"Kamu masih tetap seperti dulu Maura, cantik, tubuhmu pun tetap langsing", puji Bagas yang sedari tadi menatap Maura.
"Ternyata anak kita sekolah di tempat yang sama, akan ada banyak kesempatan untuk kita bertemu, atau mungkin inilah yang di sebut takdir, kita tidak berjodoh waktu dulu, tapi kita berjodohnya sekarang", gumam Bagas lagi sambil terus saja tersenyum.
"Aku tidak akan menyia-nyiakanmu lagi Maura, ini kesempatan aku untuk bisa bersamamu lagi, walau harus bertaruh nyawa, karena mencintai milik orang itu taruhannya nyawa, aku akan lakukan itu sayang", imbuh Bagas lagi.
Rasa cinta yang selama hampir dua puluh lima tahun ini ia pendam untuk Maura, seakan kembali membuncah.
"Kali ini aku harus mendapatkanmu Maura, aku tersiksa dengan memendam rasa ini, lama sekali, namun rasa itu masih tetap sama, dihadapan aku memang sudah Riana, istriku. Tapi, dia hanya sebatas pelampiasan saja, saat aku bersamanya, hanya kamu yang selalu ada dibenakku", ucap Bagas lagi.
Rupanya Bagas benar-benar bertekad untuk menuntaskan semua rasa cinta terpendamnya kepada Maura, ia tidak peduli dengan statusnya dan status Maura saat ini.
"Tidak apa sayang, aku akan menjadikanmu ratu di hatiku lagi", senyum Bagas.
Bagas pun menyempatkan mengambil foto Maura beberapa kali dengan ponsel pintarnya, dan itu ia lakukan secara diam-diam di balik kaca mobilnya.
"Aneh ya, dulu aku tidak punya satu pun fotomu, namun wajahmu selalu terpampang dalam ingatanku", kembali Bagas menyunggingkan senyuman sambil menatap foto Maura dari layar ponselnya.
"Sepertinya suamimu sibuk ya, kamu pergi ke pasar sendiri, dan kini mengantar sekolah pun sendiri, tapi baguslah , jadi aku bisa leluasa mendekatimu", Bagas terus saja bicara sambil matanya tak lepas dari sosok Maura, cinta sejatinya, mantan terindahnya.
Tak terasa waktu berlalu cepat, terlihat para murid kelas satu mulai ada yang keluar kelas. Namun Bagas tetap di mobilnya, ia membiarkan para ibu yang menjemput anaknya bubar dulu.
Namun tetap, perhatiannya tidak lepas dari sosok Maura yang terlihat ikut berbaur dengan ibu-ibu lainnya.
Sempat terlihat seorang ibu mengajak Maura dan anaknya ikut, namun tampak Maura menolaknya, karena ia sedang menunggu anaknya jajan.
Jelas hal itu hampir membuat hati Bagas deg-degan, bisa batal rencanya jika Maura mengiyakan ajakan ibu teman anaknya itu.
Suasana sudah agak lengang, sengaja Bagas menyuruh anaknya untuk tidak keluar dari sekolah sebelum dirinya menjemput.
Maura pun melihat itu, anak yang tadi pagi duduk di kursi Tiara masih duduk di kursi tunggu di samping kelasnya.
"Tiara..., kasihan temanmu itu, siapa namanya?", tanyai Maura sesaat setelah Tiara selesai jajan.
"Oh..., itu teman baru aku Mah, Gaga namanya", ucap Tiara sambil menyuapkan jasuke kesukaannya.
"Kok masih di sana, apa tidak ada yang menjemput?", tanyai Maura lagi.
"Ya...nggak tahu lah, Tiara kan belum kenal dia Mah", ucap Tiara ringan, ia anteng saja menikmati makanannya.
"Tunggu sebentar, kita temani dia dulu sampai yang menjemputnya datang ya, kasihan, dia kan baru disini, pasti belum kenal daerah ini juga", Maura membimbing Tiara untuk kembali masuk dan menghampiri Gaga.
"Assalamu'alaikum sholeh, masih menunggu ya?, siapa yang mau menjemput?", sapa Maura lembut begitu sudah berada dihadapan Gaga.
"Wa'alaikumsalam...", jawabnya dengan suara pelan dan patah-patah. Tampaknya Gaga masih mengenali Maura, ibu yang tadi pagi menegurnya saat duduk di kursi anaknya.
Gaga hanya diam, ia tampak sedikit resah, entah takut, malu, atau bingung.
"Tenang sholeh, tidak apa-apa ibu temani dulu sampai yang menjemputmu datang ya, namamu Gaga Kan?", ucap Maura lagi.
Kini Gaga hanya mengangguk perlahan. "Oh iya, ini ada jus mangga, tadi ibu beli dua, boleh kamu minum", Maura menyodorkan jus kepada Gaga.
"Ini sholeh, tidak apa-apa, ambil saja", ulangi Maura.
Akhirnya Gaga mau juga menerima jus pemberian Maura dan mulai meminumnya.
"Terima kasih Bu", ucapnya lagi.
"Iya, sama-sama anak pintar", Maura tersenyum melihat Gaga. Hatinya entah kenapa langsung respect terhadap anak itu.
Wajahnya yang tampan, membuat Maura gemas.
'Benar kata Bu Anggi tadi, anak ini anak orang berada, penampilannya rapi, tubuhnya tampak terawat, kulitnya putih', Maura membatin.
'Mata anak ini mengingatku pada...', belum selesai Maura membatin, sebuah suara yang juga sudah tidak asing mengagetkannya dari arah samping.
"Sayang...",
"Mas Bagas...?", Maura menyebut nama itu dengan suara bergetar, walau ia tahu panggilan itu ditujukan pada Gaga, tapi panggilan itu seakan ditujukan pada dirinya juga.
Dulu panggilan itu sering sekali terucap dari mulut Bagas untuk dirinya.
Dengan senyuman manisnya Bagas pun mengangguk.
"Jadi..., jadi...Gaga ini anaknya Mas?", tanyai Maura.
"Iya..., dan ini anak kamu Maura?", Bagas balik bertanya.
"Iya Mas, ini Tiara, anak bungsu aku", Maura memperkenalkan Tiara.
"Ayo salim sayang, ini teman Mamah sekolah dulu", ucap Maura.
Dengan segera Tiara pun bersalaman dengan Bagas.
"Oh...ini teman sekolah Mamah, dan kini aku dan anaknya Om juga satu sekolah, satu kelas lagi", celoteh Tiara.
Ucapan Tiara ampuh membuat Maura dan Bagas tertawa spontan.
"Iya..., benar itu, ini bukan suatu kebetulan kayaknya, tapi ini sudah takdir, kalau kita harus tetap bersama, Maura", ucap Bagas to the point.
Maura menunduk mendengar ucapan Bagas barusan. Hatinya seketika ketar ketir, kalau setiap hari ia harus bertemu dengan Bagas, tidak menutup kemungkinan rasa yang dulu ada bisa kembali berbunga mekar.
"Lho..., kok malah sedih begitu, harusnya bahagia sayang, kita bisa kembali seperti dulu", kini tanpa ragu Bagas berbisik di telinga Maura.
"Mas..., ada anak-anak nih...", Maura melebarkan kelopak matanya sambil bicara perlahan.
"Mereka masih kecil Maura, mana ngerti, tenang saja, ayo kita pulang!", ajak Bagas lagi.
"Oh...iya, ini sudah siang, kita juga pulang nak", Maura melirik ke arah Tiara yang sedang membuang tempat jasuke yang sudah kisong ke tempat sampah.
Begitu juga Gaga, ia pun membuang gelas jus pemberian Maura yang sudah habis ia minum.
"Kamu ikut mobil aku saja Maura", ajak Bagas lagi.
"Euh..., tidak usah Mas, rumah kita dekat kok", tolak Maura.
"Dekat sih dekat, kasihan anakmu, ini panas lho", paksa Bagas lagi.
"Ayo, jangan kebanyakan mikir, ikut saja!", kembali Bagas mengajak.
"Iya Mah, ikut Om saja, aku cape kalau harus jalan kaki panas-panas begini", celetuk Tiara.
"Tuh kan, anak pintar, ayo ikut Om saja", tanpa menunggu persetujuan Maura, Bagas langsung meraih tangan Gaga dan Tiara untuk menaiki mobilnya.
Melihat itu, Maura pun tidak punya pilihan selain ikut. Ia berjalan lemas dibelakang Maura.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
kalea rizuky
jangan main api maura
2025-02-12
0