Ada Kendala

Banyak orang lalu lalang di hadapan Bagas dan Maura, untung saja tidak ada seorang pun yang Maura kenal di sana. Maklum saja, Maura dan suaminya juga belum enam bulan pindah ke kota itu.

Mereka semua mengira kalau Bagas dan Maura itu pasangan suami istri, apalagi keberadaan Gaga dan Tiara lebih meyakinkan mereka.

Bagas dan Maura tampak seperti pasangan muda yang sedang mengajak anak-anaknya jalan-jalan.

"Mas..., sudah siang, kita pulang saja, aku belum menyiapkan makanan untuk suamiku nanti", ucap Maura, ia melirik ke arah jam tangannya.

"Nanti dulu, sebentar lagi, lihat!, anak-anak masih tampak senang, kasihan kalau di ajak pulang sekarang", tolak Rangga,

"Tapi Mas, ini akan memicu keributan di rumah nantinya", ucap Maura tampak khawatir.

"Tenang Sayang, kamu bersikap biasa saja, nanti aku akan selalu ada di belakangmu, kalau suamimu macam-macam", ucap Gaga sambil tersenyum.

"Hah..., kamu itu Mas selalu keukeuh", Maura menarik nafas panjang untuk melepaskan semua beban didadanya.

"Sebentar lagi ya, tunggu anak-anak, kasihan, Gaga pasti merajuk hebat kalau diajak pulang sekarang", ucap Bagas lagi

"Tunggu sebentar, jagain anak-anak!", Bagas tampak bergegas menuju suatu tempat . Maura menatap kepergiannya dengan hati bergetar.

Sungguh , semua ucapan Bagas kembali menggetarkan hatinya, membangkitkan kembali semua rasa yang pernah memenuhi seluruh relung hatinya dulu.

Namun Maura pun seketika menunduk, ingatannya berkelana pada keluarganya, anak dan suaminya, ayah dan ibunya, kakaknya, juga keluarga besar suaminya.

Bagaimana perasaan mereka semua jika dirinya sampai kembali jatuh ke pelukan cinta pertamanya.

Mereka pasti akan sangat kecewa dan pasti juga akan menjauhi dan bahkan meninggalkan dirinya. Semua teman dan tetangganya pun akan mencap dirinya sebagai pelakor.

"Astaghfirullah..., Ya Robb..., tolong aku", lirih Maura, ia menutupkan kedua telapak tangannya ke wajahnya yang menunduk.

Ada suatu perang batin dalam hatinya, setan pun ikut-ikutan, membisikkan hal-hal manis dan indah kepada Maura jika dirinya memilih mengikuti ajakan Bagas.

Hal itu membuat pikirannya kacau.

"Sayang..., kamu sakit?", suara Bagas kembali mengagetkan dirinya. Maura pun mengangkat kepalanya dan ia mendapati Bagas sudah berjongkok dihadapannya dengan tatapan khawatir.

"Mas..., jangan panggil sayang terus, anak -anak akan bingung jika mendengarnya", Maura membalas tatapan Bagas.

Tatapan mereka pun terkunci, untuk beberapa lama mereka saling pandang, tatapan itu makin membangkitkan rasa diantara mereka.

"Mah..., Pah...", suara Gaga dan Tiara mengagetkan mereka berdua. Maura dan Bagas pun bergegas mengalihkan perhatian mereka. Bagas pun menghampiri Gaga

"Sudah selesai sayang mainnya?",

"Papa dan Tante ngapain ?", celetuk Gaga penuh curiga.

"Itu tadi Tante pusing katanya sayang, makanya Papa menghampirinya, takutnya Tante pingsan ", alasan Bagas.

"Mama sakit?, kita pulang saja", ucap Tiara lagi, ia segera mendekati Mamanya.

"Pusing sedikit kok Tiara, Mama masih bisa berjalan sepertinya", ucap Maura , ia tersenyum agar Tiara tidak khawatir.

"Iya Pa..., tapi jangan dekat-dekat sama Tante, nanti Mami bisa marah", ucap Gaga tiba-tiba.

"Glekk....", Maura menelan ludahnya, belum apa-apa Gaga sudah bicara begitu, apa lagi kalau sampai kejadian dirinya menerima ajakan Bagas untuk menjalani hubungan diam-diam.

Maura sekilas melirik ke arah Bagas yang tampak nyengir sambil garuk-garuk kepala.

"Ya sudah kita pulang saja, biar Tante bisa cepat istirahat di rumahnya", ajak Bagas akhirnya.

"Oh iya, ini hampir lupa, Papa beli ini buat Gaga dua, buat Tiara dua", ucap Bagas sambil membagi Tiara dan Gaga masing-masing satu kresek cukup besar.

Di dalamnya tampak dua dus bertumpuk.

"Terima kasih Om, ini apa?", ucap Tiara memandangi kresek ditangannya.

"Itu ayam bakar cantik, biar Mamamu tidak harus memasak lagi, sampai rumah, makan, langsung istirahat biar tidak pusing ya Maura" , ucap Bagas, ia mengedipkan sebelah matanya saat menatap Maura.

"Oh iya Mas, terima kasih",

"Ayo kita pulang!", ajak Bagas. Ia menuntun lengan Gaga, diikuti Maura dan Tiara menuju parkiran.

Aneh, kini Gaga langsung membuka pintu depan dan duduk di samping kemudi. Ia tidak lagi duduk di kursi belakang.

Hal itu membuat hati Bagas sedikit kecewa, ia kira Maura masih bisa duduk disampingnya.

Maura dan Tiara kini duduk di jok belakang.

"Tumben..., di sini lagi samping Papa duduknya", senyum Bagas.

"Iya, mau jagain Papa, nanti Papa di curi Tante", ucap Gaga polos.

"Degh...", kini hati Maura yang terasa dilempar batu oleh Gaga.

Mengena sekali ucapan Gaga barusan. "Eit...bicara apa kamu sayang, ayo minta maaf ke Tante Maura", Bagas melirik ke arah Maura, ia takut Maura tersinggung oleh ucapan anaknya.

"Tidak apa Mas..., itu ucapan spontan seorang anak yang menyayangi keluarganya", ucap Maura dengan tersenyum getir.

Anak mana yang mau melihat miliknya menjadi milik orang lain, jangankan sosok Papa, makanan yang mau ia makan pun kadang enggan untuk membaginya pada teman.

"Papa itu hanya untuk aku dan Mami", tegas Gaga lagi spontan.

"Iya sayang, Papa memang hanya untuk kamu dan Mama, kalau Tiara kan sudah punya ayah, suami Tante Maura", jelaskan Bagas.

"Hore... , Papa hanya untuk aku, Papa hanya untuk Mami", celoteh Gaga , kini ia tampak ceria.

"Pokoknya Gaga akan membenci Papa kalau sampe punya Mami baru" , kembali Gaga berceloteh.

Kembali, Bagas melirik ke arah Maura yang kebetulan sedang menatap ke arahnya.

Mungkin ucapan Gaga tadi merupakan letupan emosi spontannya sebagai anak-anak, tetapi itu cukup mengganggu batin Maura , apalagi Bagas.

Mobil sudah melaju perlahan, Bagas tampak tidak fokus mengemudi, mungkin ia terpengaruh oleh ucapan anaknya tadi. Itu akan menjadi halangan terbesarnya untuk mendapatkan Maura kembali.

"Stop di depan saja Mas", ucap Maura.

"Lho..., kan masih di depan sana rumahmu, kalau turun di sini, berarti harus jalan kaki lagi ", Bagas menimpali.

"Iya, aku mau ke warung dulu, ada yang harus di beli",

"Aku antar sampai rumah saja, ayo mau beli apa, aku juga mau beli rokok, tadi lupa", ucap Bagas lagi, ia tidak menghentikan laju mobilnya di tempat yang di tunjuk oleh Maura.

"Nah di sini saja, aku juga mau beli rokok dulu", Bagas langsung keluar dari mobilnya.

Maura pun tidak bisa menolak, apalagi memang toko itu tepat berada di samping gang yang menuju rumahnya.

"Ayo Tiara kita sudah sampai", Maura menuntun Tiara turun. Hanya Gaga yang tetap di dalam mobil, ia tampak mengantuk.

Bagas sudah berada di dalam toko dan memesan rokok kesukaannya. "Kamu mau beli apa?", tatap Bagas kepada Maura.

"Oh nggak jadi Mas, aku lupa, sepertinya masih ada",

"Ayolah jangan sungkan, sekalian", tawari Bagas lagi.

"Bu, kembaliannya berikan pada ibu ini saja, saya buru-buru", ucap Bagas lagi, ia langsung menuju mobilnya setelah pamitan terlebih dahulu kepada Maura.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!