Hati kecil Ray meronta, merasa bertanggung jawab untuk menyelamatkan wanita itu. Ia berlari sekuat tenaga menghampiri wanita asing itu. Tanpa menghiraukan dinginnya air laut ia melepas mantel dan sepatu miliknya. Dan ia terjun ke air menyelamatkan wanita malang itu.
"Uhuk, uhuk uhuk." Medina terbatuk-batuk setelah Ray membawanya ke tepian pantai. Kini wanita itu menggigil kedinginan.
"Hei! Are you crazy?"
"Huhuhu, kenapa kamu menyelamatkan aku?" gumam Medina menangis. Usaha terakhirnya untuk mengakhiri hidup juga harus gagal.
"Kamu orang Indonesia juga?" tanya Ray.
"Kenapa kamu harus menyelamatkan aku? Kenapa? Aku ingin mengakhiri semuanya." Tangis Medina semakin menjadi.
"Kenapa hatiku sakit sekali mendengar tangisannya? Dia hanya orang asing. Bahkan aku sendiri juga sedang bingung dengan masalah yang sedang aku hadapi. Huh, Rasanya aku sudah gila," batin Ray.
"Nona ...," Rayga memanggil lembut Medina dan mengulurkan sebuah sapu tangan miliknya.
Medina menyambut sapu tangan itu dengan kebisuan. Kemudian sapu tangan tersebut digunakannya untuk menyeka kedua matanya yang basah.
"Nona, bagaimana kalau kita ke kafe sebelah sana? Anda bisa menghangatkan diri di sana. Dan Anda juga perlu mengganti baju. Agar tidak sakit. Nanti saya carikan baju untuk Anda." Rayga menunjuk sebuah kafe tak jauh dari tempat mereka berdiri.
Medina terdiam tak lantas mengiyakan. Bagaimanapun juga Ray hanya orang asing. Walau lelaki itu telah menolongnya, tapi ia harus tetap waspada. Namun ketika ia menatap maya Ray yang penuh ketulusan, akhirnya ia mengiyakan perkataan Ray.
Rayga membantu Medina berdiri dan berjalan sampai di sebuah kafe yang masih berada di area pantai itu. Setelah mereka duduk, Rayga melambaikan tangan ke arah waitress untuk memesan minuman. Ia memesan kopi susu untuknya dan segelas susu cokelat untuk Medina. Ia berpamitan pada Medina untuk membelikan baju ganti untuk wanita itu. Medina hanya mengiyakan karena tubuhnya basah dan kedinginan.
Tak lama Ray datang dengan dua buah paper bag. "Maaf saya membelinya asal. Semoga muat."
"Terima kasih Tuan."
"Silakan ganti baju dulu, baru nanti gantian saya."
"Tidak apa-apa Tuan. Silakan Anda mengganti baju."
"Tolong jangan keras kepala di waktu yang seperti ini," ucap Ray kesal.
"Baiklah Tuan. Terima kasih bajunya. Nanti uang anda akan saya ganti Tuan."
"Iya, terserah Anda Nona."
Medina menuju toilet dan mengganti bajunya. Sementara Ray duduk menunggu pesanan datang. Tak lama pesanan datang dan Medina juga sudah kembali. Kini Ray yang pergi ke toilet dan mengganti bajunya. Medina menunggu dalam diam.
"Kenalkan saya Rayga. Anda bisa panggil saya Ray." Ray yang sudah kembali dari toilet mengulurkan tangan.
"Saya Medina." Medina menyambut tangan Ray.
"Silakan diminum! Kenapa? Anda menunggu saya?" Medina mengangguk.
"Maaf Nona Medina, saya bukannya mau ikut campur atau sok tahu. Tapi saya penasaran kenapa Anda melakukan ini? Mungkin Anda bisa bercerita kepada saya sehingga saya bisa memberikan solusi atau membantu Anda mungkin," kata Ray dengan tulus.
Medina tersenyum hambar. Ia terdiam sebentar merangkai kata-kata. Kemudian ia menceritakan semua kisahnya. Entah mengapa ia begitu percaya pada laki-laki dihadapannya itu.
"Saya adalah seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran di Harvard University semester empat. Saya anak sulung dari dua bersaudara. Adik saya masih bersekolah SMA. Ayah saya sudah meninggal lima tahun yang lalu karena sakit keras. Jadi tinggalah bunda seorang yang mengasuh kami berdua. Saya bisa kuliah karena mendapat beasiswa. Bunda semula tak memberi izin. Tapi saya tak gentar membujuk beliau, karena saya berpikir kesempatan yang baik tak akan datang dua kali. Akhirnya beliau mengalah dan mengizinkan, asal saya menjaga diri dan dilarang pacaran selama di Amerika. Namun saya melanggar larangan bunda. Saya mempunyai seorang kekasih, orang Indonesia yang juga kuliah disana. Kami sudah satu setengah tahun lebih berpacaran. Awalnya dia bersikap biasa saja dan sangat baik terhadap saya. Saya sangat menyayanginya. Dia sangat baik dan menyayangi saya juga. Namun ternyata dia tega menghancurkan hidup saya dengan memperkosa saya. Dan sekarang setelah saya hamil, dia tidak mau bertanggungjawab. Saya bingung harus bilang apa sama bunda saya. Saya terlalu takut. Saya ragu mau pulang atau tidak." Medina bercerita sambil menangis.
Rayga merasa iba terhadap gadis itu ia menepuk-nepuk kecil punggung tangan gadis itu. Ia setulus hati bersimpati pada wanita yang duduk di hadapannya itu.
"Saya tahu ini pasti sangat berat bagi Anda, tapi Anda harus kuat. Pulanglah, sebesar apapun kemarahan orang tua. Pintu maaf dari mereka untuk kita tidak akan pernah tertutup." Rayga mencoba menghibur gadis malang itu.
Sungguh Ray tak mengerti kenapa dirinya sangat peduli dengan wanita asing yang belum genap sehari ia kenal. Pikiran Ray berkecamuk, ia berpikir keras bagaimana ia dapat membantu wanita itu. Tiba-tiba terbersit ide gila dalam pikirannya untuk membantu wanita ini.
"Nona Medina, saya tahu kita baru saja saling kenal. Tapi kalau anda tidak keberatan maka saya akan coba membantu Anda, bagaimana?" Rayga menggenggam erat tangan gadis itu, menyalurkan sedikit rasa hangat di hati Medina.
"Ma-maksud anda apa Tuan?" Medina mengernyit kebingungan mendengar ucapan laki-laki yang baru dikenalnya itu.
"Bagaimana kalau saya pura-pura menjadi suami anda? Kita bisa bilang kalau kita sudah menikah di sini. Saya tahu anda pasti heran, kenapa saya orang asing ini mau membantu anda. Saya juga tidak tahu kenapa saya ingin sekali membantu anda.Tapi sumpah niat saya tulus tanpa pamrih Nona. Mari kita pulang ke Indonesia bersama-sama." Rayga tanpa ragu menyampaikan ide gilanya itu. Tak ada niat buruk sedikitpun. Ia hanya ingin membantu, karena tak tega melihat penderitaan gadis itu.
"Tapi bagaimana saya bisa membalas budi baik Anda Tuan? Saya tak punya apa pun yang bisa diberikan untuk membalas kebaikan Anda." Medina berkaca-kaca memandang laki-laki tampan yang ada didepannya.
"Saya tulus Medina. Saya akan bantu kamu. Mulai sekarang jangan panggil saya Tuan lagi. Panggil saja saya Mas Ray. Saya juga panggil kamu Medina, bagaimana apa kamu setuju?" Rayga meyakinkan gadis itu.
"Tapi saya rasa ide ini sangat tidak masuk akal. Saya dan Anda? Saya rasa saya hanya akan merepotkan Anda saja." Medina mencoba menolak karena tak ingin menyusahkan siapa pun, apalagi dia hanya orang asing.
"Medina, kita hanya akan berpura-pura sebagai suami istri. Saya janji tak akan menyentuh kamu atau bersikap kurang ajar selama kita bersama." Rayga membujuk Medina kembali. Sungguh situasi yang terbalik. Laki-laki ini malah memaksa untuk membantu, seharusnya yang memohon untuk dibantu adalah Medina.
"Baiklah, saya terima tawaran Mas Ray. Tapi Mas Ray sendiri yang ingin membantu saya ya? Saya tidak pernah memaksa Mas Ray untuk membantu. Saya juga tak akan menahan anda untuk berhenti nanti.Saat Mas Ray ingin pergi dari kehidupan saya suatu saat nanti." Medina sedikit tak enak hati merepotkan orang lain.
"Deal." Rayga langsung mengulurkan tanganya seakan tak mendengar perkataan Medina.
"Deal, terimakasih Mas Ray." Medina menyambut uluran tangan Rayga.
"Em, kamu tinggal di asrama kampus kan? Baiklah besok saya akan menjemputmu dan kita pulang ke Indonesia bersama-sama."
"Baik Tuan." Ada kelegaan dalam hati Medina ketika mendapatkan bantuan dari Ray. Masalah nanti biarlah dia pikirkan sendiri.
"Dia berwajah tampan dan baik hati, sungguh sempurna," batin Medina tak henti menatap Ray.
"Huh, apa yang sebenarnya kupikirkan? Sadarlah Medina," ucap gadis itu seraya memukul keningnya.
Medina menggelengkan kepalanya karena tiba-tiba terpesona pada pria itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
Nova Que
visual nya thor
2020-07-16
2
Sani Maulani
Rayga namanya bagus
2020-07-14
2
Gus Rianto
lanjuttt
2020-07-14
0