Happy reading!
Klik Love ya!
****
"Kerja di restoran sama ngajar les enak mana, Tih?" tanya Lia.
"Dua-duanya ada plus minusnya. Kalau di restoran jam kerjanya panjang tapi kita bisa cuci mata kalau les jam kerjanya pendek pi gak bisa cuci mata. "
"Iya sih. Aku kangen Tih."
"Robert?"
"Bukan. Dia udah ada yang punya. Gak boleh dikangenin. Aku kangen rumahku. Sudah hampir seminggu gak pernah lihat."
"Datang aja. Nengok rumahmu. Lewat depan rumahmu kayak yang udah sering kamu lakuin."
"Aku diancam Tih sama babang galak."
"Jitak aja Ya."
"Maunya githu. Babang galak dari jauh kelihatan galaknya tapi kalau dari dekat....?
" Kelihatan ganteng?"
"Kelihatan bengisnya." Mereka berdua tertawa bersama.
"Jangan terlalu mikirin babang. Hampir tiap hari kamu ngomongin babang trus. Ntar suka lho! Kamu sudah dapat tempat magang?."
" Babang? Suka? Gak lah. Kita bagai air dan minyak, Bumi dan Langit. Aku dah kirim email ke puluhan perusahaan, Tih. Belum ada yang balas."
"Puluhan? Kok kamu gak ngajak aku daftar?" tanya ratih sambil melongo.
"Loh... bukannya kamu dah nglamar ke beberapa perusahaan beberapa hari yang lalu?"
"Aku nglamar 2 perusahaan. Kamu puluhan Ya."
"Namanya juga nebar jaring. Itu aja belum ada yang nyantol. Siapa tahu dua malah nyantol semua." balas Lia.
"Aamiin."
"Ini kita ke restoran jam berapa? Udah siap Tih?" tanya Lia.
"Kita berangkat sekarang aja yuk! Mas Ferry bilang kita mau dikasih seragam baru." kata Ratih sambil mengambil tas.
"Bagus dech. Aku gak PD pakai baju item putih terus. Aduh..." Lia menepuk dahinya.
"Kenapa, Ya?" Lia menghadapkan tubuhnya pada Ratih. Temen Lia ini sedikit lola tapi itu yang Lia suka. Ratih adalah temen yang tulus dan sabar.
"Magang bajunya juga item putih ya? Itu sebenarnya warna apaan sih? Dipakai terus." jawab Lia sambil meletakkan telapak tangan di dagunya.
"Biar ketahuan kalau masih belajar. Nanti aku lewat depan rumah lamamu. Kamu mau?" ajak Ratih.
"Jangan dech. Aku gak mau berurusan sama babang Galak.Dia itu fierce, cruel, and evil."
****
"Huh.... Lelah banget Tih. Gak berasa dah seminggu kerja di sini?" Lia mengelap dahinya dengan tisu dan mengipas-ngipaskan tangannya ke wajahnya.
"Iya... Malming rame banget ya?"
"Aku ke toilet dulu ya Tih!"
****
Saat Lia keluar dari toilet lia melihat sepasang kekasih.
"Hai, Lia. Kamu di sini?" tanya seorang gadis yang bergandengan dengan seorang lelaki. Lia mengenal mereka berdua.
"Kerja?" lanjut si gadis.
"Iya, Mel. Permisi?" pamit Lia.
"Selamat malam Kak! Ini menunya!" Sapaan khas dari tiap waitress pada para customers.
"Ini Kak. Satu es teh tarik,
Satu kopi hitam, satu nasi goreng spesial, dan satu nasi lemak. Selamat makan." Lia mengatakan sapaan yang biasa dia lakukan. Kali ini dengan intonasi dan nada yang sedikit berbeda lebih pelan dan lambat.
"Kamu gak mau gabung makan bareng kita Lia?" ajak Amel.
"Tidak, Terima kasih kak! Permisi!" Lia membalikkan badan akan berjalan.
"Kamu gak sopan Lia. Aku lagi ngomong sama kamu." bentak Amel.
Lia membalikkan badan.
"Ada apa kak?" tanya Lia halus seolah tak terjadi apa-apa.
"Heh.... Aku ingin mengajakmu bergabung. Bukankah kamu pelayan. Jadi, ayo layani kami di sini!"
Mata Lia tampak berkaca-kaca. Hatinya sakit atas perkataan Amel. Memang Lia hanya pelayan. Seperti inikah nasib pelayan? Perkataan Amel sangat merendehkan Lia. Lia merasa malu dan sakit hati. Amel yang dulu manis dan lembut hilang. Apakah ini sifat asli Amel? Jelas sekali Amel ingin mempermalukan Lia. Banyak ustomer yang menoleh pada teriakan Amel.
"Aku hanya bertugas mengantar makanan kak. Maaf aku harus bekerja!"
"Aku mau ketemu sama bosmu. Kamu kurang ajar Lia!" bentak Amel.
Semua mata hampir melihat perseteruan itu. Beberapa Customer menggelengkan kepala.
Lia pergi meninggalkan Amel yang masih menggerutu. Perasaan Lia campur aduk antara marah, malu dan kecewa. Dia berjalan menjauh sambil menghapus air mata yang berderai. Lia mendekati Ratih yang berjaga di pantry.
"Aku malu Tih. Aku Marah Tih. Namun, Aku gak bisa apa-apa. Aku gak mampu membalas mereka." isak Lia.
Lia berdiri membelakangi Amel. Dia berhadapan dengan Ratih jadi
Amel tidak melihat Lia menangis. Lia berusaha keras menahan derai air matanya. Kedua tangan Ratih memegang salah satu tangan Amel dan berusaha menenangkannya.
Amel masih membuat keributan dengan memanggil mas Ferry, Captain di restoran. Mas Ferry berusaha menenangkan Amel. Lia memandang laki-laki di sebelah Amel. Mereka saling bertatapan beberapa detik. Lalu, Laki-laki itu menunduk.
Lia merasa sakit hati. Robert sama sekali tidak membelanya. Seharusnya Robert bisa mencegah kelakuan Amel. Apa ini rencana mereka membuat Amel malu?
"Kamu tega Robert." guman Lia sangat pelan.
Mas Ferry memanggil Lia. Ratih memegang tangan Lia sambil menggelengkan kepalanya.
Ratih yakin ini memang disengaja oleh Amel. Amel pasti ingin mempermalukan Lia.
"Jangan Lia! Jangan turuti maunya mereka." kata Ratih pelan dan masih memegang tangan Lia. Dia enggan melepaskan genggaman tangan itu.
Lia menekan tisu ke matanya. Dia berusaha keras menahan air matanya agar tidak terus mengalir.
"Aku mau lihat apa mau mereka." jawab Lia tegas. Ratih meletakkan tangan di dadanya dan merapalkan doa agar Tuhan melindungi Lia.
Lia berjalan dengan mantap. Kali ini dia mensejajarkan kepalanya. Dia akan memperjuangkan dirinya. Jika dipecat adalah keinginan Amel. Dia akan mempertahankan diri semampunya.
"Lia, nona ini bilang kau kurang sopan terhadapnya." kata Mas Ferry mengulangi perkataan Amel.
"Maafkan saya nona. Apa yang sudah saya lakukan?" tanya Lia dibuat sehalus mungkin sambil sekilas memandang Robert.
"Oh... kau mulai berani. Kau berlagak tidak tahu diri. Kau bukan nona kaya. Coba berkacalah!" sarkas Amel.
Kali ini Lia berusaha tegar dan tidak terpancing. Reaksi Robertlah yang membuat Lia kecewa. Robert hanya diam. Selama mereka bersama Robertlah yang menjadi pelindung Lia. Dia akan selalu membela Lia baik salah atau benar. Robert tidak akan meninggalkan Lia termasuk membela dirinya dihadapan Amel.
"Maaf nona. Apa yang bisa saya bantu?" tanya
Lia pelan dengan suara yang serak.
"Aku ingin kau melayani kami." jawab Amel
"Sayangnya nona, tugas saya hanya mengantar makanan dan mencatat menu. Saya tidak diijinkan melakukan hal lain."
Mas Ferry tersenyum atas jawaban Lia. Cukup bagus dan sangat jenius.
"Iya nona, pelayan di sini tidak bertugas melayani tamu secara khusus. Kami punya standar pelayanan yang harus ditaati."
"Aku benar-benar kecewa dengan pelayanan di restoran ini. Aku tidak mau bayar makanan ini. Kalian semua mengecewakan."
Mas Ferry dan Lia tampak pucat dengan reaksi Amel. Apakah uang gaji mereka harus dipotong untuk membayar makanan ini.
"Tidak usah bayar kalau tidak mampu nona. Aku mendirikan usahaku semata-mata tidak hanya mengejar materi. Aku juga kadang memberi sedekah pada orang yang tidak mampu?"
Ucapan bos Yudha selalu menjadi angin segar bagi Lia. Inilah bos idaman. Sudut bibir Lia mengkung ke atas.
"Kau merendahkanku." bentak Amel.
" Ini adalah restoran. Semua datang untuk menikmati makanan dan Minuman bukan berseteru." jelas Yudha.
"Pelayanmu mengecewakan. Kau juga bos yang buruk. Ayo sayang kita pergi. Aku malas makan di sini."
"Aku akan bayar semua makanan itu." ucap seorang lelaki yang baru datang di belakang bos Yudha.
Lia menghela nafasnya kasar setelah melihat lelaki itu.
"Kami akan membayar. Ini kartunya."
Robert memberikan kartu kreditnya pada Lia. Entah sengaja atau tidak Robert menyentuhkan jari tangannya pada tangan Lia. Lia menatap Robert tajam. Masih... Lia masih merasakan getaran hatinya.
"Tunggu sebentar, Kak!" Kalimat yang diucapkan Lia saat dia tersadar akan tugasnya.
"Ini kak! Terima kasih atas kunjungannya selamat datang kembali." ucap Lia sambil memberikan kartu dan bill. Lia berusaha tidak kontak dengan tangan Robert.
"Liliput, maaf!" gumanan Robert yang pelan terdengar nyata di telinga Lia. Panggilan khusus untuknya. Kata terakhir membuat Lia menatap Robert. Maaf? Untuk apa Robert? Jika sudah sedalam ini kau melukaiku.
Amel dan Robert pergi meninggalkan restoran juga beberapa pelanggan yang sudah selesai makan. Bos Yudha tidak banyak bicara atas kejadian tadi.
"Lia tolong bawakan buku menu untuk tamuku. Layani dia dengan baik!" Bos Yudha pergi meninggalkan Lia. Dia memanggil Mas Ferry dan bercakap dengannya. Lia memandang mereka dari kejauhan.
"Ini Kak menunya silahkan memilih. " Lia melayani tamu si bos dengan Ramah.
"Kak? Biasanya waitress akan merekomendasikan menu." jawab si laki-laki.
"Ini menu baru kami, mie tomyam rasanya asam dan agak pedas kak." Lia menunjuk menu yang dimaksud.
"Menu mana yang kau suka?"
"Saya suka semuanya kak."
"Kalau begitu pesan semuanya."
"Bapak mau makan semuanya?"
Laki-laki itu tersenyum. Itu adalah senyum manis kedua setelah senyum bos Yudha.
***
**Tinggalkan jejak ya!
Please Rate, Vote and Komen**!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
ZasNov
Lia ga apa2 liat rumah kamu sebentar..
Lagian jalan itu kan bukan punya babang galak.. 😅
Hmm,Amel selalu aja cari masalah.. 😤
Robert cuma diem aja, bener2 ga layak diinget Lia..
Bos Yudha keren deh kata2nya, ngena ya Amel.. 😂😂😂
2021-04-19
0
My
mantabs
2021-02-21
1
🌻Ruby Kejora
3like mendarat thor. mari kita slg dukung sampai eps terakhir..
semoga bnyk readernya.
di tunggu feedbacknya di novelku
2021-02-19
0