Be My Home
"Aku lapar." gadis itu mengerjapkan matanya meratapi hidupnya yang harus penuh perjuangan. Sebulan yang lalu setiap pagi sudah ada susu dan roti di samping tempat tidurnya. Waktu mengubah segalanya ataukah
takdir yang telah mengubah keadaan.
Dia memandang jam yang ada di Handphonenya. Matanya menelisik sudut kamarnya saat ini. Kamar kos berukuran 3X3meter. Spons berukuran 120X200m yang cukup untuk dirinya dan lemari kecil tempat menyimpan baju. Dulu kamarnya berukuran 5X5m. Sangat luas dan nyaman dengan gaya Girlie Chic. Ruangan pribadi yang menampilkan kesan dirinya. Satu ruangan khusus tempat menyimpan baju dan perlengkapan fashionnya.
"Sudah satu bulan, tidak mungkin aku meratapi hidupku terus. Sebentar lagi Lia, Saat lulus kuliah nanti segalanya akan berakhir. Kau akan tinggal di rumahmu sendiri."
Lia mengambil mie instan dan membukanya. Menuangkan air mineral ke dalam plastik dan mengikatnya dengan karet gelang.
"Aku harus berhemat. Semangat Lia."
Lia mandi dan dan memakai bajunya. Dia membuka mie instan yang sudah mengembang, membuang airnya dan memasukkan bumbu. Dia mengucap doa dan mulai memakai mienya.
"Bagi sebagian orang mungkin kamu tidak sehat tapi disaat kepepet tidak ada makanan kamu jadi satu-satunya pilihan."
Lia merapikan tas dan bukunya. Dia bersiap berangkat ke kampus. Hari ini ada jadwal kuliah pagi. Dia harus segera berangkat agar tidak terlambat. Jalan kaki adalah satu-satunya pilihannya saat ini. Lia harus sangat berhemat karena uangnya sangat terbatas.
Lia bersiap menggunakan maskernya selain untuk menghindari debu masker itu juga bisa menutupi wajahnya. Dia masih merasa malu saat berpapasan dengan orang yang dia kenal. Mereka memandang Lia dengan perasaan yang berbeda-beda. Itu membuat dia menjadi tidak nyaman. Dia hanya ingin di lihat sebagai Lia yang sekarang. Tidak peduli seperti apa kehidupannya yang telah lalu. Dia ingin orang melihatnya tanpa rasa kasihan ataupun iba. Kemiskinan bisa menyapa semua orang.
Lia berjalan dan melewati rumahnya yang dulu. Bangunan dua lantai dengan pagar yang menjulang tinggi. Di lantai dua, Lia bisa melihat kondisi jalanan di depan rumahnya. Dia selalu memonitor semua orang. Timbul rasa rindu bisa kembali lagi ke rumah itu. Rumah ini terlihat sederhana dari luar tapi mewah di dalam. Ada taman yang indah dan kolam renang yang cukup luas. Dia selalu berhenti sebentar dan memandangi rumahnya. Rumah yang dibangun ayahnya. Rumah itu penuh kenangan masa kecilnya dan kebahagiaan bersama keluarganya.
"Sudah terjual ternyata. Siapa pemiliknya. Apa dia akan merawat rumahku dengan baik. Ralat, Rumahku yang dulu. Tolong jaga baik-baik rumahku ya! Rumah jaga dirimu! Aku sudah tidak bisa merawatmu." butir bening menetes di sudut matanya.
Dia harus berjalan selama tiga puluh menit untuk sampai di kampusnya.
"Baru datang." seorang gadis menyapa Lia dengan tatapan sinis.
"Iya Amel. Kau sudah datang." jawab Lia tenang sambil duduk di kursi dan bersiap menunggu dosen.
Hari ini adalah UAS hari terakhir. Semester depan mereka harus mencari tempat magang dan menyusun Skripsi.
"Heh, Bagaimana rasanya jadi OKB?" tanya Amel yang duduk di samping Lia.
"OKB?"
"Orang Kere Baru." jawab Amel sambil cekikikan.
Lia hanya diam karena saat itu dosen sudah masuk dan memberi pengarahan untuk berdoa sebelum tes di mulai.
Mereka harus melewati beberapan ujian mata kuliah. Lelah dan penat nampak terlihat di wajah mereka. Setelah ujian usai para mahasiswa itu beranjak dari tempat duduknya. Sebagian dari mereka ke kantin dan sebagian lagi menuju motor atau mobil mereka.
"Kamu belum jawab pertanyaanku Lia. Gimana rasanya jadi OKB? hi..hi..."
"Kau ingin mencoba merasakannya Amel?": Amel terdiam dari tawanya dan memandang Lia dengan tatapan mengunci.
" Kamu ngelunjak ya. Dasar! Aku tanya baik-baik. Kau menyumpahiku."
"Maaf. Aku tidak bermaksud begitu."
"Heh... Baguslah kalau kau sadar diri dengan statusmu. Aku mau makan di restoran tempat kita sering makan. Kau mau ikut?"
"Tidak Amel. Terima kasih. Aku ada urusan."
"Urusan Apa? Eh... Lia apa benar kau sudah putus dengan Robert?"
"Iya. seminggu yang lalu."
"Robert.... Em... Dia menembakku."
Deg
Jantung Lia serasa memompa sangat cepat. Perasaan tidak percaya pada perkataan Amel membuat Lia harus sadar bahwa Amel menyukai Robert sejak lama. Jauh sebelum Lia jadian dengan Robert 2 tahun yang lalu. Robert dan Amel sudah mengenal sejak SMA.
Lia mengenal Robert juga dari Amel saat pesta Ulang Tahun Amel.
"Bolehkah?" tanya Amel.
"Apa Amel?"
"Aku dengan Robert. Aku tidak ingin kau salah paham dan mengartikan hal yang berbeda. Walaupun hubungan kita agak memburuk akhir-akhir ini."
"Robert tidak terikat dengan siapapun. Dia bebas kau juga bebas memilih pasanganmu. Aku tidak apa-apa. Kami mengakhirinya dengan baik-baik."
"Trima kasih, Lia. Aku akan memberikan jawabanku pada Robert. Dia sudah menungguku." Amel berlalu meninggalkan Lia di kelas sambil tersenyum bahagia.
"Kau baik-baik saja Lia?" sapaan itu menyadarkan lamunan Lia. Lia mengganguk samar.
"Sudah makan?"
"Sudah tadi pagi."
"Mie instant lagi? Sarapan harus bergizi. Kau bisa sakit kalau jarang makan-makanan bergizi."
"Aku tidak tiap hari makan mie instant. Hanya saat kondisi kepepet."
"Padahal kepepetmu setiap hari." ucap gadis itu sambil tersenyum.
"Em... Ratih... dulu." tanya Lia terbata-bata.
"Ada apa Amel? Katakan!"
"Apa aku dulu jahat dan suka menyakiti perasaan orang."
"Ya... Aku harus jawab apa? Itu separuh benar dan separuh salah."
"Maksudmu. Ada sebagian dirimu yang menyebalkan saat kau dulu pernah mengejekku karena sepatuku sobek tapi di hari lain kau membelikanku sepatu baru. Kau bilang tidak enak hati sudah menghinaku."
"Kapan aku membelikanmu?"
"Sepatu yang untuk Amel tapi ternyata tidak muat di kaki Amel."
"Oh... Itu. Maaf ya Ratih! Aku pernah menyakitimu."
"Sudahlah. Kau sudah pernah membantuku membayar uang kuliah saat aku benar-benar tidak punya uang. Kau juga membantu ayahku mendapat pekerjaan di kantor ayahmu dulu."
"Apa aku sebaik itu. Kau berlebihan. Aku mau pulang! Bisa terbang kalau kau memujiku terus." desak Lia.
"Lia, Kakakku kemarin dapat hadiah alat penanak nasi. Aku punya alat penanak nasi yang tidak terpakai di rumah. Kau bisa memakainya. Makanlah nasi dan makanan yang bergizi." nasehat Ratih.
"Trima kasih Ratih! Kau Sangat baik."
"Nanti waktu Mengajar les aku antar sekalian. Kau mau aku antar pulang?"
" Baiklah! Nanti lewat depan rumah lamaku ya?"
"Oke."
Lia bekerja sampingan sebagai pengajar les sejak dua minggu terakhir. Ratih yang menawarkan pekerjaan ini. Mereka kadang mengajar di kelas atau kadang privat. Lia sangat suka mengajar privat karena pemilik rumah biasanya menyiapkan makanan dan minuman untuknya. Apalagi kalau pemilik rumah tahu dia anak kos pasti akan diberi makanan untuk dibawa pulang. Rejeki memang tidak kemana.
"Aw... Ratih kau tidak apa-apa?" Ratih tampak oleng karena ada mobil sedan yang berjalan agak kencang hampir menyenggolnya. Beruntung mereka tidak terjatuh.
Mobil itu berhenti dan pemilik mobil keluar dari mobil. Pria tampan dengan kemeja lengan panjang yang digulung. Nampak wajah kelelahan tapi tidak menyurutkan ketampanannya. Dia tampak dewasa dan menarik. Bibir Lia tampak tertarik ke atas.
"Hei, Nona jalan yang bener. Jangan ngobrol kalau cuma naik motor."
Seketika senyum Lia memudar menyadari perkataan menghina darinya. Pria itupun berbalik dan memasuki mobil. Mobil melaju dan memasuki sebuah rumah. Lia sangat mengenal rumah itu. Ya... itu rumah Lia yang dulu. Jadi pria galak itu pemilik rumah itu.
"Lia... Lia... jangan bengong!" ucap Ratih sambil mengoyangkan motornya.
"Dia... Dia." jawab Lia terbata-bata.
"Dia ganteng tapi songong." celoteh Ratih.
"Dia yang beli rumahku Tih. Gimana nasib rumahku? Rumah itu dulu Homy sekarang bakalan berubah jadi oven kepanasan."
"Kamu musti slametin Rumahmu Lia." pinta Ratih.
"Caranya?"
"Kalau kamu gak bisa beli balik rumahmu. Ya kamu harus pilih skenario kedua."
"Apa itu?"
"Jadi istrinya"
"Sembarangan. Kamu mau ngumpanin aku ke buaya. Gimana kalau dia sudah punya istri."
"Kamu mau tebakan sama aku?" tanya Ratih. Mereka berdua pulang dengan perasaan ceria walau ada insiden kecil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
ZasNov
Kisah Lia bikin aku sedih..😣
Tapi karakternya kuat, salut banget deh..
Ngadepin orang rese kayak Amel pun masih bisa tenang dan sabar...
Untung Lia masih punya sahabat sebaik Ratih.. 😊
Waduh cwo jutek itu penghuni baru rumah Lia..
Tapi saran Ratih boleh dicoba tuh.. 😅😂
2021-04-19
0
Rozh
Hahahaha okb? orang kaya baru. 🤣 Ok. aku suka pendekannya🤣
2021-04-13
1
coni
start
2021-04-06
0