Tergoda Cinta Mantan
Pagi itu Maura sudah berkutat di pasar , ia bermaksud membeli kebutuhan mingguan dapurnya.
Hari itu Maura pergi sendiri tanpa ditemani Rido, suaminya. Rido harus pergi pagi-pagi karena ada urusan penting di kantor tempat kerjanya.
Dengan menenteng keresek berisi belanjaan, Maura tampak keluar dari kerumunan para pembeli di pasar itu.
Kepala tengok kanan kiri, Maura sedang mencari tukang ojeg untuk mengantarnya pulang. Maura pun harus pulang cepat karena si bungsu Nara, harus pergi ke sekolah.
Sedang berjalan di pinggir jalan, tiba-tiba sebuah Fortuner hitam nyelonong kearahnya. Dengan refleks Maura menghindar, "Aduh..., hai hati-hati dong, ada orang di sini!", teriak Maura dengan nada penuh kekesalan.
"Maaf-maaf..., Nyonya..., ada anak kucing tiba-tiba berlari", teriak si pengemudi sesaat setelah menepikan mobilnya. Dan ia pun turun menghampiri Maura yang sedang memunguti beberapa sayuran yang terjatuh karena keresek yang dibawa Maura terjatuh saat Maura menghindar tadi.
Saat pria itu ikut memunguti sayuran, kepala mereka pun tak sengaja berbenturan.
"Aduh...", ucap Maura sambil memegangi kepalanya.
"Oh...maaf..., Maura....?, ini benar Maura kan?", ucap pria itu.
Maura pun tersentak mendengar namanya di sebut, itu suara yang sudah tidak asing ditelinganya, suara itu yang selalu membuat debaran aneh dalam hatinya.
Perlahan Maura mengangkat kepala, ia sungguh penasaran dengan si pemilik suara itu.
Untuk beberapa saat Maura mematung, ia menatap sosok gagah yang kini berjongkok dihadapannya.
Bibirnya seketika kelu, matanya masih bisa mengenali sosok itu, namun bibirnya terasa berat untuk berucap.
"Aku Bagas, Maura..., Bagaskara...", ucap pria penuh penekanan saat menyebutkan namanya.
"Mas...Mas Bagas...?", ucap Maura dengan suara bergetar, matanya menatap tajam ke arah pria di depannya.
"Iya, aku Bagas..., Bagaskara kekasihmu dulu", kekeh Bagas.
"Mas Bagas?, bagaimana kabarnya Mas, lama sekali tidak bertemu", ucap Maura dengan tersenyum.
"Sebaiknya kita ngobrolnya di sana, ini jalan, banyak orang lalu lalang", ajak Bagas, ia yang semula jongkok , berdiri diikuti Maura.
"Kita ngobrol dulu di sana, sambil sarapan", ajak Bagas, ia menunjuk ke arah kedai yang menjual aneka menu sarapan. Di sana ada bubur ayam, kupat tahu, dan lontong kari.
"Aduh..., maaf Mas, bukannya aku menolak, tapi aku harus segera pulang, anakku mau sekolah, tidak ada yang mengantar", ucap Maura, ia menolak dengan halus.
"Oh..., sayang sekali, padahal aku ingin ngobrol, rasanya kangen", kekeh Bagas lagi, ia tidak henti-hentinya tersenyum saat menatap Maura.
"Degh...", getaran itu kembali menyapa relung hati Maura, entah kenapa, pesona tampan Bagaskara kembali membangkitkan kenangan saat mereka pacaran dulu. Maura menunduk menyembunyikan rona merah di wajahnya.
"Ternyata kamu masih tetap seperti dulu Maura", ucap Bagas lagi.
"Euh..., sudah Mas, saya harus segera pulang, takut terlambat mengantar anak ke sekolah", ucap Maura sambil tetap menunduk.
"Ya, sudah kalau begitu, saya antar pulang sekalian, rumah kamu ke arah mana?", ajak Bagas penuh semangat.
"Tapi Mas...", Maura hendak menolak, tapi bingung harus bicara apa lagi.
"Sudah, jangan kebanyakan mikir, ini kesempatan kita bertemu, ayolah!", ajak Bagas lagi, ia berjalan menuju mobil sambil menyambar belanjaan dari tangan Maura.
Maura pun akhirnya tidak bisa menolak, ia berjalan mengikuti Bagas.
"Rumahmu ke arah sana kan?", tanyai Bagas begitu mereka sudah berada di dalam mobil.
"Euh..., iya", jawab Maura singkat.
Ia melihat Bagas sudah banyak berubah, dulu saat dirinya kuliah, Bagas masih menganggur, hal itulah yang membuat orang tua Maura melarang dirinya terus berhubungan dengan Bagas.
Hingga akhirnya mereka berpisah, karena Maura harus kuliah dan dipaksa tinggal bersama kakaknya di kota.
Sejak itulah mereka lost kontak, dan baru hari ini bertemu kembali.
"Kamu...", ucap Bagas dan Maura hampir bersamaan.
"Ladies first", ucap Bagas sambil tetap tersenyum dan melirik sekilas ke arah Maura.
"Mas aja duluan...", imbuh Maura lagi.
"Nggak..., kamu duluan, ayo mau ngomong apa?", imbuh Bagas lagi.
"Eum..., ya sudah, aku yang ngomong duluan", ucap Maura sambil tersenyum.
"Tetap tersenyum Maura", ucap Bagas tiba-tiba.
"Tersenyum???, kenapa???", Maura menatap penasaran.
Bagas menepikan mobilnya , lalu ia kembali menatap ke arah Maura.
"Aku selalu merindukan senyummu itu Maura, lesung pipitmu itu yang selalu aku rindukan", ucap Bagas lagi.
"Mas..., ingat..., kita sudah berkeluarga, Mas ada istri, dan aku sudah ada suami, ini salah, tidak seharusnya kita menggali kembali kenangan di masa lalu, itu semua sudah usai", ucap Maura.
"Hah..., bagi kamu mungkin iya, tapi bagi aku tidak Maura, aku masih menyimpan rasa itu sampai saat ini, aku selalu mencintaimu sampai sekarang", aku Bagas.
"Apa...?..., tapi Mas itu sudah mau dua puluh tahun berlalu", Maura tampak kaget dengan pengakuan Bagaskara.
"Dua puluh lima tahun Maura, dan rasa cinta itu masih ada hingga sekarang, aku bahagia sekali bisa bertemu kamu lagi", Bagas menatap Maura.
"Mas..., kita sudah berbeda, itu sudah mustahil terulang lagi",
"Aku tahu itu Maura, dan itu yang selalu menyiksa perasaan aku selama ini",
"Tapi Mas mencintai istri Mas kan?", tanyai Maura lagi.
"Ya..., gimana lagi, kalau sudah resmi, jalani saja, walau sebenarnya hanya kamu yang selalu ada dibenak aku", aku Bagas lagi.
"Sudah Mas..., jangan buat aku terbuai",
"Terbuai...?, kalau begitu..., Mas juga yakin Maura, dihati kamu masih ada aku kan?", tatap Bagas lagi, ia kini bahkan hendak meraih tangan Maura. Namun Maura menghindar.
"Kenapa Maura...?, jawab dengan jujur", ucap Bagas sambil kembali melajukan mobilnya.
"Itu sudah usai Mas, dihadapan kita sudah ada keluarga, ada suami , ada anak, malu, sudah bukan waktunya lagi",
"Anak-anak sudah besar, masa depan mereka masih panjang, jangan sampai kita merusaknya, hanya untuk mewujudkan cinta kita di masa lalu",
"Cinta itu buta Maura, cinta tidak melihat usia dan waktu, kalau masih bisa, kita ulang lagi saja",
"Hus..., bicara apa lagi Mas, akan banyak orang yang ajan tersakiti nanti, aku tidak mau itu terjadi",
"Ya..., kita jalaninya diam-diam dong, jangan sampai keluarga kita tahu, cukup kita berdua saja yang tahu, bagaimana?",
Maura terdiam, ia seakan mati kutu , pengakuan Bagas tadi jujur saja membuat hatinya goyah, karena Maura pun sama, ia masih menyimpan rasa cinta kepada Bagas.
"Diam berarti setuju kan?", todong Bagas.
"Ih...apaan sih Mas..., tidak semudah itu, akan ada banyak halangan dan rintangan di depan nanti",
"Kita lalui semua itu bersama, yang penting, jangan sampai suami dan istri kita tahu, please Yang", ucap Bagas setengah memaksa.
"Stop di depan Mas, sudah sampai, rumahku di belakang garasi ini", ucap Maura.
"Aku minta nomer kamu",
"Nanti saja Mas, aku buru-buru, kalau masih ada kesempatan buat kita, pasti kita dipertemukan lagi nanti, terima kasih tumpangannya", Maura pun segera turun.
"Ya sudah, hati-hati ya...", ucap Bagas dengan nada kecewa.
Maura segera berjalan menuju rumahnya, dan saat mau belok, Maura sempatkan untuk menengok ke belakang, dan ternyata mobil Bagas masih stay di ujung gang, dan ia pun melambaikan tangannya sebelum kembali melajukan mobilnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Ejaa 💤
Seru Thor ceritanya, jika berkenan jangan lupa mampir di 'APAKAH CINTA SEJATI?" 🙏🏻🙏🏻
2025-03-24
0