Soft Opening

"Selamat pagi semua." sapaan bos Lia yang sangat hangat dan lembut.

Bos memulai brieffing dengan cermat. Dia memberikan instruksi yang mendetail tentang apa yang harus dilakukan hari ini.

Setting tempat dimulai. letak meja dan kursi makan di tata dengan apik. Penataan barang-barang di pantri di sesuaikan dengan penggunaannya. Lia dan Ratih diajari cara memakai mesin kasir dan cara membuat es teh atau jus.

"Ini yang paling basic dulu. ini yang gampang nanti kalau teh tarik agak susah. Kalian harus belajar narik soalnya." Lia dan Ratih mempelajari dengan seksama instruksi mas Alex. Ternyata semua ada takarannya dan harus pas. Gulanya dipisah jadi bisa ditakar sama customer sendiri tingkat kemanisannya.

Pukul 12 saat jam makan Siang, Si bos yaitu Pak Yudha memberi arahan. Lia lebih suka menyebut Mas Yudha. Dia ganteng dan masih muda. Si bos mengatakan nanti malam akan mulai soft Opening.

"Lia dan Ratih sudah bawa lamarannya?" Lia dan Ratih mengangguk dan mengikuti pak Yudha duduk.

" Ya... bagus kalian ternyata mahasiswa yang pintar. Nomor kalian nanti akan di masukkan ke grup karena kalian part time jadi jadwal tetapnya sabtu dan minggu dan shif siang."

Untuk jadwal lain nanti akan dihubungi mas Ferry. Misalnya ada karyawan yang berhalangan datang Lia dan Ratih bisa menggantikannya. Dia Captain. Dia yang akan mengatur tempat duduk customer dan yang mengatur jadwal kerja karyawan tiap bulan.

"Jangan lupa absen. Kalau tidak absen nanti kalian tidak dibayar." Mereka pun tertawa bersama. Kerja kan untuk cari uang.

Pembagian voucer diskon sudah selsai dilakukan. Lia dan Ratih kembali ke restoran dan bersiap untuk bekerja. Kali ini mereka akan menjadi waitress.

Lia dan Ratih terpana melihat teman-teman bos Yudha mereka semua ganteng dan cantik. Sayang Lia tidak kenal mereka semua. Teman-teman Lia terbatas hanya teman sekolah dan kuliah. Itu juga tidak banyak karena sebagian kegiatannya untuk les dan di rumah. Dia mulai kenal banyak orang saat berteman dengan Amel.

Amel sering mengajaknya ke mall dan nongkrong di cafe. Mereka juga sering pergi ke pesta bersama. Kini, Strata sosial mereka berbeda. Amel juga bukan teman yang sama lagi.

Lia menatap nanar pada beberapa pasangan yang romantis.

"Kerja, bu. Bukan melamun."

"Kepikiran"

"Robert?"

Lia mengangguk dan mendonngakkan kepalanya ke atas agar air matanya tidak jatuh.

"Sakit?" tanya Ratihbsambil mengusap punggung Lia.

"Perih Tih."

"Kenapa gak balikkan aja."

"Gak bisa Tih. Kalaupun Robert mau. Orang tuanya gak akan mau. Aku harus sadar status ekonomiku sekarang." alasan Lia.

"Cinta gak pandang status."

"Hubungan perlu arah. Kalau kita gak bisa ngasih benefit jangan harap hubungan itu bakal berlanjut. Orang kaya gak mudah merelakan anaknya menjalin hubungan dengan siapa saja. Mereka akan memastikan masa depan anaknya AMAN." ucap Lia.

"Tapi kamu kan cinta sama Robert?"

"Tapi robert nglepas aku."

Ratih terdiam dengan ucapan Lia.

Mereka kembali bekerja mengantar pesanan yang sudah siap.

"Selamat malam, Kak! Ini menunya!"

Sapaan Khas yang diucapkan Lia menyapa customer yang datang dengan senyum manisnya dia menjelaskan komposisi menu yang ditanya customer.

Cukup lelah hari ini. Apalagi besuk hari minggu. Besuk juga bertepatan di Mall diadakan lomba menyanyi dan brick dance Pasti ramai.

"Lia, meja no sebelas. Ati-ati!"

Lia bergidik atas ucapan mbak Lula. Kenapa harus ati-ati? Cuma antar pesanan aja kok responnya kayak mau ketemu hantu.

" Ini kak pesanannya. Teh tarik hangat satu, Chicken rice, Beef black pepper dan tumis kangkung. Selamat makan!" ucap Lia penuh keramahan. Lia tidak melihat wajah customernya. Lia masih was-was kalau ada orang yang mengenalnya. Dia akan malu.

"Tunggu!" ucap si cistomer.

Lia membalikkan badan dan kembali pada customernya.

"Ada apa, Kak?"

"Aku mau mencoba semua makanan ini. Kalau enak aku makan kalau tidak kamu habiskan."

Lia menelan salivanya karena perkataan customernya barusan. Lebih lagi Lia kenal siapa.orang di hadapannya.

"Duduk!"

"Saya musti kerja kak."

"Jangan membantah atau kusuruh bosmu memecatmu."

Lia tersentak karena ucapan customernya. Itu yang dimaksud ati-ati tadi. Tahu githu Lia pasti menolaknya.

Lia mengedarkan pandangan untuk mencari bosnya. Dia memiringkan kepala untuk memberi kode pada bosnya. Bosnya hanya tersenyum dan menganggukkan kepala.

Lia menuruti permintaan customernya dan duduk di hadapannya.

"Gimana kak?"

"Kau mau membuatku tersedak? Hah...?"

"Padahal aku cuma berusaha ramah. Seperti ujian sidang saja aku. Kenapa ketemu babang galak terus sih setiap hari?"

"Heh... Black peppernya kepedesan."

"Black Pepper kan memang pedas kak."

"Sudah dibilang jangan bantah. Habisin!"

"Ini ngabisin black pepper gak ada temennya? Nasi atau air minum? Aku bisa kepedesen dong. Babang nih gimana sih?"

"Iya, Kak."

Lia memakan black pepper itu dan pipinya mulai memerah karena kepedasan. Dia mengibas-ngibaskan tangannya dan menghembuskan nafas dari mulutnya.

"Pedes kan?"

"Iya kak."

"Kamu dibilangin gak percaya?" ejek si customer.

"Boleh minum kak?" pinta Lia.

Babang galak menjentikkan jari dan datanglah pelayan. Ratih memandangi Lia dengan iba.

"Ini kak pesanannya satu botol air mineral."

"Maaf Ya. Aku gak bisa nolong kamu." batin Ratih.

Lia meminum air mineral itu hingga tandas. Rasa pedas yang dia rasakan sedikit terobati. Dia masih tidak perlakuan babang galak padanya. Apa begini nasib kaum termarginalkan. Seperti ini rakyat jelata yang direndahkan dan tidak dianggap. Lia merasakan pedas sekaligus meneteskan air matanya. Babang galak tidak memperhatikan Lia. Dia mencoba masakn tumis kangkung.

"Tumisnya terlalu asin. Habiskan!" perintah babang galak.

Lia menuruti permintaan babang galak walau setengah hati. Babang galak hanya mengamati Lia sambil tersenyum.

"Adam, apa kabar? Kapan kembali kesini?" sapaan bos Yudha sambil memegang bahu si customer.

Bos Yudha memang pembawa angin segar. Lia bisa bernafas dengan lega walau sebentar. Dia tidak harus memakan tumis kangkung tanpa teman. Seharusnya dia senang bisa makan makanan enak. Sungguh berbeda makan yang dinikmati dan makan dengan paksaan.

"Jadi namanya Adam dan dia teman bos. Dia jahat dan kejam bos. Tolong aku!" batin Lia.

"Habiskan makananmu!" ucap Adam sedikit meninggi saat melihat Lia berhenti mengunyah.

"Dia karyawanku. Jangan berlebihan begitu. Bagaimana kalau dia tidak tahan dan keluar? Aku bisa kekurangan orang."

"Dia tidak pakai seragam. Part time?"

"Dia masih kuliah. Ayo bergabung di sana! Kita reuni bersama teman-teman."

"Aku belum selesai. Nanti aku susul." kata Adam.

Yudha meninggalkan mereka berdua. Tatapan tajam masih dirasakan Lia.

"Tinggal dimana?"

"Kos, kak."

"Dekat rumahku?"

"Em.... Iya?"

"Apa yang kau cari. Kau memata-mataiku."

"Bukan, Tidak.... salah."

"Tidak salah?"

"Tidak, pak."

"Pak?"

"Kak."

"Kak?"

"Mas."

"Mas?"

Lia sudah kehilangan akal untuk mencari nama panggilan yang sesuai. Tangannya gemetar dan kakinya dingin. Dia bahkan terus menunduk karena tidak berani menatap Adam.

"Apa yang kau cari?"

"Em...Saya suka."

"Suka?"

"Rumahnya. Gayanya ."

"O..."

"Iya, Pak."

"Pak?"

"Maaf, Saya harus panggil apa ya?"

Adam tersenyum geli menanggapi pertanyaan Lia.

"Aku tidak ingin melihatmu di sekitar rumahku. Aku juga tidak mau kau menggangguku. Pastikan kita tidak bertemu."

"Tapi itu rute saya mau ke kampus pak. Itu rute terdekat."

"Cari rute lain. Bayar makanan ini."

"Ini tidak di habiskan, Pak?"

"Pak?"

'Saya tidak punya uang

membayar semua makanan ini pak?"

"Pak?"

"Maaf!"

"Ambil ini dan bayar!" Adam meletakkan kartu kreditnya di meja.

"Makanan ini mau dibungkus?"

"Makan!"

"Sekarang?" tanya Lia lemah.

"Bungkus dan makanlah di kos!"

"Terima kasih. Bapak tidak makan?"

"Bapak?"

"Maaf. Saya bayar dulu pak."

Lia beranjak dari tempat duduk dan berjalan menjauh.

"Ini billnya dan ini Kartunya. Terima kasih. Selamat datang kembali."

Adam mengambil kartu dan pergi meninggalkan Lia bergabung bersama bos Yudha.

"Mbak Lula ngerjain aku ya!"

"Aku dah pernah koj di restoran lama. Ini cabang baru sama anak baru kan keren?"

Lia mencibik menanggapi komentar mbak Lula.

"Gimana Lia?"

"Besuk giliranmu, Tih."

Ratih bingung dengan perkataan Lia. Mbak Lula dan Lia hanya tersenyum melihat kebingungan Ratih.

Lia mengarahkan pandangan pada Adam Saat itu Adam juga balas menatap Lia. Dia tersenyum simpul melihat Lia.

Lia menundukkan pandangannya dan membalikkan badan.

"Kamu kenapa Lia?" tanya Ratih penasaran.

"Aku habis lihat setan."

"Di sini ada setan. Kamu bisa lihat kayak githuan?"

Lia mengangguk dan membiarkan Ratih memikirkan apapun. Lia benar-benar ketakutan melihat Adam. Dia juga takut dengan ancaman Adam.

Terpopuler

Comments

Mommy Gyo

Mommy Gyo

3 like hadir thor mampir di karyaku cantik tapi berbahaya

2021-07-23

0

Bayangan Ilusi

Bayangan Ilusi

Jiaahhh.. babang adam modus tuh..
eh pak, eh mas, eh mbuh sakarepmulah. sultan mah bebas🤣

2021-05-27

0

ZasNov

ZasNov

Jadi nama bos Lia itu Yudha..dan si babang galak yang sekarang jadi pemilik rumah Lia namanya Adam..
Wah Adam cuma pengen Lia makan makanan dia, tapi caranya berkesan maksa.. 😅
Lucu deh Adam..
Meskipun agak nyebelin karena nyuruh Lia nyari rute baru.. 😥

2021-04-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!