Dear Nina

Dear Nina

Berita Duka

Langit terlihat mendung, angin berhembus menerpa tubuh gadis yang duduk dipinggir pusara sang ayah. Airmata nya tak henti-henti menetes membasahi pipinya. Ia hanya diam membisu tak menjawab pertanyaan siapapun. Pria yang mengenakan kacamata hitam tak jauh dari tempatnya duduk hanya bisa melihat dari jarak yang tidak terlalu jauh itu.

Dia tidak sendiri melainkan banyak orang yang datang gurung berkabung atas kepergian Sang Ayah. Mereka berbelasungkawa atas apa yang telah terjadi. Sang Ibu terus mengelus bahu putrinya dengan lembut.

"Nina ayo kita pulang Nak.." ucap Sang ibu.

"Ibu duluan aja ya, Nina masih mau disini." ucap Nina lirih. Satu persatu orang mulai pergi dari tempat pemakaman itu. Daniel, Liam, Kanaya dan Dini juga hadir berbelasungkawa pada keluarga Nina. Daniel menepuk pundak sahabatnya dan pergi dari sana, sementara itu dirinya hanya diam menatap gadis kecil menatap pusara ayahnya.

Cukup lama mereka berdua ditempat yang sama, tak ada yang beranjak sedikitpun. Namun kemudian ia memberanikan diri untuk mendekati Nina. Ia menghembuskan nafasnya panjang dan menepuk bahu Nina. Gadis itu mendongak menatapnya dan seketika wajahnya berubah menjadi marah.

"Ngapain disini?" begitulah tanya nya dengan nada yang super duper ketus.

"Saya turut berdukacita de–"

"Nggak perlu, pergi dari sini!!" Oh ayolah apa gadis ini masih menyalahkan dirinya? Ia tak tahu harus bagaimana jika seperti ini.

"Nina dengarkan saya–"

"Apa om belum puas? Kalau saja waktu itu ayah nggak kecelakaan karena Om serempet mungkin Ayah masih hidup Om!" Kini suara Nina begitu lirih menatap Bara. Pria yang sejak tadi diam ditempat nya adalah Bara.

"Kamu menyalahkan saya atas kematian ayahmu?" tanya Bara seolah tak percaya dengan pikiran gadis didepannya itu.

"Terus salah siapa? Karena memang Om yang Serempet Ayah!" ucapnya marah. Rasanya Bara ingin menghilang saat ini juga, sikap Nina masih terlalu kekanak-kanakan apakah dirinya bisa menepati ucapannya saat berbicara dengan Kedua orang Tua Nina sebelumnya.

"Ayo pulang sekarang."

"Nggak mau. Pulang aja sana, Aku bisa pulang sendiri." ucapnya tegas. Bara menghembuskan nafasnya gusar, ia mencoba untuk bersabar menghadapi Nina.

"Jangan ikutin aku. Pergi sana!"

"Nina ingat kamu itu istri saya!" Langkah Nina terhenti, Bara menghembuskan nafasnya kasar. Ia tak tahu bagaimana caranya menghadapi gadis ini. Bukan karena apa? Mereka kenal hanya sekedarnya saja. Bara hanya tahu Nina adalah karyawan Keira dan Nina tahu Bara karena sahabat bosnya. Kenapa mereka jadi serumit ini? Kejadian itu membuat Bara masuk dalam keluarga Nina yang jujur saja dirinya tak terlalu tahu.

Ia ingat betul bagaimana permintaan Ayah Nina saat dirumah sakit. Ayahnya ingin menikahkan Nina dengan orang yang tepat, Jujur saja dirinya tak ingin masuk kedalam urusan yang diluar keluarga nya itu. Nina memiliki kekasih dan Nina diminta untuk memanggil kekasihnya. Bara menawarkan untuk memanggil penghulunya agar keinginan Ayah Nina terkabulkan. Nina memohon pada Romi kekasihnya untuk datang kerumah sakit, karena memang Romi sudah lama berpacaran dengan Nina. Keluarga juga sudah tahu semua tentang Romi jadi apa salahnya untuk diluruskan tujuan dan maksud itu.

Sebenarnya juga Bara hanya ingin bertanggung jawab soal kesalahannya saat menyerempet Ayah Nina. Hanya itu, semua biaya rumah sakit dan pengobatan dirinya yang urus. Namun saat dirinya berkunjung keadaan Ayah Nina memang tak stabil. Diawal Dokter juga mengatakan bahwa Ayah Nina memiliki penyakit jantung. Mendengar jawaban Romi yang tak mau menikahi Nina dengan alasan Nina adalah gadis miskin. Dan Selama ini Romi hanya menganggap Nina mainan disaat itulah Ayah Nina tersulut emosi, keadaan nya semakin memburuk. Sementara Penghulu sudah datang dengan membawa berkasnya.

"Ayah cuma mau lihat kamu bersama orang yang tepat Nak, Ayah nggak mau kamu dapet orang nggak baik seperti Romi. Maafin ayah ya."

"Nak Bara... Tolong jaga Nina ya, Saya sangat malu sekali dengan jawaban Romi. Bahkan saya sempat terfikir untuk meminta Nak Bara menikahi putri saya. Tapi dengan Romi saja mendapatkan perlakuan seperti itu, apa lagi Nak Bara. Keluarga kami tidak pantas bersanding dengan Nak Bara."

"Kenapa Anda berbicara seperti itu, Jangan pikirkan hal yang tidak perlu dipikirkan."

"Nina adalah putri satu-satunya di keluarga kami, adik-adik nya masih kecil. Saya hanya ingin putri saya bersama dengan orang yang baik."

"Saya yang akan menikah dengan Nina." Itulah ucapan Bara sebelum menjadi bimbang sendiri seperti ini. Bahkan dirinya berjanji di depan Ibu dan ayah Nina akan menjaga Nina dengan sepenuh hatinya. Bukan hanya didepan orang tua Nina kan? Yang namanya pernikahan itu sakral, Tanpa menyebutkan janji saja dirinya sudah membuat Janji dengan Tuhan. Dan disinilah dirinya, dirumah Nina yang sederhana ini. Masih menggunakan Kayu, meskipun bagian depannya sudah tembok permanen.

"Nak Bara makan dulu Nak..." Bara tersenyum kecil dan mengangguk. Para keluarga berkumpul dirumah Nina tak hanya keluarga saja tapi para tetangga juga berkumpul disana.

"Nina siapin makan suami kamu." ucap Bu Mita, dia adalah ibu Nina. Bara menikahi Nina dirumah sakit, kemarin sore. Dan kondisi ayah Nina semakin memburuk saat malam hari. Ayah Nina berpulang saat jam dua dini hari dan pagi ini dimakamkan.

"Maafin sikap Nina ya Nak... Nina masih terlalu kecil untuk menikah, tapi ayahnya meminta dia menikah." ucap Mita dengan sedih. Tadi Bara memaksa Nina agar pulang bersamanya karena memang dirinya masih belum hafal jalannya.

"Saya ngerti Bu." ucap Bara pelan.

"Maaf ya Nak, makannya sederhana gini. Seadanya dulu ya." ucap Mita lagi tak enak dengan Bara. Lauk makan nya hanya ada sambel tempe dan sayur daun singkong saja.

"Nggak masalah Bu." Bara yang memang lapar pun langsung makan dengan lahap. Sementara para ibu-ibu didapur sedang rewang alias masak-masakan untuk acara tahlil malam nanti. Setelah selesai makan ia ke kamar Nina karena ia mau mandi sekarang, Ia Melihat Nina duduk di kasur yang tipis itu. Kasurnya diletakan diatas lantai yang dialasi karpet.

"Nina.."

"Kenapa?" tanya nya dingin.

"Saya mau mandi."

"Terus kenapa kesini? Ya ke kamar mandilah sana! Mau aku yang mandiin?" Bara kicep mendengar ucapan gadis didepannya itu.

"Saya nggak tau dimana kamar mandinya. Saya juga mau pinjem handuk, saya cuma bawa baju salin satu doang." ucap Bara membuat Nina berdecak. Ia berdiri dan membuka lemari, mengambil handuk berwarna pink dari dalam lemari.

"nih.. Kamar mandinya dibelakang sebelah dapur." Bara hanya mengangguk saja mendengar hal itu, ia langsung pergi dari kamar Nina. Namun belum sampai kedapur Nina menarik tangan Bara.

"Mandi dirumah bude aja." ucap Nina membuat Bara mengernyit.

"Kenapa?"

"Dirumah lagi rame banyak orang masak-masak, yang ada Om dilihatin ibu-ibu lagi emangnya mau?" Bara tak menjawab dan hanya menurut saja dengan ucapan Nina.

Terpopuler

Comments

NNPAPALE🦈🦈🦈🦈

NNPAPALE🦈🦈🦈🦈

waaahhh karya baru ya thor,,, nina bara pisah judul
....

2024-11-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!