Ditambah menemukan Hewan Mistis yang ditakdirkan tidak lah mudah"
"Bagaiman hamba menemukan Hewan Mistis yang ditakdirkan untuk hamba ki?"
"Di dekat Ruhsuci ada sebuah hutan larangan yang dipenuhi Hewan Mistis, mencarinya tidaklah mudah tapi mata mu akan menuntun mu"
"Baik ki, hamba mengerti"
"Sebaiknya kau berlatih dengan Nak Reksa sebelum pergi ke hutan larangan. ku beri kau ini.."
Muncul tunas tanaman dari bawah tanah, kemudian menjulur keatas, dua tunas saling melilit hingga menjadi sebuah tongkat sepanjang hampir setinggi Rahendra"
"Ambil.."
"Hamba sangat berterimakasih ki.."
"Sudah kubilang jangan lagi terlalu merendah, kamu adalah Satria tidak sepantasnya bersikap seperti itu atau akan menjadi senjata bagimu dimasa depan"
"Baik ki... aku mengerti.."
"Bagus.."
Rahendra mencabut Tongkat yang terbuat dari tanaman itu, Betapa takjubnya dirinya akan kerasnya tongkat itu yang melebihi Besi.
Gumpalan kabut menyelimuti seluruh Ruangan sebelum pandangan mata Rahendra menjadi kabur. dan kemudian membawanya sekali lagi Tertidur perlahan.
*Splashh!!
Tubuh Rahendra seolah tercebur kembali Ke Danau yang dingin, butuh waktu untuk Rahendra menyadari yang terjadi disekitarnya.
"Danau ini... hmm.. Aku sebaiknya segera ke permukaan, Tunggu.. Tongkat Dari ki Penjaga Pohon Kebangkitan, ah sudah digenggaman tanganku"
Beberapa saat kemudian Rahendra berhasil naik ke permukaan.
"Hahahaha! Anak muda yang menarik, Cepat kemari nak!"
Rahendra mendekat pada ki reksa dengan tubuh yang menggigil.
"Ki.. saya hampir mati tadi"
"Hahahah.. bukannya kamu sendiri yang ingin jadi satria? lihatlah cara bicaramu sekarang sudah berubah dalam sekejap"
"Hamba mohon ampun ki"
"Hahahah kau benar-benar membuat orang tua ini tertawa, tidak usah kembali begitu juga. aku lebih suka kau yang tidak terlalu tegang tadi, kau sekarang Satria nak" Ki Reksa menepuk punggung Rahendra.
Tubuh Rahendra anehnya mengering dengan sendiri nya setalah di tepuk oleh Ki Reksa, bahkan tubuhnya kini terasa hangat.
"Kau mau Diam terus seperti itu sampai kapan? cepat pakai bajumu"
"Ehh.. baik ki maaf.." Rahendra segera mengenakan pakaiannya.
"Aku yakin Ki Anturi menyuruhmu berlatih denganku kan?"
"Maksud ki Reksa, Aki penjaga pohon kebangkitan itu?"
"Nak... Ki Anturi sudah berjaga di pohon itu mengawasi semua anak muda dari Ruhsuci selama 300 tahun dari bawah sana, tugasnya cukup berat bukan?" Ki Reksa tersenyum, namun terlihat kesedihan didalam nya.
"Itu kah caranya mampu mengetahui namaku saat aku bahkan baru masuk ke Pohon kebangkitan ki?"
"Benar nak.. itulah kekuatan mata tanaman dari Ki Anturi sang Pemilik kekuatan Batin Alam Tanaman, ia mampu melihat dan mendengar keadaan seluruh Ruhsuci meski tubuhnya diam dibawah sana"
"Ki... Apakah yang membuat Ki Anturu berada di dalam sana?" Rahendra bertanya dengan penuh rasa penasaran.
"Nak... Apakah kamu tau arti dari Satria?"
"Mohon petunjuk ki"
"Satria adalah mereka yang menanggung beban, seorang Satria harus mampu melindungi seluruh manusia tidak peduli dari kasta manapun, ia yang menjadi kunci dari keselamatan Dunia"
"Tapi ki.. bukankah Kasta adalah sesuatu yang mengikat manusia, lalu kenapa Para Satria juga bertarung dengan Satria dari negara lain? bahkan malah membuat penduduk Maganta terancam?"
"Nak... jalan mu adalah jalan Satria, kamu lah yang akan membuka matamu sendiri akan pertanyaan mu"
"Baik Ki... Aku akan mengingat nasehat Ki Reksa" Rahendra berlutut sebelah kaki. memberi ki reksa penghormatan.
"Selanjutnya temui orang tua mu yang telah menunggu nak, Ku beri waktu 1 hari untuk mengantar dan berkumpul bersama orang tua mu sebelum esok benar benar menempuh jalan Satria bersama ku"
"Baik ki..."
Rahendra pun meninggalkan Kuil Ruhsuci dan bertemu Dengan kedua orang tuanya dan tersenyum penuh makna memeluk kedua orang tua nya yang kini telah renta, termakan usia.
lalu ketiganya kembali pulang.
Malam berlalu Rahendra tidak mampu tidur, dan keluar kamarnya, kemudian teruduk di teras dari gubuk tua yang menjadi saksi awal kehidupannya.
yang terbesit olehnya kini hanya rasa bersalah, dan takut untuk meninggalkan orang tua nya yang telah tua, yang Rahendra takutkan hanyalah untuk menempuh jalan satria dia tidak dapat bertemu dengan orang tua nya lagih. semuanya terbesit menjadi satu difikirannya sebelum akhirnya pagi datang menjemput.
kini Rahendra mantap untuk pergi, memeluk kedua orang tuanya cukup lama karena Ibunya terus menangis, meninggalkan rasa bersalah di hati nya.
"Bu.. pak.. Rahendra pergi"
"Jaga dirimu nak.. kamu pasti bisa menjadi Satria yang hebat."
######
Hai semua!!
terimakasih sudah membaca karya ku ini, jika kamu suka mohon dukungannya dengan Like dan tambahkan ke favorit yah.. supaya aku makin semangat menulis.
Sampai Jumpa!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments