Happy Reading!
Klik Love ya!
*****
"Menu mana yang kau suka?"
"Saya suka semuanya kak."
"Kalau begitu pesan semuanya."
"Bapak mau makan semuanya?"
Laki-laki itu tersenyum. Itu adalah senyum manis kedua setelah senyum bos Yudha.
"Maaf, Jadi Bapak mau pesan apa?" tanya Lia halus.
"Mie tomyam 1, nasi goreng spesial 1, kwetiaw goreng 1, Jus alpukat 1, jus strawberry 1 dan kopi hitam tanpa gula 1."
"Iya pak. Saya ulangi lagi yaw pak."
Lia mengulangi pesanan tadi. Rasanya perasaan Lia campur aduk. Setelah tadi bertemu Robert, sekarang dia juga harus ekstra sabar menghadapi makhluk Tuhan yang satu ini.
"Lia?"
"Ada apa, Tih?"
"Kau tersenyum."
Lia baru tersadar kalau dia tersenyum memikirkan tingkah Adam yang cukup menggelikan saat memilih menu. Dia banyak memilih dan mengganti pilihan sesukanya. Terlihat wajah bingung saat harus menentukan pilihan. Wajahnya cukup tampan. Ya... dia tampan kalau tidak galak. Setelah memilih menu, apa dia sanggup menghabiskan semuanya?
"Babang galak lucu." jawab Lia masih dengan senyumannya.
Ratih mengernyitkan dahi melihat Lia tersenyum memandangi punggung babang galak. Lia tidak sadar akan perasaan yang menggelayut di hatinya.
"Ini kak pesanannya!"
Ratih mengulangi satu per satu pesanan yang
dipilih babang galak. Lia tidak mengantarkan pesanan babang galak karena dia ingin Ratih juga merasakan pengalaman dianiaya babang galak.
"Aku pesan satu botol air mineral!" ucap Adam.
"Air mineral 1, meja no 11." kata Ratih pada Lia.
"Bilang aja pengen Lia yang antar." gerutu Ratih pelan.
"Ini Kak, air mineral 1."
"Duduk!"
Ini sudah order terakhir sebentar lagi restoran mau tutup. Lia celingukan mencari
bos Yudha atau Mas Ferry tapi tidak ketemu.
"Duduk!" Suara Adam meninggi karena Lia belum juga duduk. Lia memilh posisi duduk
di sebelah Adam.
Adam menoleh pada Lia dengan tatapan tajam. Terasa mencekam tatapannya. Tatapan menusuk dalam tubuh langsung menikam jantung dan mematikan bagai meremukkan tulang-tulang. Lia mengerti kode yang diberikan Adam. Dia menggeser duduknya sehingga tepat berhadapan dengan Adam.
"Jelaskan komposisi tiap makakan dan minuman ini." perintah Adam.
Lia menjelaskan satu per satu komposisi tiap makanan dan minuman dengan detail. Adam mengangguk-anggukan kepalanya. Lia berusaha menghindari kontak mata dengan
Adam begitu pula Adam. Dia juga berusaha menghindari kontak mata dengan Lia.
"Mana menurutmu yang paling enak?" tanya Adam.
"Semuanya enak kak."
"Mana?" Suara Adam naik satu oktaf untuk memaksa Lia.
"Kwetiaw gorengnya enak."
Lia cukup ketakutan jika Adam menaikkan volume suaranya. Itu berarti kesabarannya sudah hampir habis. Lia cukup paham orang kaya atau berkuasa tidak suka membuang waktu untuk mengulangi pertanyaan.
"Makan!" perintah Adam sambil menggeser piring berisi kwetiaw goreng ke hadapan Lia.
"Pak? Saya harus makan? Ini porsinya banyak."
"Makan!" ulang Adam.
Lia harus sabar menghadapi babang galak. Entah kenapa babang galak selalu memaksanya makan.
"Alhamdullilah. Pak, saya sudah kenyang." jawab Lia setelah menghabiskan seporsi kwetiaw goreng dan segelas jus alpukat.
"Sekarang kamu sudah tidak lewat depan rumahku?" tanya Adam masih menatap Lia.
"Tidak, pak." Lia menunduk dan menggelengkan kepalanya.
"Lewat mana?"
"Lewat jalan lain pak."
"Ingat, jangan lewat depan rumahku dan jangan mengangguku." larang Adam.
"Iya, pak. Saya mengerti." Lia menggangukkan kepala dan masih menunduk.
"Bayar!" Adam meletakkan kartu kredit di atas meja.
"Makanan ini mau dibungkus?" tanya Lia.
"Bawa dan habiskan!"
"Boleh saya berikan pada teman kos saya."
Adam tersenyum. Tanpa sadar Lia pun membalas senyum Adam. Mereka merasakan
atmosfer yang menghangat. Entah tatapan apa yang mereka rasakan saat senyum yang mengembang dari keduanya.
"Oh... Maaf pak. Saya akan segera kembali." Lia menyadari harus membayar makanan tersebut dan beranjak dari kursi.
Lia pergi menuju kasir dan membayar semua tagihan Adam. Sebelum Lia kembali, Adam mengangkat telepon dan meninggalkan restoran.
Lia hendak mengejar Adam saat selesai melakukan pembayaran tapi Ratih memanggil Lia.
"Bos Yudha pengen ngomong." kata Ratih
Lia mengekori Ratih dan memasukkan kartu kredit Adam di saku celananya.
****
"Tih nie makanan dari babang kamu mau yang mana?" tanya Lia sambil menenteng plastik berisi makanan.
"Babang baik banget nraktir kamu."
"Babang nyiksa aku. Maksa makan padahal porsinya kan gedhe. Eh kartu kredit babang aku bawa. Bos nyuruh aku bawa." kata Lia.
" Ih... Wow. Baru kenal sudah ngasih kartu kredit. Babang ada hati kali sama kamu. Eh... tadi bos bilang apa?"
" Kartunya ketinggalan Ratih sayang. Ati-ati githu kata bos. Jangan mudah lengah saat kerja. Fokus pada tugas dan jangan mudah terpancing emosi." kata Lia menirukan ucapan bos Yudha.
Ting...
Ada suara notifikasi di HP. Lia mengambil Handphonenya dan mengeser layar.
Lia serius membaca pesan yang masuk. Senyum mengembang di bibirnya.Lia tidak bisa menyembunyikan perasaan bahagianya. Ratih masih melongo dan belum berani bertanya saat Lia tersenyum dan menatap layar Handphonenya.
"Kenapa?"
"Aku dipanggil buat interview magang." jawab Lia.
"Selamat ya! Kapan?" Ratih tampak kecewa karena dia belum dapat tempat magang.
"Besuk Senin. Kamu udah dapet tempat magang?"
"Belum."
"Sabar ya! Abis ini giliran kamu. Aku doain kamu segera dapat."
"Aamiin."
****
"Selamat Pagi, Kak! Saya mau bertemu HRD untuk interview magang."
"Silahkan naik menuju lantai 25. Nanti Silahkan menemui Bapak Yahya."
"Trima kasih, Kak." jawab Lia.
Senyum Lia masih mengembang sejak di depan pintu masuk kantor. Bangunan ini sangat tinggi mungkin 30 lantai lebih. Semua orang tampak sibuk. Perusahaan ini bergerak di bidang properti. Mereka menjual Apartemen, rumah, kantor atau membuat konstruksi bangunan.
Lia menuju Lift dan menekan angka 25. Dia tidak sabar untuk bertemu dengan Bapak Yahya. Semoga Dia bisa diterima di perusahaan ini. Lia berharap dia bisa mendapatkan gaji.
Lia sebenarnya cukup galau jika diterima. Dia tidak punya transport untuk pergi ke kantor. Hari ini saja dia meminjam motor Ratih.
Pintu lift sudah terbuka. Lia bergegas mencari ruang HRD. Lia bertanya pada beberapa orang hingga akhirnya dia menemukan ruang HRD.
"Selamat Pagi, Saya mencari Bapak Yahya."
"Ya, Saya sendiri. Silahkan duduk." jawab seorang lekaki.
Lia duduk di kursi yang sudah di sediakan. Bapak Yahya mungkin berusia 40 tahunan. Dia berkacamata dan cukup rapi. perawakannya tinggi dan kurus. Mungkin dia terlalu banyak mengurusi karyawan jadi kurang makan.
"Maaf pak. Saya Adelia. Saya mendapat email untuk interview magang di bagian keuangan. Ini CV saya." Lia menyerahkan amplop pada pak Yahya.
"Begini Adelia. Kami sedang membutuhkan orang untuk bagian keuangan. Karena kamu mengirim email untuk magang maka kami merekomendasikanmu pada bagian keuangan."
Pak Yahya menjeda kalimatnya dan memandang Adelia. Lia sangat tertarik pada kalimat Pak Yahya selanjutnya. Harap-harap cemas jelas terlihat di wajah Lia. Dia berusaha menutupi kecemasannya dengan tersenyum. Lia sangat gugup dan meremas ujung roknya.
"Sekarang bagian keuangan yang akan menentukan apakah kau akan diterima magang di sini atau tidak."
Perusahaan ini pasti sangat kredibel menurut Lia. Mengingat serangkaian tes yang harus dijalani sebagai karyawan magang. Lalu tes apa yang harus dilewati seorang karyawan?
Pak Yahya mengajak Lia menuju lantai 27. Lia dan pak Yahya memasuki sebuah ruangan. Ruangan itu cukup luas dengan beberapa kubikel. Lia memasuki sebuah ruang khusus.
Seorang wanita cantik sekitar 30 tahunan tersenyum pada Lia. Dia ibu Yulia, seorang manajer keuangan. Ibu Yulia ramah dan sopan.
Ibu Yulia yang akan menerima atau menolak Lia di perusahaan ini. Ibu Yulia memberikan beberapa tes pada Lia.
Lia sangat serius mengerjakan tugas yang diberikan. Dia serius menghitung dan mengetik di komputer.
"Terima Kasih, Lia atas kerja kerasmu. Untuk selanjutnya bagian HRD akan menghubungimu."
"Terima kasih, bu atas kesempatan yang diberikan pada saya. Saya berharap kita dapat bekerja sama."
Lia pamit meninggalkan ruangan itu dan menuju Lift. Hari ini sungguh sangat menegangkan. Besar harapan Lia agar bisa magang di kantor yang besar dan reputable ini.
"Kalau aku magang di sini siapa tahu aku bisa kerja di sini juga." ucap Lia penuh harap.
Pintu lift terbuka. Lia tidak sabar untuk masuk ke dalam. Mata Lia melotot dan bibirnya tak mampu berucap. Kaki yang hendak melangkah terpaku tak mampu bergerak. Seseorang itu keluar dari lift dan menatap Lia.
"Kenapa kau ada di sini." ucap seseorang yang Lia kenal.
***
**Tinggalkan Like, Vote, Rate and komen!
Thank you**!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
LINA
5 like semangat up thor 💪
2021-04-28
0
ZasNov
Baiknya Adam, si babang galak.. 😁
Kesannya galak tapi justru perhatian..
Dia pengen Lia makan makanan yang paling Lia suka..
Apa jangan2 Lia magang di perusahaan si babang galak ya..
Mudah2an sih iya.. 😂😂😂
2021-04-19
0
coni
5 like n rate
salam ANGKASA
mampir ya 🤗
2021-04-06
0