Menutupi Kebohongan Dengan Kebohongan

Wanita paruh baya itu tak henti menatap pria yang berdiri di depannya itu. Rasanya tak percaya laki-laki asing yang walaupun lumayan tampan ini, adalah suami dari putrinya.

Mutia menghela nafas sebentar. Bingung akan memarahi anaknya atau mau bagaimana. Akhirnya ia menyuruh mereka masuk.

"Masuk, kita bicara di dalam. Malu didengar tetangga." Mutia berlalu menuju ruang tamu diikuti putrinya dan laki-laki yang mengaku suaminya.

"Jadi kalian sudah berapa bulan menikah?" tanya bunda setelah duduk di sofa ruang tamu dengan penuh selidik.

"Empat bulan Bunda," jawab mereka bersamaan.

"Lalu kamu Me, jadi bagaimana dengan kuliahmu?" tanya bunda lagi.

"Me, ambil cuti Bun. Karena Me sekarang sedang hamil." Medina menjawab ragu-ragu takut bundanya marah. Walau ia tahu bundanya pantas marah setelah apa yang terjadi padanya karena ia mengingkari janjinya pada bunda. Karena ia sudah melanggar larangan bunda untuk tidak berpacaran.

"Ck ck ck, Me ... Me ..."

"Dari awal Bunda tak mengizinkan kamu belajar jauh-jauh karena takut hal yang seperti ini terjadi.Tak ada yang menjagamu di sana tak ada yang mengawasi dan memberi nasehat. Lihat sekarang belum selesai kuliah sudah menikah dan sekarang hamil. Kamu bisa jaga anak kamu nanti sambil kuliah? Kamu pikir mudah membesarkan seorang anak?" ucap Bunda sedikit emosi.

"Maafkan Me, Bun. Tapi Me akan berusaha sebaik mungkin untuk membesarkan anak ini sambil kuliah. Me yakin Me bisa." Medina berusaha meyakinkan bunda.Tentu saja wanita yang sudah banyak makan garam kehidupan, tak semudah itu percaya pada anaknya.

"Lalu kamu ... siapa nama kamu tadi?" Bunda bertanya pada menantunya.

"Rayga Bun. Bunda boleh panggil Ray." Rayga menjawab dengan gugup.

"Kamu juga masih kuliah? Mau dikasih makan apa anak saya nanti? Masih kuliah kok ngajak anak saya menikah. Apa kalian pikir berumah tangga itu hanya ada enaknya saja? Berumah tangga itu lebih banyak susahnya daripada senangnya." Tanpa bertanya dulu bunda menilai Ray seenaknya.

"Maaf Bun, saya udah nggak kuliah. Saya pengusaha kecil Bun. Saya di Amerika karena urusan pekerjaan. Walau saya hanya pengusaha kecil tapi saya yakin bisa mencukupi Medina dan bayi kami." Ray menjelaskan dengan mantap. Walaupun semua yang dikatakan hanya kebohongan semata.

"Oh baguslah. Setidaknya kamu bisa dipercaya untuk bertanggung jawab terhadap anak saya dan calon cucu saya." Bunda sedikit lega mendengar jawaban Ray.

"Lalu mana surat nikah kalian?" tanya bunda menyelidik lagi.

"Ehm.. tertinggal di Amerika Bun. Karena kami berencana hanya sebentar disini dan ingin segera kembali ke Amerika. Tapi kalau Bunda menginginkan saya akan telepon teman saya untuk mengirimkan ke sini." Ray berbohong lagi karena takut bunda curiga. Padahal kalau bunda tetap kekeh mau melihat surat nikah dan memintanya untuk mengambil di Amerika, dia akan bingung setengah mati. Karena dari semula surat nikah itu memang tidak ada.

"Kak Me ...," Alif yang baru pulang dari sekolah berteriak kegirangan menghambur memeluk kakak yang sudah tak dijumpainya dua tahun ini.

"Kangen Kak. Kapan Kakak pulang? Dan ... dia siapa?" Alif memandang Ray dengan tatapan tajam

"Dia Ray. Suami kakak kamu, itu artinya dia kakak ipar kamu." Bunda menjelaskan pada putra bungsunya membuat ia melupakan pertanyaan soal surat nikah. Me sedikit berterima kasih karena berkat Alif dapat mengalihkan pembicaraan berbahaya tentang surat nikah.

"Kenalin, aku Ray. Kakak ipar kamu. Kamu pasti Alif Mahendra, adik Me kan?" Ray mengulurkan tangan berusaha untuk akrab. Alif menyambut uluran tangan Ray dengan gembira.

"Benarkah Kak Ray suami Kak Me? Kukira tidak ada laki-laki yang mau menikah dengan wanita sebawel kakak. Hahaha selamat ya kakak iparku, malangnya nasib kak Ray punya istri galak seperti dia." Alif tertawa terbahak-bahak. Ray hanya tersenyum, dalam hati ia membenarkan perkataan Alif mengingat kegalakan Medina di pesawat.

"Apaan sih Lif. Siapa yang galak?" kata Medina bersungut-sungut tak suka.

"Sudah Lif, berhenti mengganggu kakak dan kakak iparmu. Kalian pasti capek kan? Sana istirahat di kamar tamu sana." Bunda memerintah anak dan menantunya agar istirahat.

"Tapi Me kan punya kamar sendiri bunda." Medina ingin protes tapi kemudian bunda memotong perkataannya.

"Me ... Me ... kamu ini bodoh ya? Ranjang kamu kecil, mana muat untuk tidur berdua." Ucapan bunda menyadarkan kalau mereka akan tidur sekamar mulai hari ini.

"Baik Bunda," jawab mereka bersamaan.

"Ya sudah kalian istirahat sana," perintah Bunda.

Akhirnya untuk menghindari topik berbahaya lagi, mereka segera masuk ke kamar. Sesampai di kamar rasa canggung itu muncul. Bagaimanapun mereka yang bukan suami istri bisa berduaan di dalam kamar, pasti sangat tidak nyaman. Apalagi baru sehari kenal. Namun Ray sangat pengertian, ia memilih tidur di lantai agar Medina tak canggung lagi. Ia juga menyuruh Medina agar mengabaikannya seolah dia tak ada. Akhirnya mereka istirahat karena kecapekan. Namun keduanya tetap tak dapat memejamkan mata, karena kegelisahan masing-masing.

"Mas Ray," panggil Medina lirih.

"Iya Me, kenapa? Ada yang tak nyaman?" Ray yang tadinya berbaring kembali duduk melihat keadaan Medina yang memanggilnya.

Medina malah menangis sesenggukan sambil memeluk guling. Ia sangat terharu sekaligus sedih. Ayah dari bayi yang dikandungnya bahkan tak peduli dan mencampakkannya. Tapi laki-laki asing yang di hadapannya ini malah begitu memperhatikannya dan kelihatan khawatir.

Melihat Medina menangis, Ray menjadi panik. Tanpa pikir panjang, ia naik ke atas ranjang dan mendekap kepala Medina.

"Shhhh ... kenapa Me menangis? Apa ada yang sakit Me?" Ray masih mendekap Medina yang menangis seraya mengelus lengan Medina pelan. Berharap dapat menenangkan wanita yang rapuh itu. Medina hanya menggelengkan kepala, sambil mengusap air matanya.

"Hiks hiks, Mas Ray. Betapa tidak beruntungnya nasib Me. Hamil di luar nikah dan sekarang harus menipu bunda Me sendiri. Dan Me juga merepotkan Mas Ray." Medina mengungkap rasa sedihnya. Ray hanya terdiam, tak tau harus bicara apa. Karena ide suami istri pura-pura ini adalah berasal darinya.

"Me, maafkan aku ya? Aku malah membuat situasi kamu lebih sulit karena harus berbohong." Ray merasa bersalah. Semua ide gilanya terasa berat untuk dilanjutkan.

Karena mereka harus terus berbohong untuk menutupi kebohongan yang telah mereka buat.

"Ini bukan salah Mas Ray. Semua salah Me. Kalau saja Me tidak bertemu lelaki brengsek itu, hidup Me tidak akan hancur seperti ini. Me malah sangat berterimakasih pada Mas Ray. Terimakasih sudah menolong Me, Mas." Tanpa sadar Medina membalas pelukan Ray. Ia merasa nyaman ada lelaki itu di sampingnya. Andai lelaki itu tak membantunya, maka mungkin sekarang ia sudah menggelandang di jalan jika diusir bunda. Ray hanya bisa mendekap erat sambil mengecup kening Medina agar wanita itu bisa tenang.

Tok tok tok

"Me ... Ray ... ayo turun makan!" Bunda memanggil dari balik pintu membuat mereka melepaskan pelukan masing-masing. Sehingga membuat mereka sadar apa yang telah mereka lakukan dan keduanya menjadi canggung.

"Sebentar Bun, Me mandi dulu." Medina menjawab tanpa membuka pintu.

"Okay, Bunda tunggu di bawah ya?" Terdengar suara sandal bunda ketika menuruni tangga.

Akhirnya Medina menyuruh Ray mandi terlebih dulu dan kemudian giliran Medina yang mandi. Setelah mandi, mereka segera turun ke bawah makan malam bersama.

Bunda memasak makanan lezat begitu banyak. Bunda bilang karena ini pertama kalinya menantu datang kerumah jadi bunda ingin membuatkan makan malam yang spesial. Sebagai tanda penyambutan dan perkenalan.

Mereka menikmati makan malam dengan bahagia. Medina sedikit melupakan kesedihannya dengan bercengkerama dengan keluarganya dan juga dengan suami pura-puranya.

***

Kediaman Keluarga Besar Ilyansyah

"Dasar anak bodoh!" Suara bariton lelaki paruh baya itu memenuhi seluruh ruangan yang cukup luas itu.

"Kamu ini bisanya apa? Papa suruh belajar bisnis sungguh-sungguh diluar negeri. Papa biayai sekolah kamu mahal-mahal malah kamu disana seenaknya main-main. Nongkrong sana sini keluar masuk klub malam. Mau kamu apa? Hanya bisa menghabiskan uang Papa. Kamu itu pewaris perusahaan Ilyansyah, tapi kelakuan kamu begini. Dasar anak tak berguna." Tak cukup memaki putranya kini ia menampar wajahnya.

Plakk

Pria yang mendapatkan tamparan verbal dan non verbal tadi adalah Gibran Ilyansyah. Pewaris Ilyansyah grup.

"Papa, bagaimanapun dia adalah anak semata wayang kita Pa. Papa jangan kasar-kasar sama Gibran." Rika memeluk putranya yang sedang memegang pipinya yang sakit karena tamparan ayahnya. Rika tak rela suaminya memperlakukan anak semata wayang mereka seperti itu. Namun kata-kata yang diucapkan ayahnya lebih menyakitkan daripada tamparan yang dilayangkan padanya.

Ilham masih sangat murka terhadap putranya tersebut. Ia sudah cukup pusing dengan perusahaannya yang di ambang kebangkrutan. Dan kini putranya yang diharapkan menjadi penerusnya sangat mengecewakan.

"Kamu tahu? Perusahaan Papa diambang kebangkrutan? Kamu masih mau berfoya-foya? Heh?" Ilham mencengkeram kerah Gibran.

"Papa nggak mau tahu. Papa mau jodohkan kamu dengan putri Haryanto Grup. Keluarga mereka cukup kaya untuk membantu kita, dan setelah menikah segera punya anak. Agar warisan kakek jatuh ketanganmu. Kamu sudah tahu kan kalau warisan kakek diberikan kepadamu dengan syarat kamu harus menikah dan punya anak? Kalau sampai kamu tak mempunyai anak sampai usia kamu 30 tahun otomatis perusahaan kakek jatuh ketangan pamanmu, Om Reza." Ilham berbicara membelakangi putranya yang masih menundukkan kepala. Dalam hatinya sakit diperlakukan ayahnya seperti itu.

"Pa, tapi Gibran sudah mempunyai calon sendiri," protes Gibran mengingat hubungannya dengan Medina dan anak yang dikandungnya.

"Bagus kalau kamu sudah punya calon, segera bawa ke sini dan akan papa nikahkan dengan segera," jawab Ilham.

"Kami bertemu di Amerika Pa. Sedangkan di Indonesia Gibran tidak tahu alamatnya. Kasih waktu Gibran buat mencari kekasih Gibran." Gibran memohon pada papanya agar memberinya kesempatan.

"Baik, Papa kasih waktu kamu dua minggu kalau kamu tak dapat menemukan gadis itu lebih baik Papa jodohkan dengan wanita lainnya."

Ilham mencoba memberikan kesempatan pada anaknya untuk mencari kekasihnya. Gibran hanya mengangguk pasrah, ia bersyukur masih diberikan kesempatan oleh ayahnya setidaknya masih ada harapan untuk hidup bersama Medina.

Kemudian ia berusaha menghubungi nomor whatsapp Medina yang sebelumnya tidak aktif. Nasib baik menghampirinya, gadisnya mau mengangkat telepon darinya.

Terpopuler

Comments

Ayunina Sharlyn

Ayunina Sharlyn

hmm mulai seru

2020-07-14

1

Gus Rianto

Gus Rianto

mantap Thor ceritanya nanti saya kasih vote dech 😍😍😍

2020-07-14

4

Eti Guslidar

Eti Guslidar

maunya..

2020-07-11

0

lihat semua
Episodes
1 Kalut
2 Akulah yang Akan Jadi Suamimu
3 Menyesal
4 Bunda Ini Suami Me
5 Menutupi Kebohongan Dengan Kebohongan
6 Suami Yang Perhatian
7 Awal kehancuran Gibran
8 Mengandung Anakku
9 Kepanikan di Tengah Malam
10 Perasaan yang Mulai tumbuh
11 Pulang ke Bandung
12 Sedikit Ingatan Tentang Masa Lalu
13 Rencana Pernikahan yang Tiba-tiba
14 Aku Tidak Pantas untuk Cemburu
15 Penolakan Oma
16 Menangislah, Setelah Itu Kamu Harus Bahagia
17 Kencan Terakhir
18 Spageti
19 Tuan Sempurna
20 Berfoto Bersama
21 Baby Panggil Papa Okay?
22 Sebuah Alasan
23 Sudah Hamil Belum Menikah
24 Pernah Keguguran?
25 Bertemu Lagi
26 Aku Hanya Ingin Jadi Suamimu
27 Bukan Sayang Hanya Peduli
28 Cincin Itu
29 Mengunjungi Butik
30 Cinta yang Istimewa
31 Ada Udang di Balik Batu
32 Mengingkari Cinta di Depan Mata
33 Terbaik Untuk Anakku
34 Melepaskan Beban
35 Membongkar Semuanya
36 Pacar Kecil
37 Pacar Kecil part 2
38 Jangan Pergi
39 Adam?
40 Kebahagiaan Itu Paling Dekat Dengan Rasa Kecewa
41 Pernikahan
42 Akhir Sebuah Cerita
43 End Season 1
44 Season 2 ~ Hari Baru
45 Season2 ~ Baby Adam
46 Season 2 ~ Tak Ada Kata Maaf Terimakasih Atau Merepotkan
47 Season 2 ~ Enggan Pergi
48 Season 2 ~ Merindukanmu
49 Season 2 ~ Khawatir
50 Season 2 ~ Pilihan
51 Season 2 ~ Keputusan
52 Season 2 ~ Ray Dan Medina
53 Season 2 ~ Kamar Tamu
54 Season 2 ~ Pertama Kali
55 Season 2 ~ Kamu Harus Bertanggung Jawab
56 Season 2 ~ Gara-gara Tamu
57 Season 2 ~ Adam Kecil
58 Season 2 ~ Adam Cucu Oma
59 Season 2 ~ Kalau Kurang Nanti Tambah
60 Season 2 ~ Adek Buat Adam
61 Season 2 ~ Dokter Itu
62 Season 2 ~ Hadiah
63 Season 2 ~ Honeymoon
64 Season 2 ~ Kecewa
65 Season 2 ~ Hari Ini Aku Bukan Suamimu
66 Season 2 ~ Aku Tak Akan Pernah Meninggalkanmu
67 Season 2 ~ Ingin Membawa Adam
68 Season 2 ~ Kepergian Rika
69 Season 2 ~ Mana Adamku?
70 Season 2 ~ Keretakan
71 Season 2 ~ Menyadari Kesalahan
72 Season 2 ~ Medina Pingsan
73 Season 2 ~ Tak Mungkin Melupakanku
74 Season 2 ~ Rasa Rindu Adam
75 Season 2 ~ Tergantikan
76 Season 2 ~ Pertemuan
77 Season 2 ~ Salah Asuhan
78 Season 2 ~ Mengembalikan
79 Season 2 ~ Kamu Harus Sembuh
80 Season 2 ~ Terlepas
81 Season 2 ~ Luka Keira
82 Season 2 ~ Isabella
83 Season 2 ~ Permintaan Maaf
84 Season 2 ~ Ray Menghilang
85 Season 2 ~ Gadis Kampung
86 Season 2 ~ Pertolongan
87 Season 2 ~ Pulang
88 Season 2 ~ Haura?
89 Season 2 ~ Hanya Menolong, Katamu?
90 Season 2 ~ Kehidupan Haura
91 Season 2 ~ Berniat Menjodohkan
92 Season 2 ~ Rahasia Besar
93 Season 2 ~ Bukan Bagian Keluarga
94 Season 2 ~ Kehilangan Segalanya
95 Season 2 ~ Dia Pantas, Sangat Pantas
96 Season 2 ~ Menyetujui
97 Season 2 ~ Keputusan Haura
98 Season 2 ~ Lamaran
99 Season 2 ~ Hidup Baru
100 Season 2 ~ Bercerminlah!
101 Season 2 ~ Berjalan-jalan Dengan Mama
102 Season 2 ~ Kamu Dari Mana?
103 Season 2 ~ Ulang Tahun Mikha
104 Season 2 ~ Pelukan Hangat
105 Season 2 ~ Mikha Membuka Hati
106 Season 2 ~ Lucu Juga Dia
107 Season 2 ~ Pertemuan yang Tak Disangka
108 Season 2 ~ Perasaan yang Berubah
109 Season 2 ~ Tak Pernah Menyadari
110 Season 2 ~ Masih Adakah Kesempatan?
111 Season 2 ~ Menghindar
112 Season 2 ~ Jatuh Lagi
113 Season 2 ~ Maafkan Aku
114 Season 2 ~ Mengunjungi Ayah
115 Season 2 ~ Malam Bersamamu
116 Season 2 ~ Benarkah Kamu Bahagia?
117 Season 2 ~ Sudahi Drama Murahanmu!
118 Season 2 ~ Kecemburuan Adam
119 Season 2 ~ Titik Nol
120 Season 2 ~ Pergi
121 Season 2 ~ Mencarimu
122 Season 2 ~ Terguncang
123 Season 2 ~ Menyalahkan Diri Sendiri
124 Season 2 ~ Kekecewaan Orang Tua
125 Season 2 ~ Lepaskan Saja!
126 Season 2 ~ Mencarimu
127 Season 2 ~ Kemana lagi Harus Mencarimu?
128 Season 2 ~ Penolakan Yang Menyakitkan
129 Season 2 ~ Haruskah Begini?
130 Season 2 ~ Dia Tetap Putraku
131 Season 2 ~ Kamu Harus Kuat Nak!
132 Season 2 ~ Pulang
133 Season 2 ~ Bantuan Mikha
134 Season 2 ~ Apa Aku Sudah Memaafkanmu?
135 Season 2 ~ Dua Syarat
136 Season 2 ~ Perceraian?
137 Season 2 ~ Bioskop
138 Season 2 ~ Merasa Bersalah
139 Season 2 ~ Cerita Tentang Masa Lalu
140 Season 2 ~ Aku Ingin Pulang
141 Season 2 ~ Apakah Ini Mimpi?
142 Season 2 ~ Hubungan Yang Membaik
143 Season 2 ~ Badai Mungkin Belum Usai
144 Season 2 ~ Kamu Obatnya
145 Season 2 ~ Bidadari Sempurna
146 Season 2 ~ Bagaimana Ini?
147 Season 2 ~ Dasi
148 Season 2 ~ Meminta Izin
149 Season 2 ~ Bertemu Alvian
150 Season 2 ~ Aku Ingin Mengakhiri Segalanya
151 Season 2 ~ Apa Ini Cinta?
152 Season 2 ~ Malam Kita
153 Season 2 ~ Imamku
154 Season 2 ~ Ayah Datang
155 Season 2 ~ Kamu Kemana?
156 Season 2 ~ Menemui Elsa
157 Season 2 ~ Nasehat Orang Tua
158 Season 2 ~ Untuk Apa Kamu Kemari?
159 Season 2 ~ Syarat Dari Ayah
160 Season 2 ~ Terdampar
161 Season 2 ~ Sadarkan Diri
162 Season 2 ~ Kembali Dengan Selamat
163 Season 2 ~ Tangis Haru
164 Season 2 ~ Melepas Rindu
165 Season 2 ~ Kencan
166 Season 2 ~ Genting Highland
167 Season 2 ~ Di Pesawat
168 Season 2 ~ Pinjamkan Aku Kartu Kreditmu
169 Season 2 ~ Kamu Kemana Mas?
170 Season 2 ~ Dua Porsi?
171 Season 2 ~ Semakin Menjadi
172 Season 2 ~ Nasehat Mama
173 Season 2 ~ Datang ke Kantor
174 Season 2 ~ Ingin Memastikan
175 Season 2 ~ Dua Garis Merah
176 Season 2 ~ Aku Mencintaimu
177 Season 2 ~ Pesta Kecil-kecilan
178 Season 2 ~ Masalah di Tengah Kebahagiaan
179 Season 2 ~ Anak Mas Adam
180 Season 2 ~ Mari Bercerai
181 Season 2 ~ Tidak Satu Orang pun Percaya Padaku
182 Season 2 ~ Akhir Isabella
183 Season 2 ~ Mengejar Cintamu
184 Season 2 ~ END
185 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 185 Episodes

1
Kalut
2
Akulah yang Akan Jadi Suamimu
3
Menyesal
4
Bunda Ini Suami Me
5
Menutupi Kebohongan Dengan Kebohongan
6
Suami Yang Perhatian
7
Awal kehancuran Gibran
8
Mengandung Anakku
9
Kepanikan di Tengah Malam
10
Perasaan yang Mulai tumbuh
11
Pulang ke Bandung
12
Sedikit Ingatan Tentang Masa Lalu
13
Rencana Pernikahan yang Tiba-tiba
14
Aku Tidak Pantas untuk Cemburu
15
Penolakan Oma
16
Menangislah, Setelah Itu Kamu Harus Bahagia
17
Kencan Terakhir
18
Spageti
19
Tuan Sempurna
20
Berfoto Bersama
21
Baby Panggil Papa Okay?
22
Sebuah Alasan
23
Sudah Hamil Belum Menikah
24
Pernah Keguguran?
25
Bertemu Lagi
26
Aku Hanya Ingin Jadi Suamimu
27
Bukan Sayang Hanya Peduli
28
Cincin Itu
29
Mengunjungi Butik
30
Cinta yang Istimewa
31
Ada Udang di Balik Batu
32
Mengingkari Cinta di Depan Mata
33
Terbaik Untuk Anakku
34
Melepaskan Beban
35
Membongkar Semuanya
36
Pacar Kecil
37
Pacar Kecil part 2
38
Jangan Pergi
39
Adam?
40
Kebahagiaan Itu Paling Dekat Dengan Rasa Kecewa
41
Pernikahan
42
Akhir Sebuah Cerita
43
End Season 1
44
Season 2 ~ Hari Baru
45
Season2 ~ Baby Adam
46
Season 2 ~ Tak Ada Kata Maaf Terimakasih Atau Merepotkan
47
Season 2 ~ Enggan Pergi
48
Season 2 ~ Merindukanmu
49
Season 2 ~ Khawatir
50
Season 2 ~ Pilihan
51
Season 2 ~ Keputusan
52
Season 2 ~ Ray Dan Medina
53
Season 2 ~ Kamar Tamu
54
Season 2 ~ Pertama Kali
55
Season 2 ~ Kamu Harus Bertanggung Jawab
56
Season 2 ~ Gara-gara Tamu
57
Season 2 ~ Adam Kecil
58
Season 2 ~ Adam Cucu Oma
59
Season 2 ~ Kalau Kurang Nanti Tambah
60
Season 2 ~ Adek Buat Adam
61
Season 2 ~ Dokter Itu
62
Season 2 ~ Hadiah
63
Season 2 ~ Honeymoon
64
Season 2 ~ Kecewa
65
Season 2 ~ Hari Ini Aku Bukan Suamimu
66
Season 2 ~ Aku Tak Akan Pernah Meninggalkanmu
67
Season 2 ~ Ingin Membawa Adam
68
Season 2 ~ Kepergian Rika
69
Season 2 ~ Mana Adamku?
70
Season 2 ~ Keretakan
71
Season 2 ~ Menyadari Kesalahan
72
Season 2 ~ Medina Pingsan
73
Season 2 ~ Tak Mungkin Melupakanku
74
Season 2 ~ Rasa Rindu Adam
75
Season 2 ~ Tergantikan
76
Season 2 ~ Pertemuan
77
Season 2 ~ Salah Asuhan
78
Season 2 ~ Mengembalikan
79
Season 2 ~ Kamu Harus Sembuh
80
Season 2 ~ Terlepas
81
Season 2 ~ Luka Keira
82
Season 2 ~ Isabella
83
Season 2 ~ Permintaan Maaf
84
Season 2 ~ Ray Menghilang
85
Season 2 ~ Gadis Kampung
86
Season 2 ~ Pertolongan
87
Season 2 ~ Pulang
88
Season 2 ~ Haura?
89
Season 2 ~ Hanya Menolong, Katamu?
90
Season 2 ~ Kehidupan Haura
91
Season 2 ~ Berniat Menjodohkan
92
Season 2 ~ Rahasia Besar
93
Season 2 ~ Bukan Bagian Keluarga
94
Season 2 ~ Kehilangan Segalanya
95
Season 2 ~ Dia Pantas, Sangat Pantas
96
Season 2 ~ Menyetujui
97
Season 2 ~ Keputusan Haura
98
Season 2 ~ Lamaran
99
Season 2 ~ Hidup Baru
100
Season 2 ~ Bercerminlah!
101
Season 2 ~ Berjalan-jalan Dengan Mama
102
Season 2 ~ Kamu Dari Mana?
103
Season 2 ~ Ulang Tahun Mikha
104
Season 2 ~ Pelukan Hangat
105
Season 2 ~ Mikha Membuka Hati
106
Season 2 ~ Lucu Juga Dia
107
Season 2 ~ Pertemuan yang Tak Disangka
108
Season 2 ~ Perasaan yang Berubah
109
Season 2 ~ Tak Pernah Menyadari
110
Season 2 ~ Masih Adakah Kesempatan?
111
Season 2 ~ Menghindar
112
Season 2 ~ Jatuh Lagi
113
Season 2 ~ Maafkan Aku
114
Season 2 ~ Mengunjungi Ayah
115
Season 2 ~ Malam Bersamamu
116
Season 2 ~ Benarkah Kamu Bahagia?
117
Season 2 ~ Sudahi Drama Murahanmu!
118
Season 2 ~ Kecemburuan Adam
119
Season 2 ~ Titik Nol
120
Season 2 ~ Pergi
121
Season 2 ~ Mencarimu
122
Season 2 ~ Terguncang
123
Season 2 ~ Menyalahkan Diri Sendiri
124
Season 2 ~ Kekecewaan Orang Tua
125
Season 2 ~ Lepaskan Saja!
126
Season 2 ~ Mencarimu
127
Season 2 ~ Kemana lagi Harus Mencarimu?
128
Season 2 ~ Penolakan Yang Menyakitkan
129
Season 2 ~ Haruskah Begini?
130
Season 2 ~ Dia Tetap Putraku
131
Season 2 ~ Kamu Harus Kuat Nak!
132
Season 2 ~ Pulang
133
Season 2 ~ Bantuan Mikha
134
Season 2 ~ Apa Aku Sudah Memaafkanmu?
135
Season 2 ~ Dua Syarat
136
Season 2 ~ Perceraian?
137
Season 2 ~ Bioskop
138
Season 2 ~ Merasa Bersalah
139
Season 2 ~ Cerita Tentang Masa Lalu
140
Season 2 ~ Aku Ingin Pulang
141
Season 2 ~ Apakah Ini Mimpi?
142
Season 2 ~ Hubungan Yang Membaik
143
Season 2 ~ Badai Mungkin Belum Usai
144
Season 2 ~ Kamu Obatnya
145
Season 2 ~ Bidadari Sempurna
146
Season 2 ~ Bagaimana Ini?
147
Season 2 ~ Dasi
148
Season 2 ~ Meminta Izin
149
Season 2 ~ Bertemu Alvian
150
Season 2 ~ Aku Ingin Mengakhiri Segalanya
151
Season 2 ~ Apa Ini Cinta?
152
Season 2 ~ Malam Kita
153
Season 2 ~ Imamku
154
Season 2 ~ Ayah Datang
155
Season 2 ~ Kamu Kemana?
156
Season 2 ~ Menemui Elsa
157
Season 2 ~ Nasehat Orang Tua
158
Season 2 ~ Untuk Apa Kamu Kemari?
159
Season 2 ~ Syarat Dari Ayah
160
Season 2 ~ Terdampar
161
Season 2 ~ Sadarkan Diri
162
Season 2 ~ Kembali Dengan Selamat
163
Season 2 ~ Tangis Haru
164
Season 2 ~ Melepas Rindu
165
Season 2 ~ Kencan
166
Season 2 ~ Genting Highland
167
Season 2 ~ Di Pesawat
168
Season 2 ~ Pinjamkan Aku Kartu Kreditmu
169
Season 2 ~ Kamu Kemana Mas?
170
Season 2 ~ Dua Porsi?
171
Season 2 ~ Semakin Menjadi
172
Season 2 ~ Nasehat Mama
173
Season 2 ~ Datang ke Kantor
174
Season 2 ~ Ingin Memastikan
175
Season 2 ~ Dua Garis Merah
176
Season 2 ~ Aku Mencintaimu
177
Season 2 ~ Pesta Kecil-kecilan
178
Season 2 ~ Masalah di Tengah Kebahagiaan
179
Season 2 ~ Anak Mas Adam
180
Season 2 ~ Mari Bercerai
181
Season 2 ~ Tidak Satu Orang pun Percaya Padaku
182
Season 2 ~ Akhir Isabella
183
Season 2 ~ Mengejar Cintamu
184
Season 2 ~ END
185
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!