(Revisi)Sopir Bajaj Elite Yang Aku Sayang
Di pagi hari, di mana matahari mulai bersinar dengan cerah, seorang wanita berpakaian rapi dengan kemeja putih berlengan pendek dan rok span selutut berwarna hitam tengah berdiri di pinggir jalan mencari kendaraan umum. Sherin melambaikan tangan pada bajaj yang akan lewat. Bajaj itu berhenti tepat di depan sherin.
"Mau kemana Neng?" tanya pria yang tak lain adalah sopir bajaj.
"Ke Jalan Anggrek Indah, Pak," jawab Sherin ketika sudah berada di dalam bajaj sambil memposisikan duduknya dengan nyaman.
"Yeh, jangan panggil saya pak, panggil saya bang, saya ini masih muda loh Neng," kata pria itu sambil mulai melajukan bajajnya.
Sherin menghembuskan nafas kasar. Ia sama sekali tidak peduli dengan ucapan sopir bajaj itu. Sekarang yang ia inginkan adalah segera sampai ke kantor. Ini adalah hari pertamanya bekerja, ia tidak ingin terlambat. Memalukan sekali jika di hari pertama ia bekerja sudah terlambat.
Sungguh disayangkan jalanan di Jakarta sangat macet. Bunyi klakson kendaraan terdengar memekakkan telinga. Sherin mengipaskan tangan pada wajahnya karena merasa panas. Polusi di mana-mana, ditambah lagi dengan suara bajaj yang sekarang dia tumpangi.
"Pak, bisa cepat sedikit gak?" Sherin sudah merasa kesal.
"Neng, panggil saya bang dulu, baru saya bisa cepat," kata pria itu.
Sherin memutar bola matanya. "Heh Bang, jadi orang ngeselin banget sih. Cepat dong, saya hampir terlambat nih," gerutu Sherin.
"Memangnya Neng mau ke mana?" tanya pria itu.
"Ah, kepo banget sih. Saya mau ke kantor Citra Jaya, puas?" jawab Sherin ketus.
"Owh... pemiliknya itu adik kembaran saya loh Neng," kata pria itu dengan tawa terkekeh.
Mendengar ucapan dari pria itu membuat Sherin terkekeh. Bagaimana tidak, seorang sopir bajaj mengaku sebagai kakaknya seorang pemilik perusahaan Citra Jaya. Manalah mungkin seorang adik membiarkan kakaknya menjadi sopir bajaj sedang ia menikmati hidup yang enak menjadi pemilik perusahaan besar.
Jika dilihat dari wajah mungkin ada satu persen kemungkinan karena sopir bajaj itu memiliki wajah yang tampan, bahkan bisa dibilang sangat tampan. Tapi untuk Sherin itu tidaklah mungkin, apalagi sopir bajaj ini memang menyebalkan, sudah pasti ia sedang berbohong.
"Masa? Bang, jangan mimpi deh." Sherin tertawa.
"Eh..memangnya Neng gak lihat nih, saya ganteng begini. Memang saya gak sesukses adik saya itu, makanya saya jadi sopir bajaj. Hmmm, apa Neng gak mau berteman sama orang miskin seperti saya ya?" tanya pria itu dengan wajah yang menyedihkan.
"Kok malah pasang wajah menyedihkan gitu sih Bang? Saya bukan gak mau berteman sama orang miskin, tapi Abang yang ngeselin," jawab Sherin.
Sopir bajaj itu terdiam kemudian tersenyum lagi. Entah mengapa pria itu tidak pernah menghilangkan senyuman dari wajahnya. Mungkinkah ia sedang menarik perhatian Sherin? Mungkin saja itu benar karena Sherin memang memiliki wajah yang cantik. Walaupun tubuhnya tidak tinggi seperti seorang model, tapi ketika ia masih kuliah, banyak temannya yang mengatakan dirinya seperti seorang model.
Tak lama kemudian bajaj itu berhenti di depan gedung kantor Citra Jaya. Sepertinya sopir itu tahu jalan pintas ke Citra Jaya karena mereka bisa memangkas waktu 15 menit dari biasanya. Sherin turun dari bajaj sambil mengeluarkan uang dua puluh ribu dan memberikannya pada tukang bajaj tadi.
"Saya gak punya kembalian Neng, udah gak usah bayar," kata pria itu.
"Tapi Abang lebih membutuhkan uang dari pada saya. Ini, terima," kata Sherin sambil mengulurkan uangnya.
"Gak usah Neng, cukup dengan Neng sebut nama saya aja," kata pria itu.
"Iiih..ini orang memang nyebelin ya!" Sherin berteriak karena kesal.
"Ayo sebut dulu nama saya," perintah pria itu.
Pria itu sangat menyebalkan, bagaimana Sherin bisa menyebutkan namanya, sedangkan pria itu tidak memberitahukan namanya.
"Ya udah, Bang Poyok," kata Sherin sambil berpura-pura tersenyum manis.
"Enak aja nama saya diganti jadi Poyok, jelek banget namanya gak sesuai sama wajah ganteng saya. Jangan-jangan itu nama bapak Eneng ya?" kata pria itu.
"Kurang ajar ya! Pergi sana!" Sherin memukuli pria itu dari jendela bajaj.
"Ampun....Ok saya pergi."
Bajaj itu melesat meninggalkan halaman kantor Citra Jaya dengan cepat. Sherin menutup telinganya karena suara berisik dari bajaj itu. Setelah bajaj dan sopir itu pergi, Sherin menghembuskan nafas lega.
Akhirnya kekesalannya berhenti juga. Ia tidak menyangka hari pertama berangkat kerja sudah dihadapkan dengan sopir bajaj yang aneh itu. Baru kenal saja sudah berani menggarai dirinya. Mungkin karena sopir bajaj itu masih muda dan berwajah tampan sehingga ia dengan percaya diri menggoda Sherin.
Sherin berbalik badan dan memandangi gedung kantor Citra Jaya yang menjulang tinggi. Akhirnya setelah lulus kuliah di Universitas Indonesia ia langsung bisa bekerja. Dan yang lebih memuaskan lagi adalah perusahaan yang menjadi tempatnya bekerja sekarang adalah perusahaan besar seperti Citra Jaya.
Tidak sia-sia ia menempuh pendidikan di Universitas Indonesia. Seperti namanya, Citra Jaya berhasil membangun citra perusahaan sampai terkenal luas di Jakarta. Bahkan ada kabarnya bahwa Citra Jaya sudah bekerja sama dengan beberapa negara.
Sherin menarik nafas dalam, dengan kemantapan hati yang kuat, ia mengikrarkan janji. "Papah, Mamah, aku akan buktikan kalau aku ini juga bisa berguna."
Dengan percaya diri Sherin melangkahkan kaki memasuki gedung kantor. Ia menyapa security yang berjaga di depan pintu masuk utama. Setelah masuk, Sherin menuju ke meja resepsionis.
"Selamat pagi Mbak, ada yang bisa kami bantu?" sapa salah satu wanita yang berdiri menyambut Sherin dengan menggunakan bahasa formal.
"Saya karyawan baru di sini. Sebelumnya saya udah datang ke sini. Jadi saya mau nanya, apa bisa saya ke ruangan HRD?" tanya Sherin dengan senyum yang ramah.
Wanita di hadapannya itu mengecek sesuatu di layar komputernya. Beberapa saat kemudian, wanita itu tersenyum pada Sherin.
"Apakah Anda yang bernama Sherin Fajriana?"
"Iya betul," jawab Sherin.
"Anda sudah terdaftar sebagai karyawan di sini. Tunggu sebentar saya akan mengambil ID card Anda terlebih dahulu."
Tak butuh waktu lama, wanita itu sudah kembali ke meja resepsionis dengan sebuah kartu berwarna biru di tangannya. Ia menyerahkan kartu itu pada Sherin.
"Ini adalah kartu tanda anggota karyawan di Citra Jaya. Setiap kali Anda berangkat bekerja, Anda harus menscan ID card ini ke mesin scanner di sebelah sana," kata wanita itu sambil menunjuk sebuah tempat yang berjejer banyak mesin scanner menempel di dinding.
"Anda bisa menscan ID card ini di mesin scanner yang bertuliskan 'Employee Scanner'," tambah wanita itu lagi.
Sherin mengangguk mengerti kemudian ia mengikuti arahan wanita tadi untuk menscan ID cardnya terlebih dahulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Isma Aji
Semangat, salam kenal🙏🏻🙏🏻🙏🏻
2021-12-15
0
Radin Zakiyah Musbich
crazy up thor....
ijin promo ya 🙏🙏🙏
jgn lupa mampir di novelku dg judul "AMBIVALENSI LOVE" 🍔🍔🍔
kisah cinta beda agama 🥰
jgn lupa tinggalkan jejak ya 🙏☺️
2020-10-20
1
Dayo
semangat yaaaa
Bismillah aku mulai baca
2020-09-24
1