Hari sudah sore, pukul 17.00, semua pegawai sudah mulai berhambur pulang karena jam kerja sudah selesai. Sherin menscan ID cardnya sebelum ia keluar dari gedung kantor. Hari pertamanya cukup bagus. Ia mendapat teman baru yaitu Filly dan Dita. Tapi yang paling membahagiakan adalah pertemanannya dengan Hendry, pria keturunan Indonesia-Amerika itu sangat ramah, baik dan menyenangkan.
Sherin berjalan menuju halaman dan akan keluar pagar. Tiba-tiba ia disapa seseorang dari belakang.
"Hai Rin," sapa Hendry dengan senyum yang menawan.
"Hai juga Hendry, kamu belum pulang?" tanya Sherin.
"Ini mau pulang. Hmm mau ku antar pulang?" tanya Hendry menawarkan.
"Makasih, aku bisa naik taksi kok." jawab Sherin menolak secara halus.
"Tapi ini udah sore, cari taksi di jam segini susah loh, soalnya orang lain juga baru pada pulang." kata Hendry masih dengan senyumnya.
"Iya sih, tapi aku gak mau ngerepotin kamu." Sherin tersenyum lebar.
Notifikasi pesan masuk membuat Hendry terburu-buru merogoh saku celananya. Ia membaca pesan itu, setelah itu ia memasukan kembali ponselnya ke dalam saku.
"Rin, maaf ya, aku gak bisa nganterin kamu. Tadi temenku sms katanya ada urusan penting. Besok lagi ya aku antarnya." kata Hendry menyesal.
"Iya gak apa-apa, ya udah sana, nanti ditungguin temen kamu loh." kata Sherin sambil melambaikan tangan.
Setelah Hendry pergi, Sherin keluar dari area kantor. Ia terus berjalan menuju jalan besar yang terlihat macet. Walau macet tapi beberapa kendaraan masih bisa melaju perlahan-lahan.
Sherin mencari taksi yang akan lewat, tapi sayangnya sampai setengah jam berdiri, tak ada satupun taksi yang kosong. Sherin merasa kakinya akan patah karena sudah sangat pegal dan sakit. Sepatu high heelsnya membuat ia semakin pegal.
"Aduh....mana sih taksi yang kosong? Gak lucukan kalau aku lumpuh gara-gara berdiri lama di pinggir jalan." gerutu Sherin sambil berdiri tidak diam.
Sherin melihat bajaj yang akan lewat. Sepertinya tidak ada kendaraan lain yang bisa menyelamatkan nya selain bajaj ini. Sherin melambaikan tangan, dan bajaj itupun berhenti tepat di hadapan Sherin.
"Eh...Neng lagi. Jodoh kali ya.".
Suara pria itu pernah terdengar di telinga Sherin. Sherin memonyongkan bibirnya ketika tahu bahwa sopir bajaj itu adalah orang yang sama dengan sopir yang menyebalkan tadi pagi. Bahkan pria itu masih memakai baju yang sama. Sherin berdiri tanpa ada niatan untuk naik ke bajaj itu. Matanya berusaha mencari kendaraan umum lainnya yang sekiranya bisa ia tumpangi.
Sopir bajaj itu tersenyum melihat Sherin yang sepertinya tidak ingin naik lagi ke bajajnya.
"Neng, mau naik apa enggak? Kalau Neng gak niat naik bajaj saya, saya pergi nih. Saya harus cari penumpang lain." kata pria itu sambil ancang-ancang menggas bajajnya.
"Ya udah sana pergi. Saya gak mau naik bajaj situ." kata Sherin dengan ketus.
"Udah mau magrib nih Neng, yakin gak mau naik bajaj saya? Biasanya di jam segini banyak preman keliaran loh." kata pria itu.
Sherin langsung panik ketika pria itu mengatakan hal yang menakutkan. Sherin melihat ke sekeliling, hari memang sudah mulai gelap. Di sekitar kantor mulai sepi. Hanya ada security yang menjaga kantor.
"Ya udah antar saya ke perumahan Cinaru Indah, Blok 10, nomor 35." kata Sherin dengan malas.
"Neng udah pikirkan nama saya belum?" tanya pria itu yang belum melajukan bajajnya.
"Heeeh! cepetan Bang! Ini udah mulai gelap loh." Sherin berbicara dengan nada tinggi.
"Widih.. cantik-cantik kok galak." kata pria itu lalu menjalankan bajajnya.
* * * *
Di tengah perjalanan, Sherin tidak berbicara apa-apa. Moodnya yang ceria selama di kantor tadi sudah dirusak oleh tukang sopir bajaj ini. Ia menghela nafas lalu menyandarkan punggungnya ke kursi.
"Neng udah tahu nama saya belum?" tanya Sopir bajaj memecahkan keheningan di bajaj itu.
"Ih..kenapa saya harus tahu sih. Gak penting! Lagian diem aja. Gak usah banyak ngomong. Saya lagi badmood nih." omel Sherin.
"Yeeeh...saya cuma mau memecahkan keheningan aja Neng." kata pria itu sambil terus tersenyum.
"Memecah keheningan katanya? Ni suara knalpot bajaj aja udah bikin kuping pecah, keheningan dari mananya?".
Pria itu malah tertawa, sepertinya ia sama sekali tidak marah dengan sikap ketus Sherin. Ia juga selalu tersenyum sembari sesekali melihat wajah Sherin dari kaca depan bajaj. Entah karena suka atau tidak, sopir bajaj itu sangat senang menggarai Sherin dengan cara membuat Sherin kesal dan cemberut seperti itu.
"Nama saya Calvin. Nah nama adik saya yang tadi pagi saya kasih tahu itu, namanya Ralvin." kata pria itu yang ternyata bernama Calvin.
"Idih..namanya keren amat." ejek Sherin.
"Kok ngejek sih Neng, nanti saya kasih tahu adik saya loh. Biar Neng dibuat susah selama di perusahaannya" ancam Calvin.
"Siapa yang percaya sih kalau dia itu adikmu." Sherin memutar matanya lalu tertawa.
"Lagian kalau dia adik Abang, lah kenapa kakaknya dibiarin jadi sopir bajaj?" tambah Sherin.
"Ya udah kalau gak percaya, nanti saya telepon dia. Saya aduin semua tentang Eneng." kata Calvin sambil tertawa.
Tak terasa mereka berdebat terus hingga tanpa sadar sudah di depan rumah Sherin. Sherin pun turun dari bajaj dan memberikan uang dua puluh ribu yang tadi pagi.
"Nih ambil. Kalau gak diambil saya merasa berdosa." kata Sherin sambil menyodorkan uang.
"Ya udah saya terima. Makasih ya. Oh ya satu lagi, ingat nama saya, Calvin." Calvin tersenyum lebar pada Sherin.
"Iya iya saya ingat kok. Poyok." kata Sherin sambil menjulurkan lidahnya.
Bukannya marah ataupun kesal, Calvin malah tertawa melihat Sherin. Ia sangat senang jika Sherin kesal padanya setiap kali mereka berdebat. Sherin berjalan masuk ke halaman rumahnya. Begitu Sherin sudah masuk ke dalam rumah, Calvin pun melajukan bajajnya.
* * * *
Hari sudah hampir gelap sempurna, Calvin memutuskan untuk langsung pulang karena ia sudah merasa sangat lelah. Ia mengambil ponselnya, lalu menelepon seseorang. Begitu sambungan telepon terhubung, Calvin terlihat berbicara serius dengan seseorang di seberang telepon. Saat sedang serius berbicara, tiba-tiba Calvin membelalakkan matanya ketika melihat seorang wanita yang tiba-tiba menyebrang jalan.
"Awas!....." teriak Calvin.
Calvin membanting setir ke kiri, sedangkan wanita tadi terjatuh ke aspal. Wanita itu sepertinya terluka karena ia sedang meringis kesakitan sambil memegangi tangan dan kakinya. Dengan cepat Calvin turun dari bajaj dan menghampiri wanita yang terjatuh tadi.
"Maaf ya Mbak, saya ga.." Calvin menghentikan perkataannya ketika melihat wajah wanita itu.
"Kamu...." suara Calvin tercekat di tenggorokannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Isma Aji
dukungan datang bersama mawar 🌹
2021-12-15
0
_rus
Sudah aku like dan Rate Thor... 👍🏽👍🏽
Semangat pokoknya 💪🏽💪🏽
Jangan buat untuk semuanya mampir di novel pertamaku yang berjudul "Sebuah Kisah Cintaku" 😁🙏🏽
2020-11-19
1
Sept September
jempollll
2020-09-17
1